Bab 36

11.4K 604 17
                                    

🐊🐊🐊•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐊🐊🐊
•••

Terlihat dua orang, pria dan wanita berbincang serius di sudut tempat salah satu kafe yang lumayan ramai. Terlihat wajah wanita yang sedikit gugup dan ketakutan. Sementara pria itu memandang wanita di depannya itu dengan tatapan yang sulit ditebak, antara marah dan tidak percaya.

Suasana kafe yang ramai sedikit membuat wanita itu tenang, jika pria di depannya ini berani macam-macam kepadanya. Ia bisa teriak meminta bantuan kepada pengunjung kafe yang lainnya.

"Kamu sembunyikan anak saya di mana?" tanya Pria itu dengan sorot mata yang tajam. Seakan-akan sudah frustasi dan emosi dengan wanita di depannya ini.

"Kenapa kamu baru cari aku sekarang?" balas wanita itu dengan suara tegas. Seperti memiliki dendam tersendiri terhadap pria di depannya ini.

"Saya tanya, di mana anak saya. Masih kurang jelas?"

"Baru ingat kalau punya anak? Dulu ke mana aja?" Wanita itu terus membalas dengan menyudutkan pria di depannya. Seakan-akan tidak terima jika dirinya terus dipojokkan dan disalahkan.

"Apa kamu tahu rasanya hamil tapi diceraikan?"

"Kamu yang nggak bilang kalau kamu hamil waktu itu. Dan sekarang kamu menyalahkan saya karena perceraian itu."

Terus saja pria itu mengeluarkan kalimat-kalimat pembelaan terhadap dirinya sendiri. Keduanya sama-sama egois dan saling menyalahkan. Tidak ada yang introspeksi diri dan menyadari kesalahan masing-masing.

"Oh jelas, mana ada suami yang tega ninggalin istrinya yang sedang mengandung anaknya? Mana ada, ha?" hardik wanita itu sambil menunjuk wajah lawan bicaranya.

"Saya dulu menceraikan kamu ada alasannya. Kamu juga tidak pernah bilang kalau kamu hamil. Dan sekarang saya mohon sama kamu, tolong kasih tau di mana anak saya."

Pria itu akhirnya sedikit mulai lebih tenang. Mengingat wanita di depannya ini pernah menemaninya walau hanya sebentar. Yang paling membuatnya merasa bersalah adalah wanita ini mengandung anaknya tanpa dirinya. Semenjak putusan pengadilan dan akta cerai keluar, dirinya memilih untuk ke luar kota untuk menyelesaikan pendidikan strata duanya.

Saat pulang pendidikan, ibunya memberi kabar jika mantan istrinya hamil anaknya. Namun, selama sampai saat ini belum juga bertemu dengan mantan istrinya. Ia baru bisa ketemu untuk pertama kalinya setelah sidang perceraian hari ini. Tentu saja tidak direncanakan.

"Kalau nggak niat buat nikahin anak orang, mending nggak usah ngajak nikah. Kalau ujungnya diceraikan. Dan, aku nggak akan memberitahu di mana anak saya. Permisi." Sungguh, berasa seperti tamparan bagi seorang laki-laki sepertinya.

Belum sempat mulutnya menjawab perkataan wanita di depannya itu, wanita itu sudah berdiri dan pergi meninggalkannya sendiri. Ingin menahan, tetapi takut akan menimbulkan keributan. Ingin mengejar, tetapi kakinya lemas seperti tidak mempunyai tenaga.

Alisia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang