Part 4

2K 191 42
                                    


  Halo gaes, siap ga sama  part ini?
Maaf banget baru nongol setelah berbulan hilang ditelan bumi di akun ini, sebenarnya aku ada tapi mampir ke akun sebelah aja xixixi
Persiapkan hati ya,
Aku harap feel nya dpet ke kalian

Happy reading and lov sekebon <3

  Aku melirik gawai yang ku gunakan silikon berwarna ijo botol itu, ia terus menerus berbunyi dan menampilkan sebuah nama, tentunya dari orang yang aku cintai dan yang selalu membuat hati ini perih.

  Hatiku masih belum pulih, tak ada niatan sedikitpun untuk menjawab panggilan dari pacar halalku itu, padahal biasanya ketika kontak mas Azzam muncul di layar handphone aku fast respon selalu untuknya.

  "Sabh, dari tadi hapenya bunyi, angkat gih siapa tahu penting."

  Aku menghembuskan napas gusar saat mendengar suara Bunda sekaligus berjalan kearah ku.

  "Biarin aja, Bun, palingan juga nanya aku lagi dimana."

  Aku menjawab tanpa menoleh ke Bunda, tatapan ku tak lepas dari luar jendela sambil melihat beberapa kendaraan yang melintas tanpa permisi. Tatapanku kosong, aku berdiri seakan melayang tidak dapat kurasakan kakiku menginjak lantai.

  Bunda mengelus lembut suraiku sambil tersenyum, senyuman yang mampu membuat siapa saja tenang.

  "Bunda tahu itu berat, tapi kamu harus ikhlas, bunda yakin Allah punya rencana yang jauh lebih indah disana."

  Prihal mas Azzam poligami, bunda sudah mengetahuinya, seluruh keluarga kami juga sudah tahu. Awalnya mereka kecewa besar dengan mas Azzam yang poligami tanpa seizin ku dan keluarga besar, terutama mas Adit, dia rasanya benar-benar ingin membunuh mas Azzam di detik itu juga.

  Abang mana yang rela melihat adiknya di duain meski itu halal?

Bahkan aku sempat juga seminggu tidak dikasih untuk bertemu dengan mas Azzam dan dikurung di rumah oleh mas Adit. My possesif brother!

  Aku menangis di pelukannya setiap hari, untung dia sabar menghadapi ku yang sedang patah hati.

  Mas Adit sedikit posesif, tapi asli dia orangnya penyayang, apalagi sama ku, bunda dan mbak Salma --- istrinya.

  Aku memeluk bunda erat sebab sumber ketenanganku hanya bertumpu kepadanya. Seorang malaikat yang menjelma sebagai seorang manusia.

  "Apa aku bisa ikhlas ya, Bun? Udah selama ini aku belum bisa," lirihku bersamaan dengan air mata yang menetes.

  Sakit rasanya. Aku enggak tahu harus gimana, opsi satu-satunya yang kupunya hanyalah ikhlas, tapi Ya Allah, kenapa sesusah ini untuk ikhlas?

  Aku terkejut saat sebuah mobil memasuki halaman rumah Bunda jantungku seolah memompa dua kali lipat, ya Allah aku belum siap.

  Drama apa lagi yang akan dimulai?

  Sudah cukup dengan melihat foto mereka tadi siang, apa aku harus melihat mereka bergandengan malam ini?

  Aku melihat mas Azzam keluar dari mobil jantungku benar-benar tak normal pergerakannya, ku pikir mas Azzam akan menunggu seseorang dari dalam mobil ternyata tidak, ia langsung masuk ke rumah Bunda. Dia datang sendiri? Tentunya ada sedikit rasa legah di hati.

  "Dia datang, sana jumpai suamimu."

  Aku menghapus jejak air mata kemudian jalan keluar kamar ingin menghampiri mas Azzam.

Tentang Sebuah Rasa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang