part 7

2.1K 180 33
                                    

Halo apa kabar? Hari Jumat semangat kan?

Tim julid Azzam mana ini?

Aku suka kalau kalian julid /ketawa julid

Jangan lupa vote dan komen

Ambil baiknya buang buruknya

Awas, cerita ini rawan typo

Happy Reading

.
.
.


"Hubungan itu didasari oleh kepercayaan, bukan dengan mata melihat tanpa mendengar."

Leszahra

.𖧹⸻⿻̸̣⃕͜𖠚ꪴ〬☕

  Hari ini aku kembali seperti dulu, sudah hampir setahun lebih aku tidak pernah seperti ini lagi.

  Mataku masih fokus menatap layar ponsel mbak Salma, karena aku sengaja mematikan ponsel, pasti kalian taukan apa alasan aku melakukan itu? Ya, karena aku enggak mau dihubungi mas Azzam meskipun ragu jika mas Azzam mencariku setelah mengatakan jika aku butuh waktu.

  Entahlah, aku tidak tau apa yang kurasakan hasrat ingin mengikhlaskan tapi hati tidak rela. Ya Allah, salakah jika aku bersikap seperti itu?

  Aku sadar aku terlalu banyak menuntut akan hubunganku dengan mas Azzam padahal aku sendiri saja belum bisa menjadi istri yang baik buat suamiku, masih curiga dan selalu cemburu kepada istri sahnya.

  Agak sakit memang menyebutkannya sebagai istri sah mas Azzam selain aku.

  Wallahi, aku ingin menerima pernikahan mereka dan entah kenapa terlalu banyak kata 'tapi' yang bersarang di kepalaku.

  "Dari tadi tuh muka kenapa kusut?"

  Ya begitulah, aku bermain ponsel mbak Salma bukan tanpa alasan, eits jangan kalian pikir aku stalking akun mas Azzam ya, tapi aku hanya bermain game offline karena otakku benar-benar ingin lepas rasanya.

  "Tau enggak, masa aku disuruh jelasin materi BAB 6 minggu depan sama Ibu itu, mana kita masih BAB 5 itu pun belum tuntas."

  Aku sedikit meringis dengan tugas yang diberikan oleh dosen kesayanganku itu, beliau memberiku hukuman karena kemarin aku keluar ketika mata pelajarannya tanpa pamit, main nyelonong aja. Iya sih, aku memang salah dan kesannya enggak sopan banget.

  Masih untung aku dikasih hukuman daripada nilaiku yang terancam, begitu katanya.

  Okey, alhasil aku lebih milih untuk jadi asisten dosen minggu depan.

  "Makannya enggak usah gegayaan main keluar keluar segala pas jam pelajaran."

  Aku hanya melirik tajam kearah Ali  --- ya kami satu mobil bertiga dahulu ini kebiasaan kami sebelum aku dan mbak Salma menikah.

  "Ck, kamu enggak tau masalahnya."

  Ali memberhentikan mobilnya di supermarket karena katanya mbak Salma haus mau minum terus perutnya mual, jadi mau beli minyak angin dulu. Biasalah hormon orang hamil.

  "Mbak, tunggu sini dulu, ya, sama Ali biar Sabh beli dulu."

  Aku turun dari mobil Ali segera mungkin melangkahkan kakiku menuju pintu supermarket dan langsung ke stand minuman.

Tentang Sebuah Rasa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang