Part 17

2.3K 156 39
                                    

Halo temen2 gimana kabar nya baik tah?

Jangan lupa vote, komen dan share ya ke temen2nya ^^

Jangan lupa masukan di perpus ya xixixi

Siap ramein kolom komentar?

Ambil baiknya buang yang buruk

Happy reading <3

  Seharusnya Sabhrina tidak perlu risau lagi tentang bagaimana akhirnya hubungannya dengan Azzam, sebab sudah jelas jika dirinya telah di talak oleh lelaki itu meskipun secara tidak sadar.

  Di ruang tamu ini sudah kumpul kedua keluarga, dari pihak Sabhrina maupun Azzam. Dahulu ketika menghadapi situasi ini panas dingin di sekujur tubuh karena jantungan ingin dilamar, namun sekarang rasa itu masih sama namun dengan keadaan yang berbeda.

  "Jadi ini mau gimana?" tanya Ayah Sabhrina sebagai pembuka suara dalam situasi yang mencengkam ini, kipas angin terus berputar, AC juga menyala namun entah mengapa rasanya begitu gerah dan panas hingga  peluh di pelipis Sabhrina mengalir.

  Iris Azzam berjumpa dengan Sabhrina membuat mereka mematung dalam seperkian detik, setelahnya Sabhrina langsung memutuskan pandangan. Rasanya rasa nyeri begitu nyata di dada ketika menatap wajah Azzam yang tak bisa di baca itu.

  Lelaki itu menarik napas dan memejamkan mata napas dalam kemudian dikeluarkan secara perlahan sebelum mengucapkan kata," Assalamualaikum, supaya tidak menunggu lama saya langsung saja memberitahu maksud dan tujuan datangnya keluara kami ke kediaman Ayah sama Bunda," tuturnya sambil melihat kedua mantan mertuanya secara bergantian. Perkataan yang sama ketika Sabhrina hendak dipinang waktu itu.

  Mendengar lelaki itu bersuara Sabhrina memegang lengan Adit begitu erat, menyadari reaksi sang adik lelaki itu mengelus lembut tangannya sebagai bentuk memberi ketenangan.

  "Keputusan yang saya ambil adalah murni tidak ada paksaan dari pihak manapun, maka saya ... "

  Azzam menggantungkan perkataannya kemudian melihat Sabhrina yang duduk diapit oleh Adit dan di sebelah kiri ada Ali, tatapan Azzam berubah ketika melihat Ali, sorot matanya seakan mengibarkan bendera perang.

  "... Azzam Al-khalish menalak istri saya Sabhrina Azzahra secara hormat."

  Nyess ....

  Bumi seolah runtuh, harapan telah sirna dan waktu terasa berhenti. Seperti ada yang retak tapi bukan kaca, ada yang gugur namun bukan tanaman.

  Setelah mendengar perkataan Azzam sampai selesai kristal bening menetes tanpa dipandu tulang-tulangnya seakan lepas dari tubuh. Rasanya begitu sesak dan lemas, Sabhrina memejamkan matanya hingga ia mengulum bibirnya yang bergetar menahan isak.

  Saya Azzam Al-khalish ingin mengajak putri bapak Shabrina Azzahra untuk menikah.

  Perkataan dimana lelaki itu melamar Sabhrina terputar jelas di otaknya, namun perkataan itu berubah menjadi kata talak yang ia dapatkan.

  "InsyaAllah, surat cerai akan segera selesai."

  "Udah selesai 'kan? Maaf semuanya Sabh izin masuk karena kurang enak badan, Assalamualaikum."

  Tak sanggup dengan kenyataan yang menimpa wanita itu pamit untuk segera masuk ke kamar, kepalanya benar-benar pusing mendengar Azzam telah menalaknya.

  Di kamar Sabhrina langsung duduk di bibir kasur sambil menutup wajahnya menggunakan telapak tangan, disitulah ia menumpahkan segala sesak di dadanya, rasanya dadanya begitu sakit. Sakit dan sakit.

Tentang Sebuah Rasa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang