Nabila 31 • Another Daughter

4.1K 557 7
                                    

Menurut sebuah postingan yang aku baca di instagram, oversharing adalah perilaku seseorang yang selalu mengumbar konten dan informasi mendetail mengenai kehidupannya secara abnormal, atau dalam artian gampangnya berlebihan. Mungkin hal yang demikian bagi si pelaku  termasuk biasa saja, namun pada kenyataannya hal ini bisa saja mendatangkan sebuah bahaya bagi si pemilik akunnya.

Lagi-lagi masih menurut pendapatku pribadi, which is berarti ini hanya sebuah opini, setiap konten yang akan dibagikan sebaiknya perlu ditimbang dahulu urgensinya, apakah memang masih layak untuk disebarkan di dunia maya, atau harusnya di keep untuk diri sendiri dan orang di sekitar saja.

Well, yang perlu diingat adalah setiap orang punya pilihannya sendiri-sendiri. Dan semua orang juga tidak berhak untuk saling mencampuri.

Tapi dengan berbagi keuwwuan yang berlebihan, marah-marah tidak jelas di instagram karena bertengkar dengan pasangan, lalu menggalau setiap saat karena putus akibat pengkhianatan, sepertinya jika dilihat dari perspektifku itu bukanlah hal yang lumrah lagi untuk selalu di apdet perkembangannya di media sosialnya.

But the other side, life is a choice. Jadi aku pun tak punya masalah dengan orang-orang semacam ini.

"Mbak, jadi pergi sama Rena?" Mama tiba-tiba datang entah dari bagian rumah sebelah mana.

Aku yang masih tidur-tiduran di sofa depan TV hanya menggumam mengiyakan dari pertanyaan beliau barusan. 

"Ya udah Mbak sana mandi, nanti Rena marah-marah lagi loh kalo udah nyampe terus Mbak malah belum siap sama sekali kaya gini," 

Belum juga aku berajak berdiri, terdengar suara cempreng dari balik pintu yang sudah bisa dipastikan siapa pemiliknya. "Yuhuuu..... Assalamu'alaikum mamanya Rena...." teriak gadis di balik pintu sembari menggedor-gedor tidak sabaran.

Aku memutar bola mata jengah, sedangkan mama malah terlihat menyunggingkan senyumnya ketika menyadari bahwa her lovely another daughter sudah tiba di rumah kami. Dan ya, harus aku akui bahwa Rena dan mama memang pasangan yang sangat klop untuk urusan berjulit bersama. Bahkan sangking merasa cocoknya, beliau seringkali akan menjodohkan si toa itu dengan Mas Panca agar bisa tinggal serumah dengan kami nantinya, yang tentunya dibalas oleh si cogan's hunter itu dengan senyuman malu-malu yang bagiku sangat menjengkelkan. 

Cih, sebentar lagi pasti akan terjadi drama tingkat dewa. Batinku saat mama bergegas untuk menuju pintu.

"Mama kangen bangetttt..." Kan, apa aku bilang barusan. Posisi mereka yang berada dalam radius lebih dari sepuluh meter denganku saja suaranya sudah menggema seperti ini. 

"Anak kesayangan mama akhirnya main jugaa.."  Sekarang giliran mama yang menunjukan antusiasmenya.

Dan tanpa melihat langsung interaksi keduanya, sudah kupastikan bahwa berpelukan adalah kegiatan yang saat ini mereka berdua lakukan. Jadi daripada aku mengganggu waktu temu mereka, aku lebih memilih untuk naik dan mandi agar tidak perlu mendapatkan ceramah kedua dari Rena karena belum bersiap sedari tadi dia mengabari jika on the way ke sini.

***

"Yakin lo Na mau ngasihin ini ke Bara?" Tanyaku pada Rena yang sedang menimang-nimang sepatu futsal seharga dua bulan jatah uang sakuku itu.

"Yup. Mending yang ini apa yang ini, Na?" Rena bergantian mengangkat sebuah sepatu yang ada di masing-masing tangannya.

"Yang kanan,"

"Okeee, gue ambil yang kiri ya mbak." Ucap Rena kepada mbak-mbak yang sedari tadi mengikuti kami.

Aku memutar bola mata malas. "Jadi ini buat selebrasi apalagi? Bukannya bulan lalu doi baru ulang tahun?" Tanyaku cukup penasaran. Pasalnya, belum ada sebulan aku menemani Rena membeli sebuah hoddie yang katanya untuk hadiah ulang tahun gebetan barunya. Lalu sekarang dia membeli sepatu dengan harga semahal itu untuk apalagi coba?

Oh iya, fyi saja. Rena adalah anak tunggal dari pasangan Haris dan Liliana Wijaya, pemilik firma hukum ternama yang kredibilitasnya tidak diragukan lagi. So, tidak heran jika perempuan disebelahku ini gampang sekali untuk mengeluarkan uang dalam jumlah besar tanpa pikir panjang.

"Pengen aja, Na." Seketika ingin ku geplak kepalanya saat itu juga.

"Emang lo berdua udah official?"

"Soon." Jawabnya begitu entengnya.

Aku mendengus. Jawaban macam apa itu, batinku yang tidak ku suarakan.

"Abis ini mau nonton nggak, Na?"

"Emang ada yang bagus?" Jawabku sambil mengetikkan beberapa balasan chat yang belum sempat kubalas.

"Gue belum cek sih. Tapi pengen nonton aja gitu, mumpung masih sore."

Aku melirik jam tangan silver yang bertengger manis di pergelangan tangan kiriku. Jam 15.45, masih terlalu awal untuk kembali ke rumah.

"Boleh sih, lagian gue juga lagi nggak pengen nyari sesuatu lagi. Gas nih?" Tanyaku untuk memastikan.

Rena langsung mengangguk setuju, lalu tanpa aba-aba menarikku menuju lift agar cepat-cepat sampai di bioskop.

***

"Balik aja yuk, Ren?" Moodku benar-benar anjlok setelah melihat sepasang muda-mudi yang tengah asik bercanda di bangku pojok ruang bioskop.

"Kenapa sih? Kita baru duduk tau. Filmnya aja belum mulai, Na." Rena menjawab pertanyaanku dengan bersungut-sungut kesal.

"Arah jam empat, Ren. Dan lo bakal tau alasan gue." Balasku dengan sedikit ogah-ogahan.

Kulihat Rena menoleh ke arah yang aku tunjuk barusan. Lalu tersenyum samar dan mengatakan,"Cemburu?" Dan cubitan manis langsung mendarat mulus di paha kanannya.

"Gila aja. Nggak lah!"

"Terus?" Tanyanya sembari menaik turunkan alisnya mengejekku.

"Gedheg aja gue. Nggak suka liatnya. No reason!!" Jawabku singkat, padat, dan jelas.

Rena terlihat mengangguk-angguk paham. "Atau kita samperin aja, Na? Mereka temen kita kan?"

Aku memelototkan kedua mata terkejut mendengar penuturannya. "Udah nggak waras emang lo, Ren."

Rena malah tertawa-tawa. Lalu tanpa aba-aba, bangkit berdiri dan berbalik untuk menuju posisi orang yang kami bicarakan sedari tadi.

Astaga dragon, aku harus segera menghentikan aksi gilanya itu. Dan untuk pertama kali dalam hampir dua puluh satu tahun hidupku, aku benar-benar menyesal karena terbiasa melepas sepatu jika sudah duduk di bangku bioskop.


Point OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang