41. Piggie Boy

1K 143 26
                                    

Warn, typos in everywhere
Jangan lupa untuk vote

d o u b l e A
E I T H E R D E A T H O R L I F E


Yo, minna!! Kembali lagi sama akuuuuuuuu dan artikaaaa. Yang lupa sama ceritanya, ayo baca ulang chapter sebelumnya, xixi xD


Gadis berobsidian sapphire dengan elemen itu berias secukupnya. Zenitsu berkata Miki sudah cantik walau tidak memakai riasan apapun. Tanjiro pun berpikiran hal yang sama dengan teman satunya. Ia merasa kakak perempuannya ini memiliki kecantikan yang setara dengan sang Ibu. Seperti dewi matahari yang bersinar tatkala fajar menyingsing. Perona yang terpoles tipis di bibir gadis itu menambah kesan elegan. Tidak lupa surai panjang yang ia ikat setengah membuatnya bak bangsawan. Uzui Tengen sempat terpesona dibuatnya. Ia menggeleng guna menghilangkan pikiran tersebut dari kepala. Tidak ingin menambah masalah dengan Pilar yang lain.

Mereka berjalan bersamaan untuk mencari rumah bordil yang masih menampung keempat orang tersebut. Uzui berkata bahwa ada iblis bulan atas yang mendiami salah satu rumah bordil. Tujuan Uzui dalam misi kali ini tak lain untuk menyelamatkan ketiga istrinya. Tanjiro sudah mendapatkan rumah tampung walau dengan sedikit kendala. Pemilik rumah itu terus berdebat dengan Uzui agar menyerahkan gadis bersurai tiga warna. Miki berhasil membantah dengan berkata bahwa dirinya sudah terjual.

Setelah keberhasilan Tanjiro, mereka berlalu-limpung mencari rumah bordil lain untuk Inosuke dan Zenitsu. Sampai akhirnya, ada seorang wanita tua yang mengamati Inosuke dari kejauhan. Ia meminta izin kepada sang Pilar untuk membeli pemuda tersebut. Dan tentu saja Uzui menyetujui dengan senang hati.

Kini tersisa Zenitsu seorang diri. Uzui memarahi Zenitsu lantaran pemuda itu tidak bisa menjaga sikap selayaknya seorang gadis. Sedangkan yang dimarahi hanya menggerutu tidak jelas. Miki mengedarkan pandangannya. Ia mencium bau busuk yang berasal dari salah satu rumah bordir paling besar.

"Zenitsu, kau ikut denganku." Miki menarik lengan pemuda itu. Ia beralih pandang dengan Uzui. Merasa peka, pria itu mengangguk lalu mengantar mereka pada rumah bordil tersebut.

Mereka memasuki rumah tersebut. Nyonya rumah yang sudah berumur menyambut mereka dengan sopan. Saat Uzui mulai menawarkan Miki dan Zenitsu, pemilik rumah itu berseri. Miki dapat dijadikan sebagai harta tersembunyi rumah bordil tersebut. Tetapi raut wajahnya berubah masam saat melihat Zenitsu.

Miki yang menyadari hal tersebut langsung mengambil alih posisi. "Nyonya, teman saya pandai dalam bermain shamisen. Tolong terimalah dia."

Sang pemilik rumah luluh akan permintaan Miki. Akhirnya ia menerima Zenitsu untuk menjadi salah satu pemain biwa. "Ah, bagaimana kau tahu? Kami memang kekurangan orang dalam permainan shamisen. Baiklah gadis ini aku terima."

Miki dan Zenitsu berada di kediaman Kyogoku. Pemuda pirang itu benar-benar menunjukan bakatnya di bidang shamisen. Jemari beruratnya memetik senar alat musik tersebut dengan sekuat tenaga. Wajahnya berubah sangat seram bahkan urat di sekitar dahi dan leher terlihat menonjol. Ia teringat akan perlakuan Uzui kepada dirinya sebelum ia dan Miki diterima di tempat tersebut. Uzui berkata bahwa Zenitsu adalah gadis yang tidak berguna dan tidak apa jika disuruh untuk membersihkan kamar mandi. Benar-benar sialan, batinnya.

Mereka berdua di tempatkan disatu ruangan yang sama. Zenitsu terlihat mendesah kasar. Ia masih memikirkan wajah sinting dari Pilar Suara. Hal itu membuat gejolak emosi seorang Agatsuma Zenitsu menjadi bangkit berkali lipat. Sedangkan Miki, bola mata gadis itu bergilir ke kanan dan ke kiri. Aroma iblis tercium semakin kuat di indera penciumannya. Wajahnya terlihat semakin dingin.

Either Death or Life (reverse harem); Kimetsu no YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang