"Nyonya Widura bersama cucu-cucunya pindah dari sini ke kota besar."
Sandra hampir memekik mendengarnya. Setidaknya ia tahu kalau putrinya memang berada di keluarga itu.
"Di mana? Di mana mereka? Apa putriku baik-baik saja sekarang? Apa dia hidup dengan layak? Apa dia bahagia? Apa dia–" Dada Sandra terasa penuh sekarang. 15 tahun penantiannya untuk hari ini, benar-benar membuatnya sulit untuk bernapas.
Perasaannya mengambang bersama dengan rasa tak percaya. Ia menarik napas dengan kuat dan kembali menatap Narti untuk menanti jawaban wanita itu.
Narti menggeleng. "Saya tidak tahu kabar keluarga itu, Nyonya. Saya hanya pekerja sementara mereka. Saya tidak tahu banyak tentang mereka. Diluar ini, saya tidak bisa menjawab pertanyaan Nyonya lebih jauh. Karena sebenarnya, ini bukan dalam wewenang saya. Bukan hak saya untuk memberitahu Nyonya."
"Aku akan membayar berapapun, setidaknya Ibu memberitahu di mana mereka sekarang. Rumah mereka di mana?"
"Maaf, saya tidak tahu. Nyonya Widura, Nyonya Widura adalah pemilik rumah ini. Orang yang membawa masuk seorang bayi pucat, yang ditinggalkan di tengah hujan, yang saya tahu mereka berada di komplek elit … Siam Indah."
🍁🍁🍁
Mesha duduk di kursinya yang nyaman. Ia membuka buku dari dalam lacinya, kemudian mengenakan earphone untuk memutar lagu favoritnya.
Mesha tidak tahu kalau pergumulan di sudut ruangan itu, tengah membicarakannyya.
"Ya tapi emang mereka partner lomba, kan?" usung laki-laki berkerah terbuka.
"Hu'um! Panteslah mereka deket," timpal yang lain.
Para gadis yang begitu mengidolakan Rey tampak gusruk sambil memukul lengan laki-laki yang sempat berbicara baik tentang postingan salah satu siswa di SMA Bhakti yang memperlihatkan kedekatan Mesha dan Rey.
"Sayang banget, ternyata cewek cantik pasti dapetnya yang goodlocking. Kalah cepet gue, mah!" Tuturan itu kembali mendapat pukulan.
"Ih! Gini ya, gengs! Nggak ada yang lebih kenal sama tuh cewek kecuali kita. Temen sekelasnya. Dia 'kan pendiem, nggak suka bergaul, eh tiba-tiba seorang Rey jadi deket sama dia. Aneh, nggak?" tanya gadis yang bersandar di tembok. Suaranya didengar dengan baik, menimbulkan argumen lain di tengah meja kelas itu.
"Gini, Kita nggak pernah tahu, di balik air yang tenang itu ada makhluk apa. Bisa aja dia ganas, sampe make susuk, nah tuh gimana?"
"Atau pelet! Hih! Serem!" ungkap yang lainnya tak suka.
"Gue penasaran gimana kalau Ranara tahu postingan itu? Di jadiin geprek tuh anak," ceplos salah satu dari mereka, lagi.
Tiba-tiba suara pintu terbuka membuat kebisingan dari luar berbondong masuk ke dalam kelas Mesha. Rombongan Nara tampak memenuhi pintu kelas.
Nara maju dengan berani sendirian. Ia menghampiri meja Mesha setelah menyeringai tak jelas.
Mesha yang tertunduk dengan bacaannya, terpaksa mengangkat kepalanya saat Nara mengetuk mejanya.
Mesha terheran sejenak. Ia melepas earphone dan menyadari semua mata menunjuk padanya.
"Lo bilang nggak ada hubungan apapun sama Rey. Tapi kalian keliatan deket banget?" Nara menunjukkan layar ponselnya ke hadapan Mesha.
Mesha tak terkejut, itu adegan di mana Rey menyampirkan sebaris nomor telepon di telapak tangannya untuk menghindari komunikasi berlebih di tempat ramai.
Tapi nyatanya, hal kecil itupun masih saja terekspos.
"Gue emang nggak ada hubungan apapun sama Rey," datar Mesha sambil berdiri. Ia harus meluruskan ini secepat mungkin, agar hidupnya di sekolah itu kembali tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Brother (Sudah Terbit)
Teen Fiction[Sudah tamat] Bayi mungil yang diasuh keluarga Mafia. Hidupnya nyaris sempurna meski hanya dengan pelukan kedua kakak kembarnya. Bhymesha Auri Shenata ditakdirkan untuk mengejar kebahagiaan, cinta, harga diri, dan keluarga. Mesha berada di posisi s...