Bab 35

12.5K 633 6
                                    

Selamat Hari Raya Idhul Adha 10 Dzulhijjah 1442 H ✨🙏
Mohon maaf lahir dan batin teman🙏
Stay safe di mana pun kalian berada. Tetap patuhi protokol kesehatan ❤️

 Tetap patuhi protokol kesehatan ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••
🐊🐊🐊

Sejak pagi, Alisia sudah beberapa kali bolak-balik ke kamar mandi. Sedari sebelum subuh, perutnya terasa seperti diaduk-aduk. Alisia mengalami morning sicknes yang lebih parah daripada biasanya. Biasanya selesai memuntahkan isi perutnya, Alisia masih bisa memasak untuk sarapan. Kali ini, jangankan untuk memasak, dibuat berdiri saja tidak kuat.

Fathan meminta Alisia untuk istirahat saja, untuk sarapan biar menjadi urusan Mbok Narti. Untung saja, hari ini hari Minggu. Fathan libur kerja dan bisa menjaga istrinya. Karena, hari-hari kemarin Fathan sangat sibuk dengan pekerjaan kantornya. Sehingga sering pulang larut malam. Waktu ia pulang kerja, Alisia sudah tidur.

"Masih mual?"

Alisia mengangguk lemah, kepalanya terasa berat.

"Minum susu, ya?" Fathan membawakan segelas susu hamil rasa coklat.

"Nggak mau, nanti mual lagi." Alisia menutup mulutnya dan mendorong gelas berisi susu itu.

"Tapi kan anak kita butuh asupan makanan, Sayang. Jadi minum, ya. Nggak kasihan kamu sama anak kita?"

"Anak kita? Anak aku kali, Mas," protes Alisia tidak terima.

"Anak aku juga lah. Kalo aku nggak ikut menyumbang juga nggak akan jadi itu anak. Kita juga buatnya barengan." Fathan mulai terinfeksi virus sengklek Alisia.

"Apaan sih, kalau ngomong difilter dulu." Alisia malah menutup mulut suaminya.

"Lagian kamu. Yaudah sih, sekarang kamu minum susunya. Aku mau  ambil makanan sebentar ke bawah." Fathan menyodorkan gelas, dengan berat hati Alisia menerima gelas itu. Meminumnya sedikit, Alisia langsung menaruhnya kembali ke nakas.

"Aku kembali ke sini, susunya udah harus habis," peringat Fathan sudah siaga satu.

Alisia mendengus kesal, dengan terpaksa Alisia langsung meneguk habis susu hamilnya. Meskipun harus berperang dengan rasa mual dan eneg. Alisia tidak mau berdebat dengan suaminya, tenaganya tidak cukup untuk berdebat saat ini.

Sekitar setengah jam kemudian, Fathan sudah kembali dengan membawa nampan berisi bubur dan air putih. Meletakkan di nakas samping tempat tidur. Fathan menyuapi Alzam terlebih dahulu sebelum kembali ke kamar.

"Makan," ucap Fathan seraya menyodorkan satu sendok bubur ke arah Alisia. Tentu saja Alisia menggeleng keras.

"Nggak mau, udah kenyang minum susu."

"Yang butuh nutrisi bukan cuma kamu, Al."

Alisia langsung mendelik mendengar suaminya memanggilnya dengan nama. Selama menikah, Fathan tidak pernah memanggilnya dengan nama.

Alisia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang