Bab 30

16.7K 804 8
                                    

Happy Reading ❤️

Bonus fotonya Alzam yang sudah senang bertemu dengan Papanya. Papanya yang sangat bucin kepada Mamanya.

•••
°°°

Sebelum subuh, Alisia sudah terbangun karena Alzam menepuk-nepuk pipinya. Alzam tersenyum manis menampilkan gigi putihnya. Alisia langsung mencium pipi gembul Alzam dengan gemas. Alzam langsung tertawa karena menahan geli akibat ciuman Alisia.

"Kok Alzam udah bangun?" tanya Alisia pelan. Takut menganggu tidur suaminya.

Alzam hanya mengangguk sambil mengucek matanya. Alzam langsung bangun dan berlari menuju kamar mandi.

"Alzam mau pipis," ucapnya sambil berlari. Alisia yang takut Alzam terpeleset, langsung mengikuti Alzam.

"Jangan lari," peringat Alisia.

Fathan meraba sampingnya, namun kosong. Saat membuka mata, ternyata Alzam dan Alisia sudah tidak ada di tempat. Fathan celingak-celinguk mencari keberadaan Alisia dan Alzam. Setelah mendengar bunyi gemercik air dari dalam kamar mandi, Fathan beranjak dari tidurnya dan menuju kamar mandi.

"Loh." Alisia kaget melihat Fathan yang sudah berada di belakangnya, "Kok udah bangun? Sekalian mandi gih, biar ku siapin buat salat subuh." Alisia berjalan keluar untuk segera menyiapkan pakaian Fathan untuk salat.

Fathan menahan pergelangan tangan Alisia, "Nggak mau mandi bareng?" tanya Fathan menggoda Alisia. Alisia langsung mencubit perut Fathan.

"Hush! Mesum banget jadi orang, udah tau ada Alzam." Alisia tersipu malu, pipinya sudah memerah seperti kepiting rebus, "Udah sana sekalian mandi sama Alzam."

"Berarti kalo nggak ada Alzam mau?" goda Fathan lagi. Jantung Alisia sudah tidak aman, pipinya semakin memerah. Dengan buru-buru Alisia meninggalkan Fathan, sebelum Fathan terus menggodanya. Apalagi ada Alzam yang masih kecil. Anak kecil pasti akan selalu bertanya jika ada kata baru yang terlontar dari mulut orang lain.

Alisia langsung menyiapkan pakaian Fathan dan mengambil mukenanya. Menggelar sajadah untuk dirinya dan suaminya, serta Alzam. Setelah itu, Alisia turun ke bawah untuk mandi di kamar mandi bawah. Supaya tidak tertinggal salat subuh.

Selesai salat berjamaah, Alisia langsung menjalankan rutinitasnya sehari-hari. Berkutat di dapurnya untuk membuat sarapan. Badannya sudah enakan, setelah meminum vitamin yang dibelikan suaminya tadi malam. Alisia hanya memasak nasi dan ayam goreng mentega. Setelah semuanya siap, Alisia menatanya di meja makan.  Sebelum memanggil kedua laki-laki yang pasti sedang menonton televisi, Alisia keluar sebentar untuk ke tukang sayur. Tukang sayur sudah hapal dengan Alisia, semenjak awal Alisia di sini. Sejak saat Alisia pertama kali berbelanja, tukang sayur selalu berhenti di depan rumah Budhe Hasna.

"Belum pulang, Neng?" tanya tukang sayur dengan ramah.

Alisia menggeleng sambil terus memilih sayur yang akan dimasaknya untuk nanti makan siang, "Belum, mungkin besok."

"Betah amat di sini. Apa nggak kangen sama suaminya ?" goda tukang sayur. Alisia hanya tersenyum sebagai tanggapan.

"Mama!" teriak Alzam memanggil Alisia. Fathan berjalan menuju Alisia dengan Alzam yang berada di gendongan. Secara otomatis ibu-ibu yang lain menengok ke arah Alzam dan Fathan. 

"Itu suaminya, Dek?" tanya Bu Saras, tetangga Budhe Hasna.

"Hehe, iya Bu, itu suami saya," jawab Alisia. Alisia merasa tidak nyaman karena ibu-ibu yang berbelanja sesekali melempar pandangan ke arah suaminya. Ada juga yang dengan terang-terangan menyatakan bahwa suaminya ganteng. Namun, dengan polosnya, Fathan malah tersenyum manis menanggapi ibu-ibu itu.

Alisia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang