Part 16

2.4K 155 5
                                    

Assalamualaikum, apa kabar?
Aku harap kalian sehat, ya
Jangan lupa vote, komen dan share
Jangan lupa di masukan ke perpus juga ya
Siap untuk ramein kolom komentar?
Happy reading

Author pov :

  Sabhrina  kini sedang menatap pantulan dirinya di depan cermin yang berukuran 1.5 meter itu, brokat abu rokok dengan pashmina berwarna senada yang menutupi dada itu kini tengah membungkus rapi tubuh molek yang selalu dijaganya, juga jangan lupa make up yang tidak terlalu tebal kini bertengger indah di wajah manisnya.

  Hari yang dinanti-nanti itu akhirnya tiba, rasa gugub itu sudah bersarang dari tadi malam di dadanya hingga ia tak bisa tidur bahkan sekarang tangannya menjadi panas dingin juga betisnya melemas yang lebih asemnya lagi adalah sekarang ia mendadak ingin buang air karena sangking gugubnya saat ini.

  Mata Sabhrina melirik gawai yang sedari tadi ia letakkan di meja rias sebagai teman beriasnya, hatinya sedikit senduh. Entahlah ia seperti tengah mengharapkan sesuatu namun malah menjadi kecewa.

  "MasyaAllah cantik banget, udah siap?"

  Sabhrina tersenyum sambil meraih sepatu hak tahu berwarna hitam yang sudah ia letak sejak tiga hari lalu kemudian memakainya.

  "Takut, Mas," kaduhnya kepada sang Abang yang kini tengah memandang sang adik dengan bahagia.

  Tangan kekar Adit mengelus kepala Sabhrina lembut sambil tersenyum ia berucap, "enggak apa-apa jangan takut, coba berdiri," pintahnya kepada sang adik yang sedari tadi hanya duduk di depan meja rias, nenuruti permintaan sang abang Sabhrina pun berdiri menghadap Adit.

  "MasyaAllah, Sabh, anggun banget."

  Sabhrina melihat ke belakang Adit, ada Salma yang baru datang mengenakan baju brokat berwarna biru muda. Tentunya tak kala cantik dengan Sabhrina, meski mengenakan brokat, Salma tetap memilih  yang tidak mengetat di badan hingga tidak menampilkan lekuk tubuhnya.

  "Makasih, Mbak juga cantik."

  Lagi-lagi Sabhrina melirik ponselnya sampai ia mengambil ponsel tersebut dan mengetuk layar sebanyak tiga kali, entah kenapa ia menjadi senduh lagi ketika tidak ada apa-apa. Sebenarnya ia menginginkan apa?

  Melihat sang adik ipar mendadak murung Salma menegurnya, Sabhrina tidak boleh seperti itu sebab ini hari bahagianya.

  "Kenapa, Dek?"

  Sabhrina mematikan layar ponselnya kemudian menatap Salma dan dengan spontan menciptakan sebuah senyuman.

  "Enggak apa-apa, Mbak," ucapnya bohong padahal hatinya seperti ada yang ganjal.

  "Azzam enggak ada ngehubungi kamu, Dek?"

  Sabhrina langsung menatap Salma datar, yak sebenarnya ia sedari tadi menunggu chat dari Azzam, tida munafik meski mereka telah bercerai namun rasa itu masih belum hilang sepenuhnya.

  Gelengan kepala senduh menjadi sebuah jawaban dari Sabhrina.

  "Buat apa Azzam chat Sabhrina, lelaki macam apa yang tidak ada datang kerumah sampai sekarang untuk meluruskan masalah?"

  Yap, Azzam sampai sekarang belum ada bertandang ke rumah Sabhrina sebenarnya itulah yang membuat gadis itu sedih saat ini. Apa itu artinya Azzam benar-benar ingin lepas darinya? Mungkin Sabhrina bisa memaklumi jika kemarin Azzam emosi tapi bukankah seharusnya lelaki itu datang baik-baik ke rumah untuk menjelaskan semuanya?

Tentang Sebuah Rasa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang