Twins Brother : 28

759 42 0
                                    

"Kalian dipanggil ke kantor guru," Salah satu teman sekelas Mesha datang ke meja perpustakaan yang ditempati Rey dan Mesha dengan wajah sinis dan terlihat risih.

Rey dan Mesha hanya bisa berpikir dengan positif, meski wajah mereka sama-sama heran, Rey dan Mesha tetap berjalan ke kantor guru seperti yang dikatakan siswa tadi.

Sepanjang perjalanan, Rey yang berdiri di samping Mesha mulai curiga, tak biasanya mendapat pandangan aneh itu. Lain dengan Mesha yang sudah hapal dengan situasi ini, hanya diam dan menatap lurus ke depan tanpa memedulikan tatapan tajam itu.

Mereka sampai di ruang kepala sekolah, dengan sudah ada beberapa guru yang tampak menunggu, Mesha dan Rey duduk bersebelahan di antara mereka.

"Rey Alvarendra? Bhymesha Auri?" celetuk Kepala sekolah dengan wajah serius, Mesha dan Rey mengangguk.

🍁🍁🍁

"Apa?! Cucu saya? Tidak mungkin," Widura menegang di tempat duduknya, pihak sekolah sudah menghubunginya.

"Kami akan segera pulangkan mereka ke keluarga masing-masing, mereka akan membawa surat panggilan orang tua untuk memberikan kejelasan tentang hal ini. Kami sudah bertanya kepada mereka, tapi bahkan penyanggahan mereka tidak terdengar membantah, justru mendukung. Sekolah pasrahkan kepada keluarga untuk menggali masalah ini lebih dalam agar tidak salah paham, karena kembali lagi, keluarga adalah orang yang paling paham dengan anak."

Widura menutup teleponnya dengan wajah bingung. Ia kembali mengambil telepon itu dan menghubungi cucunya.

🍁🍁🍁

Selesai dari ruang guru, Mesha dan Rey yang baru paham dengan masalah ini, hanya bisa sama-sama pasrah. Di tangan mereka, selayang kertas dipegang. Keduanya sempat bertemu pandang sebelum menghela napas berat bersamaan.

"Gara-gara lo ngomong sembarangan, semua orang jadi salah paham," cibir Mesha yang terasa berat menerima keadaannya ini.

"Ya gue nggak ada maksud ke situ, lagian kita nggak salah, kita cuma perlu ngasih ini ke orang tua kita, dan ngejelasin semua kalau-"

"By!"

Mesha membulatkan mata setelah menoleh, Agam menghampirinya dengan wajah sangat tidak enak dilihat. Bahkan Agam tak mengenakan topinya.

"Abang?" Agam menarik tangan Mesha mendekat ke arahnya. Laki-laki itu juga menaruh tajam pada Rey yang terkejut.

"Kamu, ikut saya."

Mesha diseret oleh Agam menuju mobil mereka, disusul Rey yang sedikit berlari dengan patuh.

Di dalam mobil, semua orang terdiam. Hanya hembusan napas Agam yang terdengar memburu, sementara mobil melaju dengan cepat. Agam meremas setir mobil sudah gatal.

Mereka sampai di rumah Mesha. Untuk pertama kalinya, Rey benar-benar paham kenapa Mesha terlihat bukan seperti gadis biasa. Rumah mewah nan besar itu menunjukkannya.

Dan … orang yang kini ada di depannya adalah … Shenata?

Agam turun lebih dulu dan disusul dua anak SMA itu. Laki-laki berkasual formal itu menghampiri Rey dan menyeretnya masuk lewat garasi.

Mesha yang sadar kalau wajah Agam berubah emosi, sangat terkejut dan segera berlari mengejar Agam yang diam tanpa ada kata-kata menyeret Rey.

"Abang! Tunggu! Abang mau ngapain?!"

Teriakan Mesha tak digubris, Agam sudah membulatkan emosi dengan Rey yang hanya pasrah tak bisa melawan.

Agam berhenti mendadak dan melayangkan kepalan tangannya ke wajah Rey dengan cepat, sampai bunyi pukulan itu menggema di ruangan yang lebih kosong di sudut garasi.

Twins Brother (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang