Part 1

6.5K 270 147
                                    

"Bisa kasih aku satu alasan supaya aku bisa bertahan?Kau begitu murni hingga aku tak bisa melihat kekotoran itu sedikit pun."

Leszahra - Sabhrina Azzahra

.
.
.
.

   Sabhrina Azzahra, itulah namaku. Aku menyumpal telingaku dengan headset berwarna putih dan mendengarkan lantunan sholawat indah sambil memejamkan mata untuk menghilangkan penat di pundak ini.

  Hari ini benar-benar lelah pekerjaan ku di kafe sangat menumpuk ditambah lagi tugas-tugas kuliah yang diberikan oleh dosen tercinta ku itu.

  "Assalamu'alaikum." Aku membuka knop pintu dengan lembut seraya tersenyum semanis mungkin mencoba mempalsukan semua beban yang sedang ku pundak. Jika seseorang mengatakan rumah adalah tempat ternyamannya, maka aku sebaliknya. Bukan, bukan aku wanita liar hanya saja semua bebanku berawal dari rumah ku sendiri.

  Rumahku istana ku, itu bukan kalimat yang cocok buatku. Sangat bertolak belakang.

  Aku berjalan menuju kamarku saat ku dapati ruangan tengah ini sepi seperti tak berpehuni.

  "Mas! Mas Azzam!" panggil ku kepada lelaki yang ku sebut dengan embel-embel Mas itu, tapi tak ada jawaban. Bukankah katanya dia libur hari ini?

  "Mbak! Mbak Nadin!" teriakku lagi memanggil orang yang berbeda sambil membuka kamar wanita itu yang sangat rapi dan wangi.

  Aku menyerah, akhirnya aku memutuskan untuk langsung ke kamar dan ingin segera mungkin memanjakan tubuh ini dengan kasur empuk ku.

  "MasyaAllah." monolog ku saat tubuh ini terasa nikmat berada di atas kasur.

  Aku meraba kocek saat merasa suatu getaran yang ku pastikan itu panggilan dari seseorang. Ku tekan ikon hijau pada layar hape ku yang tidak terlalu kentang itu.

  Mas Azzam.

  Bibirku menerbitkan bulat sabit saat membaca nama yang tertera di layar ponselku seakan lelah dipundakku lenyap.

  "Assalamu'alaikum, mas?"

  "Waalaikumsalam, sayang, udah pulang?"

  Oh Allah --- baper sama suami sendiri enggak dosa kan? Aku saat ini seperti anak SMA yang sedang kasmaran. Senyum-senyum tidak jelas padahal Mas Azzam hanya memanggilku sayang tapi mampu buat ku ngefly.

  "Sudah, Mas, baru aja sampai rumah."

  "Ehm, okey kamu siap-siap, ya, lima belas menit lagi mas jemput kita malam malam."

  Seketika pipi ini memerah. Aahhhh, istri mana yang tak bahagia jika diajak makan bersama suaminya?

  "Ber ... dua?" tanya ku ragu.

  "Ada Nadin juga di sini."

  Deg.

  Oh Allah, baru aja aku merasakan kebahagiaan ku tapi kini mas Azzam malah meruntuhkan kebahagiaan itu seketika. Aku menarik napas perlahan mencoba kuat.

  "Ehm, aku kayaknya engga bisa deh, Mas, soalnya tugas ku masih banyak, kalian berdua aja." Tentu saja aku berbohong, sebab dosen ku tidak memberi tugas apa-apa.

  "Kamu yakin enggak mau ikut?"

  Jelas aku ingin ikut, tetapi ---- arrggghhhh.

Tentang Sebuah Rasa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang