Part 24

2.6K 143 5
                                    

Halo gaes apa kabar hari ini?

Ada yang masih ujian, sudah selesai atau bahkan baru mau ujian?

Semangat ya ;)

Mental aman, kan?

Jangan lupa mampir ke ceritaku ya, judulnya "Kesalahan"

Aku tunggu kalian disitu, okey?

Yok silakan vote, komen dan share

Bismillah.

Happy reading

.
.
.

  Kala itu hari pertama Ayesha masuk ke Taman Kanak-Kanak, bukannya pulang dengan wajah yang ceria ia malah pulang dengan wajah cemberut membuat Sabhrina bertanya-tanya apa yang membuat putri kecilnya itu menjadi murung seperti itu.

  "Ayesha kenapa, Sayang?" tanya-nya mengelus lembut kepala sang putri yang tertutup khimar berwarna hitam itu.

  "Ayeca kecaalll," gerutunya sambil memajukan bibir tipisnya itu.

  "Emang ada apa? Dijahati sama temen?" Ali yang kala itu ikut menjemput Ayesha ikut kebingungan dengan mood anak itu.

  "Masa tadi Bunda manggil pas nyuru maju ke depan Ayeca Al-Khalish udah tau nama Ayeca tuh Ayeca Al-Ghifahri."

  Mendengad sang putri berkata demikian Sabhrina melihat Ali yang tengah menyetir. "Kamu ajarin apa Ayesha?"

  "Ya Allah, enggak ada, Sabh."

  "Terus  kenapa dia malah mau make nama belakang kamu dari pada ayahnya sendiri?"

  Nama Al-Khalish di belakang nama Ayesha sengaja diberikan supaya gadis itu mengingat siapa ayahnya dan merasa jika sang ayah selalu didekatnya meski mereka jauh.

  Ali mengendikan bahu. "Coba tanya aja sama anaknya."

  Aku menghadap ke Ayesha yang memainkan tali tas berwarna pink itu.

  "Nama Ayesha kan memang Ayesha Al-Khalis bukan Ayesha Al- Ghifahri?"

  "Ih Amma lupa, ya? Kan Amma sendili yang bilang kalau nama belakang Ayeca itu nama ayah Ayeca."

  Sabhrina mengangguk menjawab perkataan anak berusia lima tahun itu.

  "Terus?"

  "Ya kan ayah Ayeca itu Papa Ali, sedangkan nama belakang Papa itu Al-Ghifahri yaudah Ayeca ganti aja."

  Semenjak itu Ayesha tidak pernah mau jika dipanggil dengan Ayesha Al-Khalish, membuat Sabhrina pasrah dengan membiarkannya seperti itu itu karena anak itu masih belum cukup umut untuk memahami itu, walaupun demikian Sabhrina tetap memberitahu kepada Ayesha jika di sekolah dipanggil Ayesha Al Khalish maka ia harus menyahut karena itu adalah nama resmi dirinya.

  Sedangkan Al-Ghifahri hanyalah sebuah nama belakang Ali yang dibuat Ayesha sendiri sebagai pengganti Al Khalish.

  Apa ini sebuah tanda tersirat jika anak kecil saja paham mana yang memang benar-benar tulus?

* * *
Secangkir kopi yang bisa habis dalam sekejap kini masih utuh setelah berjam-jam terseduh hingga yang awalnya panas kini menjadi dingin.

  Azzam --- lelaki itu tak percaya jika Ali dengan Sabhrina akan berakhir dengan menikah, ternyata Ali tidak bercanda dengan perkataannya yang mengatakan jika akan mengambil Sabhrina.

Tentang Sebuah Rasa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang