Twins Brother : 16

998 54 0
                                    

"Gue nggak percaya! Apa mungkin By pacaran di belakang kita?" Agam tampak khawatir dengan raut wajah kesal.

"Kita yang tahu banyak soal By. Gue yakin, By nggak akan pernah melanggar aturan keluarga. Sekalipun mereka deket, By cuma akan nganggep bocah laki-laki itu temannya. Cuma teman," tegas Agler yang fokus pada kemudinya.

Agam mengangguk tanda setuju. Mobil mereka semakin melaju cepat ke arah bandara.

Tanah lapang yang ditimbun dengan beton dan semen di bandara itu sangatlah luas. Ada puluhan pesawat terbang yang parkir maupun sedang beroperasi.

Terik matahari yang mulai muncul di ufuk timur, tidak hanya menyilaukan mata, tapi juga perasaan bahagia sepasang saudara kembar yang tersenyum ketika pesawat pribadi orang tuanya mendarat sempurna di tengah lapangan.

Beberapa orang berjas hitam segera berlari mendekat. Menyambut sang majikan setelah 3 tahun tak pulang.

Roseanna masih sama anggun dengan kacamata hitam dan tas branded yang ditentengnya. Begitupun dengan Zack, laki-laki nomor satu di Australia. Kemeja putih dibalut jas merah, tampak serasi dengan gaun hitam Rose.

Agam dan Agler tersenyum menyambut. Mereka bertemu pandang tanpa sapaan. Tak lama Rose bereaksi lebih dulu, ia memeluk Agler yang berdiri di depannya.

"Oh, God!" serunya amat bersyukur karena akhirnya bisa bertemu dengan anak-anaknya.

Agler mengusap punggung Rose yang setengah terbuka. "Selamat datang di rumah, Mah."

🍁🍁🍁

Mesha turun dari mobil Rey. Membuat pagi para penggemar Rey terkejut di parkiran.

"Yuk!" Rey melempar senyumannya pada Mesha yang tampak datar dan mempersiapkan diri menerima tatapan lebih aneh dari teman-temannya.

"Selama ada gue, lo bakalan aman!" jamin Rey menepuk dadanya sendiri.

Mesha melirik keras ucapan Rey, "Kalau gue lagi di jalan, dan Lo nggak ada? Apa yang bakal lo jamin buat gue?"

Rey berpikir sejenak kemudian kembali menatap Mesha. "Hati gue akan selalu ada sama lo."

Mereka terdiam dalam ruang pana. Mesha menelisik sudut wajah Rey yang tersenyum ke arahnya. Gadis itu memutar bola matanya dengan malas.

"Nggak percaya?" Rey memicingkan mata melihat reaksi Mesha. Sedikit tidak seperti ekspektasinya.

"Coba aja, waktu lo jalan, lo pasti mikirin gue," Rey amat sangat percaya diri. Tapi kepercayaan diri itu justru mendapat helaan napas oleh Mesha yang meninggalkannya begitu saja di tempat.

"Dih?"

"Eh! Sha! Tungguin gue!"

🍁🍁🍁

"Sha?" Mesha menoleh pada Grace, teman satu kelasnya.

"Gue denger, lo bareng Rey berangkatnya? Kalian pacaran?" sodor Grace sembari menampilkan wajah penasaran.

"Nggak," bantah Mesha merasa lelah. Kenapa semua orang terus beranggapan aneh seperti ini dengannya?

Jauh lebih nyaman ketika semua orang tak peduli padanya. Membiarkannya sendirian dengan tenang, dan tak mencampuri urusannya.

"Ih! Jujur aja! Hebat lo bisa ngalahin Nara, kok lo bisa secepet itu dapetin Rey?" Grace mengambil kursi di belakangnya untuk tempat duduk. Gadis berambut pendek itu mengambil posisi nyaman untuk berbicara dengan Mesha.

Mesha mulai geram sekarang. "Gue nggak ada hubungan apapun sama Rey."

"Halah, kalau sama gue, rahasia lo aman. Lo cerita aja, apa bener lo pake itu? Mau dong! Gue mau idola gue jadi pacar gue," sarkas Grace yang terdengar mencibir.

Twins Brother (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang