part 9

1.9K 149 13
                                    

Assalamualaikum, apa kabar?

Masih setia nunggui aku gak?

Maksudnya Sabhrina xixixi

Emosi aman?

Kalian solimi sekali minta Sabhrina Azzam pisah😭😭

Yang merasa tim julid Azzam sini kalian

Jangan lupa komen, vote dan share.

Semoga kalian suka ya sama part ini, sok siapkan jari untuk memenuhi komentar

Saranghek <3

Happy Reading

"Allah, aku mencoba merayumu berkenankah kau menotif rayuanku?"

Leszahra

𖧹⸻⿻̸̣⃕͜𖠚ꪴ〬☕

  Aku berharap Allah benar-benar mendengarkan kaduanku kali ini, aku benar-benar bingung harus bagaimana. Haruskah aku berdamai dengan Mas Azzam dan kembali ke rumah atau masih menunggu waktu yang tepat lagi?

  Masih ku tatap sajadah yang terbentang di lantai.

  Sepertinya keputusanku sudah bulat nanti sepulang dari kuliah aku akan kembali ke rumah suamiku dan mencoba menerima pernikahan poligami ini.

  Bismillah, dengan izin Allah semuanya pasti baik-baik saja.

  "Kamu yakin sama keputusan mu, Dek?"

  Tidak bisa disalahkan jika Mas Adit masih takut-takut melepasku kembali ke rumah tanggaku setelah ia melihat bagaimana hancurnya diriku beberapa hari yang lalu. Abang mana yang tidak khawatir jika melihat adiknya seperti itu?

  Kutatap Mas Adit yang masih menunggu jawaban dariku, aku mengangguk mantap sambil tersenyum. "InsyaAllah, Mas, doakan aja ini keputusan yang tidak buru-buru."

  Lalu ku pandangi semua yang ada di meja makan pagi itu. Pandangan mereka seperti  --- ah, aku yakin kalian paham. Ayolah, aku bukan lagi anak SMA yang sedang hendak rujuk ke pacarnya.

  "Mau mbak temeni enggak nanti?"

  Lihatlah sekarang giliran Mbak Salma yang posesif kepadaku. Geli sekali rasanya, apa mereka lupa jika aku adalah wanita yang bentar lagi menginjak 22 tahun?

  "Enggak usah, Mbak, aku sendiri aja," tolakku dengan halus, bukan apa, aku pergi dari rumah itu sendiri dan harus kembali juga sendiri tanpa merepotkan siapapun. Karena itu kesalahanku yang pergi dari rumah, seharusnya aku tidak boleh bertindak seperti itu.

.
.
.
.

  Aku membuang napas gusar, rasanya tidak menyangka jika aku harus kembali lagi ke rumah ini dan menerima pernikahan yang tak pernah aku impikan.

  Di depan pintu berwarna cokelat ini aku masih belum berkutik sedikit pun, masih memandang pintu yang aku tidak tahu entah sudah apa yang terjadi selama beberapa hari ini selama aku pergi.

  Bismillah.

  Dengan kemantapan hati, ku angkat tangan ini untuk memencet bell rumah. Sejujurnya aku rindu  ... namun aku sakit.

Tentang Sebuah Rasa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang