"Kenapa random banget ngajakin gue makan siang, Mas?" Aku berujar sembari meletakkan ranselku di samping tempatku duduk.Saat ini kami berdua barusaja tiba disebuah tempat makan yang berada tidak jauh dari kampus. Sesuai dengan prediksi, aku memang tidak pernah kuasa untuk menolak gratisan, dan akhirnya menerima ajakan makan siangnya yang mendadak ini.
"Don't you have anyone to have a lunch with? " Bukannya menunggu jawaban pertanyaanku barusan, aku justru kembali melontarkan satu pertanyaan lagi padanya.
"Ada." Jawab Mas Gilang sambil tersenyum ramah ke pegawai restoran yang mengantarkan dua piring ayam geprek pesanan kami. "But i prefer to have a luch with you."
"Wow," Responku tidak menduga akan jawabannya.
"Padahal gue minta dibayarin loh ini, why?"
Aku bukanlah tipe perempuan yang mudah tersipu dengan kata-kata manis seperti barusan. Jadi alih-alih merasa malu, aku justru lebih penasaran apa yang akan dikatakannya lagi jika aku menanyainya lebih dalam perihal alasan dibalik pernyataannya.
Mas Gilang menggeser salah satu piringnya ke depanku sebelun matanya beralih menatap kearahku. "Let say... gue pingin lebih kenal sama lo, mungkin?" Ucapnya terus terang.
Hampir saja aku menganga mendengar kalimat terus terangnya itu. Dia adalah laki-laki pertama yang keberaniannya benar-benar membuatku kagum.
Bagaimana mungkin dengan entengnya mengatakan secara terang-terangan bahwa dia ingin lebih dekat denganku di pertemuan kedua? Crazy boy with his own mind memang benar-benar berbeda!
"We are stranger, Mas. Kalo lo lupa, barusan gue ingetin!" Balasku sambil tertawa kecil.
Mas Gilang hanya tersenyum, lalu memberikan satu buah teh botol yang baru dibukanya kepadaku. Well, bisa kusimpulkan jika laki-laki di depanku ini punya manner yang baik dan penuh perhatian. "Do i have a chance?"
Aku mengambil sedotan stainless steel dari dalam kantong ranselku, lalu memasukannya ke dalam botol minum yang baru diberikannya tadi. "Maybe yes.... maybe no."
"Menurut lo lebih condong kemana?" Tanyanya memastikan.
Aku memainkan sedotan sebelum memutuskan menjawabnya. "Let the time to give you the answer, then."
Senyum di wajah Mas Gilang kian melebar, "I'll take it as another yes from you."
***
"Gue sekarang tau kenapa Mas Panca udah disclaimer gue soal lo, Mas." ucapku setelah kami selesai menikmati makan siang.
Kulihat Mas Gilang menggeser piring makan kami ke sisi meja, "Jadi Panca udah ngomong apa aja?"
"Nggak banyak, cuma beberapa yang mungkin elo nggak bakal suka buat dengernya." Mas Gilang hanya mengangguk dan tidak terlihat penasaran.
"Lo...nggak penasaran?" Tanyaku karena dia tak kunjung juga mengatakan apapun.
"Gue tebak pasti bukan hal yang baik sih, right?"
Aku mengangguk. "Ya, bisa dibilang gitu."
"Jadi, why you suddenly want to know more about me?" Aku kembali membawa topik obrolan ini karena tadi belum sempat selesai dibicarakan.
Mas Gilang tergelak, mungkin tidak mengira akan melihat responku yang sangat to the point padanya. Tapi bukannya sudah aku katakan di awal kalau aku ini memang orang yang ceplas-ceplos dan tidak suka memendam apa yang ada dalam pikiran?
"Well, mungkin karena elo cantik... dan juga menarik." Lanjutnya dengan suara yang lebih rendah.
Aku tertawa. "Klise banget jawaban lo, Mas!" Jawabku dengan tertawa.
"Kalau gue nggak salah inget, lo udah ada cewek kan pas kita pertama kali ketemu itu? Pas gue pura-pura jadi pacarnya Mas Panca." Terangku sembari memasukan sedotan stainless steel-ku yang baru digunakan kedalam kantong yang biasa untuk menyimpannya.
Sudut bibirnya terangkat, "Lo merhatiin gue sampe segitunya ya?"
Aku benar-benar tidak kaget dia merespon seperti itu. Tipe cowok seperti dia memang selalu bertindak diluar dugaan. "Please, Mas. Gue nggak tau kalo ternyata kepedean lo jauh dari apa yang gue kira."
Lagi-lagi Mas Gilang tertawa.
Dari semenjak duduk disini, aku bisa menyimpulkan bahwa dia adalah orang yang mudah menebarkan senyum. Entah itu karena sifatnya yang memang ramah, atau memang dia terbiasa tersenyum kepada seorang gadis yang sedang didekatinya.
"Kemaren yang bawa cewek cuma elo diantara temen-temennya Mas Panca yang lain. Jadi justru malah aneh nggak sih kalo gue enggak nyadar?" Aku membalikkan pertanyaannya dengan pertanyaan.
"Baru putus kemaren, " Jelasnya tanpa kuminta
"Wow. lancar banget ya ngomongnya." Lagi-lagi aku berdecak kagum mendengar ucapannya.
Dia benar-benar manusia langka yang tidak seharusnya untuk dilestarikan. Lelaki tanpa perasaan yang baru sehari yang lalu putus dengan pacarnya, dan dengan tidak tahu malunya ingin mendekatiku sehari setelahnya.
"Baru putus kemaren dan elo udah ada niatan deketin cewek lain, lo sehat Mas?" Tanyaku memastikan.
"Yes, i am. Why?"
"Nothing. Just... its very explains why your act is totally like a womanizer, Mas."
Mas Gilang reflek tertawa mendengar ucapanku. "Dan lo tau Mas, gue rasa you're not only a womanizer like the other. You're an another, WITH. YOUR. SUPER. HIGH. LEVEL!" Ucapku tanpa basa-basi sama sekali.
Menurut kalian baiknya si Gilang di gimanain ya?
Jangan lupa vote, komen, dan share ya!
![](https://img.wattpad.com/cover/259497298-288-k53968.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Point Out
ChickLit"Kalo gue nggak salah inget, lo udah ada cewek kan pas pertama kali kita ketemu?" "Baru putus kemaren, " Jelasnya tanpa ku minta "Wow. lancar banget ya ngomongnya." Lagi-lagi aku berdecak kagum mendengar ucapannya. Dia benar-benar manusia langka ya...