22. Smile and Lunch

2.2K 380 76
                                    

Warn, typo in everywhere
Jangan lupa untuk vote

d o u b l e A
E I T H E R D E A T H O R L I F E



Obsidian pelangi cantik masih setia memandang tubuh yang tergeletak di atas futon. Saat selesai memastikan bahwa lingkungan sekitar aman, ia mendekati sang putri tidur. Atensinya menangkap kotak di ujung ruangan dan tersenyum licik. Ia duduk bersila di samping sang gadis dan menangkupkan wajah pada telapak tangannya. Senyuman lebar yang tercipta membuat kedua taring mencuat keluar. Jemarinya mengusap pelan pipi lalu turun ke arah bibir.

"Cantik sekali seperti buah delima." Ia menekan pelan jarinya pada bibir ranum itu. "Hm.. rasanya seperti apa ya?"

Ia mendekatkan dirinya pada bibir Miki. Hanya tinggal beberapa senti agar kedua benda kenyal itu bersatu, namun, terhenti. Pria itu harus menghentikan tindakan konyol nan tidak masuk akal yang bersarang di kepala indahnya. Manik pelanginya mencari celah ganjal di antara tidurnya sang gadis. "Sssst, tidak boleh. Aku akan menunggu waktu yang pas."

Melepaskan mahkota dari kepalanya lalu menaruh di tepi ruangan. Membiarkan benda kesayangannya menemani gadis yang telah menjatuhkan antensi dirinya sebagai orang yang licik. Ia menggantikan handuk pada kening sang gadis. Mengganti air menjadi lebih hangat dan memeras kembali handuk lalu mengompres.

Ia beralih pada kotak kayu yang tidak terlalu besar. Membukanya lalu terkekeh senang bagai menemukan sebuah barang besar.

"Yare-yare, lihat apa yang aku temukan di sini. Dua iblis kecil lemah yang meringkuk untuk dilindungi." Pria itu memasukkan tangan ke dalam kotak. Meremat kedua wajah dalam satu genggaman tangan. Ia tersenyum bagai iblis yang bersemayam di dalam tubuh malaikat. "Berlatihlah untuk jadi kuat dan lindungi Nona kalian. Kalau tidak, aku akan membunuh kalian berdua hingga menjadi abu."

Ia melepas cengkramannya membuat kedua iblis yang tengah meringkuk ketakutan dapat bernapas lega. Orang itu menutup kembali kotak kayu dengan pelan agar tidak menimbulkan suara gaduh. Dirinya kembali ke sisi Miki. Menyibak surai yang menutup wajah cantikya. Merapatkan selimut agar gadis itu tidak kedinginan.

Pendengarannya menangkap langkah kaki seseorang. Ia tersenyum miring sebelum pergi dari tempat tersebut. Obsidian pelanginya menatap wajah Miki agar puas dalam dirinya terpenuhi.

Di sisi lain Tomioka Giyuu yang merasakan hawa iblis mempercepat langkahnya untuk segera sampai di Kediaman gadis dengan pernapasan langka tersebut. Deru napasnya sangat tidak beraturan saat membuka pintu fusuma. Buliran keringan yang jatuh membasahi seragam miliknya. Ia masuk ke dalam dan mendapati Miki tengah berbaring dengan handuk di dahinya. Ia menyentuh kompresan tersebut.

"Masih hangat." Gumamnya.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau bisa terserang demam?" Tanyanya monolog. Pilar Air itu masih setia memandang wajah Miki yang terlihat damai. Sampai akhirnya dirinya terlelap dalam posisi duduk.

Keesokan harinya, saat matahari mulai menyorot bumi, gadis pemilik surai tiga warna membuka kelopak matanya. Menampilkan mutiara uniknya kepada semesta. Ia meringis tatkala kepalanya terasa pening. Dirinya menguap sebentar lalu mengedarkan pandangan ke segala arah. Atensinya terjatuh pada sarapan yang sudah tersedia di depan matanya. Ia sedikit bingung, siapa yang memasak. Derapan kaki dari arah dapur sedikit mengagetkan sang gadis. Pria dengan surai sehitam jelaga muncul sembari membawa air.

Either Death or Life (reverse harem); Kimetsu no YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang