Part 15

2.4K 159 79
                                    

Assalamualaikum, gaes mau tanya ini kalian malming pada ngapain?

Maaf ya update nya malem2 bnget tadi ngumpulin niat buat up dulu

Ini kalian bacanya pas lagi ngapai sih?

Jangan lupa vote, komen dan share ya

Jangan lupa follow wp ku (@Leszhr_) dan ig ku (@lszhr_)

Jangan lupa masukan perpus

Happy reading and semoga kalian betah2 ya

.
.
.

"Andaikan dengan mengatakan 'menyesal' semuanya akan berubah, maka satu kata itu akan menjadi laris terucap di lidah manusia."

🌼Tentang Sebuah Rasa🌼

  Teriknya matahari sungguh menyengat di kulit sampai-sampai kerongkongan rasanya seperti tengah berada di gurun pasir. Aku menengguk air mineral yang jika ku hitung ini adalah botol yang keempat dalam sehari aku meminumnya. Pemecah rekor, sebab biasanya satu botol saja itu masih tersisa hingga pulang kuliah karena aku bukan tipikal orang yang candu akan minum, tapi untuk hari ini benar-benar panas.

  "Siap ini mau kemana?"

  Ku tolehkan kepala ke kenan sebab suara Ali menyapa menuntutku untuk menjawab.

  "Pulang aja kali, ya? Males banget mau ngapa-ngapai, gerah," tuturku sebab biasanya ketika pulang sekolah kami akan ada ritual kumpul sebentar meski hanya sekedar minum booba bersama di parkiran, namun kali ini aku males, rasanya ingin cepet-cepet sampai di kamar kemudian sampai ke negeri mimpi.

  Mendadak diantara kami hening tak ada yang membuka suara yang kudengar hanya suara serutan pipet dari cup yang Ali minum saja, hingga kemudian aku mendengar lelaki itu bersuara.

  "Sabh," panggilnya yang hanyaku balas dengan deheman.

  "Nikah sama aku mau?"

  Yang tadinya aku memejamkan mata spontan aku membuka mata dan langsung menoleh ke Ali yang kini juga menatapku serius. Aku tidak tahu ia berucap demikian hanya sebuah lelucon atau serius, tapi tidak munafik jantung ku tidak aman ketika Ali berkata demikian, ya wajar saja sebab apa mustahil rasanya melihat umur persahabatan kami yang begitu lama namun aku tidak merasakan getaran-getaran tersebut? Terlebih lagi Ali begitu perhatian serta selalu ada kapanpun dan dimanapun, intinya dia selalu siaga kepadaku. Hal yang normalkan kalau seorang gadis merasakan sebuah getaran-getaran jika perlakuannya seperti itu?

  "Udah gabut kali, ya, Al?"

  Hanya perkataan itu yang dapat aku jawab untuk menutupi rasa gugubku karena perkataannya yang membuatku salah paham. Aku tidak bisa menilai ini serius sebab bisa sajakan Ali bercanda mengatakan itu?

  "Sabh, aku serius."

  Allah, mau baper tapi takut. Kalau sudah begini apa salah karena aku yang baper?

  "Dasar ya cowok demen bener buat anak orang baper," cibirku lagi-lagi aku mengatakan supaya ia tak curiga kepadaku.

  "Emangnya aku keliatan main-main, ya?"

  Karena aku merasa nada suara lelaki itu agak beda, aku langsung menatapnya. Damn! Aku kira ia akan menatapku jenaka kemudian sambil berkata 'bercanda doang kali, kamu pasti udah baper, ya?' namun yang aku terima adalah sebuah kata, "emang kamu pernah lihat aku maini cewek atau ngajak nikah cewek lain?"

Tentang Sebuah Rasa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang