Warn, typos in everywhere
Jangan lupa untuk vote⭐d o u b l e A
E I T H E R D E A T H O R L I F E
•
•
•
Yo, besties! Kami telat up lagi. Seperti biasa setelah 80 votes kami up chapter selanjutnya.Btw, kasih warning dulu ga sih 🌚
Gadis itu tengah mengistirahatkan tubuhnya. Walaupun sudah sadar dan ia merasa sembuh, sang Pilar Serangga melarangnya bangkit dari kasur. Miki harus tetap meminum obat-obatan yang rasanya sangat tidak masuk akal. Berhubung dirinya sudah membaik, hal yang harus ia lakukan saat ini adalah bergegas pergi ke alam mimpi.
Namun, ada beberapa hal mengganggu tidurnya. Aroma iblis mulai tercium di indera penciumannya. Miki berupaya untuk bersikap tenang. Ia tidak melakukan pergerakan apapun. Matanya masih terpejam. Langkah kaki mulai terdengar di dalam ruangan. Kasurnya menjadi berat sebelah.
"Jangan berpura-pura tidur."
Miki membuka kelopaknya dengan paksa. Suara yang selalu mengganggunya. Iblis bulan atas kedua datang di malam hari tanpa memakai mahkota kebanggaannya. Bibirnya terpatri senyum lebar. Menghias wajah tampannya. Pria itu mendekatkan kening ke kening sang gadis lalu berdeham.
"Hm.. hm.. kau belum sembuh." Ia mengambil obat yang berada di nakas kemudian menyerahkannya kepada Miki. "Minumlah agar lekas sembuh."
Miki menatap kesal ke arah Douma. "Pergi dari sini!"
"Aku akan pergi jika kau meminum obatmu." Ujar Douma mematahi peringatan dari gadis yang sedang terbaring.
"Aku sudah sembuh." Imbuh Miki. Ia merotasikan matanya malas.
"Tidak. Tidak. Kau belum sembuh sama sekali."
Pikiran konyol nan naif terlintas di pikiran Douma saat ini. Ia memandangi cairan berwarna hijau pekat yang kental. Memasukkan obat tersebut ke dalam mulutnya sendiri. Miki sangat terkejut dengan tingkah iblis di depannya ini. Bukan perihal rasanya yang pahit. Miki dapat menjamin dan bertaruh bahwa iblis tidak dapat mengecap rasa selain darah dan daging manusia. Tapi, karena kandungan wisteria yang dimasukkan Shinobu ke dalam obat tersebut cukup banyak.
Douma menarik tengkuk Miki. Tangan kanannya dengan sengaja menarik bibir bawah Miki. Ia menempelkan labium miliknya dengan milik sang gadis. Lidahnya mendorong paksa cairan obat tersebut ke dalam mulut Miki. Terlalu ceroboh sampai cairannya menetes ke baju pasien. Douma menjaga agar cairan obatnya benar-benar masuk dan ditelan oleh gadis tersebut. Awalnya ia hanya berniat untuk membantu Miki dalam meminum obat tanpa berpikir resiko lebih lanjut.
Namun, saat ia menyesap labium milik gadis itu, perasaannya berubah menjadi lain. Rasa terbakar di tubuh iblis tersebut tak terasa. Ia menarik tengkuk Miki untuk menyesap semakin dalam. Mengulum serta menjilat. Disela-sela ciumannya, Douma mengabsen deretan gigi serta menyapa lidah sang gadis.
Hal ini tidak baik untuk Miki. Ia takut jika ada orang lain yang masuk ke dalam ruangan, seperti Aoi atau bahkan Muichiro. Ia takut jika mereka menemukannya dalam keadaan seperti ini. Gadis itu ingin memberontak, namun tidak bisa. Tubuhnya bagai jelly yang tak dapat menahan beban berat. Dirasa oksigen menipis, ia meninju Douma dengan sekuat tenaga.
Miki dapat menghirup udara dalam lalu membuangnya secara kasar. Ia mengelap bibirnya dengan kasar hingga memerah. Mencari letak nichirin miliknya namun tidak ada di manapun. Wajah bagian atasnya menggelap.
"Pergi dari sini dan jangan tunjukkan wajahmu lagi."
Douma membulatkan matanya. Pupilnya bergetar takut. Ia telah melewati batas. Dirinya pasrah saat gadis di hadapannya tidak mau memandang ke arahnya. Douma menggigit bibirnya sendiri guna meredakan rasa sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Either Death or Life (reverse harem); Kimetsu no Yaiba
FanfictionTamura Miki adalah seorang anak yang dijadikan kelinci percobaan oleh Panti Asuhan yang merawatnya sejak kecil. Tubuhnya yang ringkih dimasuki beberapa jenis obat-obatan olen para pria berjas putih. Hidupnya hampa, bagaikan langit malam tanpa Bulan...