Part 22

2.5K 146 10
                                    

  Halo, maaf ya update nya telat banget soalnya tadi lagi malam mingguan xixi

Canda malam mingguan, tadi keasikan main hp jadi lupa mau nulisnya :(

Semoga suka ya di part ini

Siap untuk ramaikan komentar?

Jangam lupa komen, vote dan share.

Udah dimasukan perpus?

Follow aku yuk @Leszhr_

Warning : Banyak typo yang membegal

Happy reading, sayang

.
.
.

  Mataku menyapu sekitar dengan seksama melihat setiap pojok dan stand-stand yang terlihat begitu ramai pengunjung.

  "Kita mau kemana ini?" tanya Ali yang menggendong Ayesha di belakang padahal aku sudah melarangnya takut jika lelaki itu kecapekan.

  "Cari tas aku dulu yok?" ajakku ketika melihat seorang wanita yang memasuki stand tas wanita baru teringat jika tas kerjaku sudah Senin-Kamis nyawanya.

  "Papa, Ayesha mau kesitu," rengek gadis cilik yang berada di gendongan Ali sambil menunjuk sebuah tempat bermain, yaitu biasanya aku memanggilnya mandi bola.

  "Bentar ya Amma nyari tas dulu," tutur Ali mencoba membuat Ayesha mengerti dan mau menungguku.

  "Amma lama?"

  Lama? Aku juga tidak tahu lama atau tidak sebab tahu sendirikan jika wanita sedang belanja pasti riweh, jika sudah suka dengan modelnya ada saja yang membuatnya tak suka misalnya warnanya yang kurang cocok, giliran warnanya yang cocok ; modelnya yang kurang bagus. Entah itu cuma aku atau semua wanita yang seperti itu.

  "InsyaAllah."

  "Ayesha letak disitu aja dulu gimana? Kan bisa tuh kamu udah siap dia juga siap, jadi kita cepat pulang."

  Ide Ali cukup cemerlang, namun ini Mall bukan taman depan rumah yang bisa sembarangan letak Ayesha disitu tanpa ada rasa was-was.

  "Enggak bisa gitu, Al, Ayesha bukan anak remaja yang bisa dilepas disini."

  Rasa khawatir itu wajar karena aku seorang Ibu.

  "Tenang, InsyaAllah disitu aman kok. Arsya aja kemarin disitu."

  "Kamu kok tau?"

  "Kemarin aku pergi sama bang Adit, jadi pas bang Adit mau beli baju Arsya mau main disitu yaudah biar enggak lama diletak situ anaknya."

  "Aku kasih tau Mbak Salma mau?"

  Memang ya laki-laki segampang itu tanpa ada rasa was-was gimana nanti anaknya? Coba kalau Mbak Salma tahu pasti dia akan marah kepada Mas Adit.

  "Jadi ini gimana?" tanya Ali karena Ayesha masih merengek minta masuk ke area tersebut.

  "Yaudah kamu sama Ayesha kesana, ku cari tas dulu," putusku karena tidak mungkin Ayesha yang dibiarkan sendiri sedangkan aku bersama Ali, anakku loh yang masih bocah cilik dan aku sudah dewasa.

  Ali menyetujui saranku kemudian ia pergi bersama Ayesha sedangkan aku mulai berjalan memasuki stand yang menjadi langgananku, namun langkahku mengambang ketika mataku menyorot seusatu yang membuat jantungku berdegub kencang. Astaghfirullah tidak mungkin, tidak mungkin dia kemudian aku menggelengkan kepala untuk melihat lebih jelas lagi siapa tahu apa yang aku lihat adalah salah, ternyata benar itu cuma ilusiku semata. Sudah lima tahun namun bayang-bayang itu masih tergambar jelas di mata, bahkan siluet rambutnya saja masih bisa ku kenali.

Tentang Sebuah Rasa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang