Nabila 15 • Dinner

5.3K 807 39
                                    

"Na, tadi mas ketemu Gilang."

Aku mengerjapkan mata heran. "Random banget lo, Mas. Kenapa emang kalo ketemu? Gue nggak nanya tuh!"

Mas Panca memukul pelan kepalaku. "Dodol. Ya masa iya lo nggak bisa nebak kelanjutannya."

"Ya kali gue tau. Kan bukan cenayang Mas," Jawabku ogah-ogahan sambil menikmati roti kering di dalam toples di atas pangkuan.

"Dia ngajak lo makan malam," Ujarnya tiba-tiba.

Aku menghentikan kunyahan di mulutku, "Nggak mau!"

"Na," Ucapnya dengan nada yang lebih rendah.

"Mas, lo tau kan Gilang kaya gimana. Lo sendiri yang bilang kalo dia nggak cukup baik buat gue. Terus kenapa sekarang lo sendiri yang ngedorong gue to get closer with him?"

"Sekali aja, Na. Please!" Aku sudah memberikan perhatian ku sepenuhnya kepada Mas Panca.

"Kenapa?"

"Dia udah ngomong serius sama gue. Dan gue pikir nggak ada salahnya buat gue ngasih kesempatan dia berjuang buat elo,"

"Mas, lo tau kan pada dasarnya gue mudah baper sama cowok. Jadi kalo ntar gue suka sama doi dan ternyata dia cuma main-main, lo yang bakal gue bunuh ya!"

Mas panca tertawa mendengar omonganku, "Siap, Na! Gue janji ini terakhir kalinya gue nyuruh-nyuruh elo kayak gini."

"Setelah makan malam ini, lo sendiri yang berhak buat mutusin to get him a chance or not. Dan gue, nggak bakal intervensi sama sekali," lanjutnya sambil memegang kedua bahuku.

Aku hanya mengangguk-angguk. Mengambil napas lalu bergumam pelan. "Jadi, ngajak makan dimana?"

"Nggak tau," Jawab Mas Panca sambil meraih toples yang ada di pangkuanku.

"Loh, kok gitu?" Suaraku sudah kembali tinggi karena kesal dengan perbuatannya merampas camilan yang sedang aku nikmati.

"Ya Gilang nggak ngomong apa-apa ke gue. Dia cuman minta ijin ke gue doang, Na. Katanya mau ngasih tau sendiri. Dia emang belum ngechat lo?"

Seketika aku membulatkan mata.

"Mas Panca kasih no gue ke dia?" Mas Panca hanya mengangguk-angguk sambil memakan keripiknya.

Astaga dragon!
Punya kakak cowok satu kok gini amat dah!

***

"Lo abis tawuran dimana, Mas?" Aku bertanya pada laki-laki di hadapanku yang wajahnya sudah babak belur di sana sini.

Terakhir kali aku bertemu dengannya, wajahnya masih baik-baik saja dan terlihat tampan seperti sebelumnya.

"Keliatan banget ya?" Tanyanya sembari memegang ujung bibirnya yang masih terlihat bekas darahnya.

Aku mengangguk. "Nggak terlalu sih, cuma yang di sudut bibir sama pelipis kanan aja yang kelihatan banget."

"Luka baru?" Lagi-lagi tanyaku yang dibalasnya dengan anggukan.

"Ketahuan selingkuh ya?" Aku melontarkan pertanyaan yang berhasil membuat wajahnya kaget seketika.

Bukannya gimana-gimana, tapi bukannya orang sepertinya kemungkinan besar terluka di wajah karena ditampar oleh pacarnya karena ke gap selingkuh, kan? Biasanya aku sering melihat adegan-adegan seperti itu di dalam film yang aku tonton di televisi.

"Enggak lah, Na." Jawabnya mengelak.

"Gue udah nggak punya pacar, dan gue juga udah tobat kali." Lanjutnya menjelaskan tanpa ku minta.

"Terus kenapa? Jaman sekarang juga udah nggak jaman tawuran-tawuran gitu-gitu kan?"

"I mean, satu-satunya hal logis yang bisa gue pikirin ya salah satu cewek yang lo mainin Mas yang bisa bikin wajah lo bonyok kaya gitu."

"Ini semua karena lo, Na." Satu kalimat yang keluar darinya benar-benar membuatku ingin tertawa.

"Gara-gara gue?" Tanyaku memastikan.

Dia mengangguk tanpa ragu. "Jangan ngawur, Mas!" Ucapku sambil tertawa.

Bagaimana mungkin aku adalah alasannya terluka, sementara aku saja baru bertemu kembali dengannya sekarang?

Ku lihat Mas Gilang mengendikkan bahu."Terserah sih kalo nggak percaya, Na."

"Yang jelas ini biar gue bisa makan sama lo sekarang." Lanjutnya yang berhasil membuatku menautkan kedua alis.

Memangnya aku berbuat apa?
Tanyaku pada diri sendiri.

***

Aku meraih minumanku yang baru saja diantarkan. "Jangan terlalu sering ngajak gue keluar, Mas! Entar kalo gu baper lo mau tanggung jawab emang?"

Mas Gilang hanya tertawa mendengar penuturan ku. "Baper juga nggak papa kali, Na. Gue juga serius sama lo...:"

"Wow, serius dalam konteks kayak gimana nih, kali aja persepsi gue sama elo soal serius ini beda ya," Lanjutku sambil memainkan sedotan dalam gelas.

"Seserius kalo lo bilang oke, gue udah siap dateng ke rumah!" Ucapnya yang membuatku seketika membulatkan kedua mata.

Berbicara dengan orang seperti Mas Gilang memang seperti itu. Membuatku banyak mengelus dada karena merasa kaget dengan setiap perkataan-perkataannya.

Dengan mudahnya mengatakan ini dan itu yang bagi orang lain membutuhkan banyak waktu pertimbangan, sementara dengan mulusnya dia mengatakannya tanpa ada pikir panjang.

"Yakali gue minta diseriusin kayak gitu," Aku menggeleng-geleng.

"Gue tau kali Mas kalo lo sebelas dua belas sama Mas panca! Jadi bukannya gue takut baper, cuman was-was aja kalo tiba-tiba ada yang nyamperin kita dan marah-marah gara-gara nganggep gue pelakor! Nggak lucu lah kalo nyampe kaya gitu," Lanjutku padanya.

Salah satu kening Mas Gilang terangkat, diikuti dengan cengiran wajahnya setelah memproses perkataanku. "Gue lagi nggak ada cewek, tenang aja..."

"Well, i doubt that," Potongku sebelum Mas Gilang meneruskan kalimatnya. "At least, since I heard that you are interested in me, I start to doubt whatever you say."

Aku benar-benar tidak bisa percaya dengan orang sepertinya. Meski terlihat jujur dan sangat meyakinkan, pribadi seseorang tentu tidak akan bisa berubah secepat itu. Apalagi dalam hitungan hari.

Mas Gilang menggeser sepiring salad buah ke arahku, "Jangan terlalu sering nge-judge orang kaya gitu, Na. Gue serius, dan mau berubah mulai saat ini. Itu yang lo perlu tau aja sekarang,"

"What we've done are just casual dinner, Mas. And yeah, you may have casual dinner everyday. Of course with different girl, but and the same sweet talk," Kuutarakan apa yang benar-benar ada dipikiranku padanya.

Mengajak makan malam seorang gadis? Sepertinya itu bukanlah hal special dan bahkan mungkin hanyalah sebuah kebiasaan.

"Oke. Gue ngaku!" Ucapnya yang membuatku mengulas senyum.

"Tapi itu dulu, Na. Semenjak gue belum kenal sama lo." Lanjutnya membela diri.

Kulihat Mas Gilang menarik napas, "Dan untuk kedepannya, gue janji nggak bakal ada cewek lain yang gue ajak dinner berdua kaya gini," Dia mengatakan kalimat barusan tanpa ada keraguan sama sekali.

Aku hanya mengangguk-angguk menanggapinya.

Jika bukan karena adiknya Mas Panca yang sebelas dua belas dengan dia, sudah pasti setelah ini aku tidak akan bisa tidur karena terlalu bahagia dengan semua yang dikatakannya barusan.

Yeay update yeay!
Jangan lupa vote, komen, dan kasih pendapat kalian soal cerita ini.

Terima kasih orang-orang baik ❤️

Point OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang