Part 27

5.9K 179 22
                                    

Halo gaes apa kabar?

Jangan lupa vote, komen dan share ya

Siap untuk ramekan kolom komentar?

Jangan lupa mampir ke cerita baru ku judulnya "Kesalahan" soalnya lg on going

Semoga suka and happy reading

.
.
.

  "Azzam Al-Khalish, saya terima nikah dan kawinmu bersama anak saya Sabhrina Azzahra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

  Lelaki itu memegang tangan lelaki dewasa yang kini menjadi wali pernikahannya dengan erat dan kuat, serta tatapan matanya begitu tegas dan tegang.

  "Saya terima nikah dan kawinnya Sabhrina Azzahra binti Ahmad Akbar Arsalan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

  Suara lantang tersebut menggema di sepenjuru ruangan membuat siapapun juga ikutan menahan napas mendengarnya.

  "Gimana, saksi sah?"

  "SAH!"

  Bahu lelaki itu yang tadi menegang kini merosot merasa legah, sebelum ijab kabul terucap rasanya beban dipundaknya begitu berat hingga hendak tertawa saja rasanya begitu sukar, namun kini sebuah senyuman terpoles indah di bibirnya.

  Dengan terucapnya ijab qobul tersebut itu artinya bumi juga menjadi saksi jika sang suami telah siap lahir batin untuk bertanggung jawab kepada istrinya. Sang suami juga harus siap ketika dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya pada keluarganya, juga sang istri juga siap dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya kepada rumah suaminya.

  Karena setiap manusia adalah khalifah atau pemimpin, yakni pemimpin atas dirinya sendiri dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas pimpinannya.

  Begitu juga suami, ia akan dimintai pertanggung jawaban atas pimpinannya kepada anak dan istrinya.

  Dan sang istri akan ditanya tentang kemimpinannya tentang anak dan rumah suaminya jika sang suami tidak di rumah apakah ia patuh atas perintah Allah atau malah ia ingkar kepada Allah dan suaminya?

  Semua itu tak luput dari perhatian-Nya, sebab Allah maha pengampun tapi jangan lupa kalau Allah maah adil.

  * * *

  Suara gemuruh juga kelelap menyadarkan ku, tadi sedang melamun di depan jendela dan entah mengapa malah mengingat kejadian dimana aku dan Mas Azzam melangsungkan pernikahan. Entahlah aku juga tidak tahu tiba-tiba saja otakku memutarkan slide lama yang rasanya ingin aku hapus mentah-mentah.

  Melihat Ayesha saat ini telah tertidur pulas, aku menarik kedua sudut bibirku rasanya sangat bersyukur karena Allah tak memisahkanku dari dia, karena Allah membolak-balikan hati Mas Azzam sehingga lelaki itu berpikir jernih untuk tidak mengambil Ayesha dariku.

  Alhamdulillah.

  "Kalau gitu rujuk lagi, mau?"

   Allahuakbar, apa ini? Mendengar itu mataku membulat juga bibirku membeku tak sanggup berkata apapun.

  Melihat ekspresiku yang menyatukan alis Mas Azzam tersenyum tipis membuatku semakin bingung.

  "Aku tau kamu enggak mungkin mau mengingat masa lalu kita gimana," tuturnya sambil tersenyum sumbang.

Tentang Sebuah Rasa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang