Twins Brother : 33

696 37 0
                                    

"Kalian siapa?"

Ben mengeluarkan kartu namanya. Ia mencoba bersikap seramah mungkin pada wanita yang ia duga adalah Ibu dari seorang perempuan bernama Sandra.

Wanita itu melirik Agam yang mengangguk dengan senyum tipis.

"Silakan masuk," sila wanita itu setelah melihat nama di atas kartu nama itu.

"Bapak! Ada orang nyari Bapak!" teriak nyonya rumah setengah panik saat memanggil suaminya.

Pria jakung dengan kaos putihnya berjalan tergopoh dari dalam rumah. Namun langkahnya melambat setelah melihat siapa tamunya.

"Selamat sore Pak Baskara, saya Ben Steve, dari Tele Media," Ben menyalami Baskara, si tuan rumah.

"Dan ini bos saya, Tuan Agam," Ben menunjuk Agam yang kemudian ikut bersalaman.

Baskara terdiam beberapa saat setelah matanya bertemu pandang dengan Agam. Lalu ia mempersilakan kedua tamunya untuk duduk.

"Ada perlu apa kalian?" tanya Baskara tak suka basa-basi.

Ben menyimpulkan senyum, "Kami hanya ingin tahu, apakah Pak Baskara ingat dengan seorang perempuan bernama Sandra?"

Baskara menatap kosong mata Ben yang mengatakannya. "Tidak," jawabnya singkat.

"Hahha, lalu siapa perempuan dalam surat kabar ini? Bukankah dia adalah Sandra C. Baskara? Putri pertama Bapak?" tembak Ben yang langsung menyenyapkan suasana.

Istri Baskara tampak melemas di tempat, mereka berdua memang orang tua kandung Sandra. Orang yang telah membuat Sandra mengambil keputusan hidup yang sulit.

"Apa yang kau mau?" Baskara meletakkan kopyah-nya ke atas meja setelah melirik kertas data lama karyawan magang perusahaan H-Croup 16 tahun yang lalu.

"Sederhana, Pak. Karena sepertinya Bapak tidak suka basa-basi, saya hanya akan mengajukan beberapa pertanyaan subjektif mengenai keberadaan gadis muda di dalam data ini, saya harap Bapak bisa membantu kami dalam pengusutan kasus yang terjadi 16 tahun lalu ini," tutur Agam berbicara.

Baskara dan istrinya saling pandang. Mengapa kedua tamunya ingin tahu soal anak yang mereka usir, yang pergi membawa aib keluarga mereka? Bahkan ini sudah terlalu lama untuk dijadikan berita di TV.

"Apa untungnya aku membicarakan anak tak tahu malu ini?!" sungut Baskara menunjuk kertas di atas mejanya.

Agam dan Ben terhenyak mendengar ayah dari perempuan yang tengah mereka cari.

"Kalau Bapak mau bekerja sama dengan kami, Tele Media akan memberi imbalan … " rayu Agam. Ia menjentikkan jari, kemudian koper ditangan Ben terbuka.

Tumpukan kertas merah mengkilap berbau khas keuntungan, membuat Baskara dan istrinya menimbang keputusan.

"Kurang, Pak? Kami akan belikan rumah yang layak untuk Bapak sekeluarga di salah satu pavilion kota, hanya dengan menjawab jujur, di mana  Sandra, putri Bapak?"

🍁🍁🍁

"Yah! Gue rasa, sia-sia memberikan 1 milyar ke keluarga miskin yang cuma jawab 'nggak tahu' waktu gue nanya di mana Sandra sekarang."

Agam mengendurkan kancing atas kemejanya karena panas dari efek matahari yang tampak cerah di sore yang gerah ini.

"Tapi lo yakin, kan? Kalau Sandra di data itu memang pergi meninggalkan orang tuanya setelah diusir karena kabar dia hamil?" Agler dari seberang tengah menunggu saudaranya memberi laporan.

"Iya. Mereka ada bilang kalau anak yang mereka usir dari rumah saat itu, kabarnya hilang dari telinga mereka gitu aja, mereka bener-bener nggak peduli," terang Agam mengibaskan tangan di udara.

"Oke, lo balik ke kantor gue sekarang. Kita tunggu hasil penelitian Mike, dia menemukan nama seseorang yang tercatat di daftar transfer Hanzel. Mike berhasil masuk salah satu akses bank yang mengurus keuangan Hanzel," tutur Agler sebelum menutup telepon.

Mobil Jeep itu melaju cepat di jalanan yang kembali mulus setelah keluar dari jalur terjal perkampungan.

Tanjakan dan turunan dilewati begitu saja oleh mobil yang dikendarai Ben. Tidak perlu waktu lama, mereka sampai di pelataran gedung, tempat para pekerja Agler mengerahkan otak mereka di sana.

Kawalan penjaga kantor itu, membawa Agam naik ke lantai di mana Agler sudah menunggunya.

Pintu ruangan terbuka, sudah ada Mike dan komputer besar yang menyala di tengah. Agam dan Ben masuk, bergabung dengan obrolan kedua orang di dalam sana.

"Gimana?" Agam duduk di samping Agler setelah menarik kursi.

Mike berdiri di samping komputer sambil menjelaskan apa yang ia temukan.

"Sandra C. Hanzel. Perempuan yang Tuan cari, memang dinikahi Hanzel setelah kabarnya ia hamil dan melahirkan anaknya. Aku sudah menelusuri ini sejauh yang kubisa. Hanzel membangun sebuah rumah besar di sudut kota terpencil, menggunakan biaya konstruksi yang besar. Seperti yang tertulis, rumah itu atas nama Sandra C. Hanzel," jelas Mike sambil menunjuk data sinkron yang ia curi dari akun bank milik Hanzel.

"Jadi, perempuan itu dipindahkan Hanzel ke sini? Bersama anak mereka?" tanya Ben yang ikut menyimak.

"Awalnya kurasa begitu. Tapi ini … " Mike mengarahkan layar ke halaman selanjutnya. Menampilkan lampiran daftar kunjungan rumah sakit 16 tahun yang lalu.

"Dari sini, aku paham. Bahwa Sandra C. Hanzel ini telah melahirkan anak mereka. Rumah sakit juga telah mengiyakan pertanyaanku. Bayi perempuan dengan tinggi badan 54 cm dan berat 3,2 kg lahir normal atas nama Sandra C. Baskara, ia belum mengganti nama marga keluarganya. Itu artinya, saat itu ia belum dinikahi oleh Hanzel. Pertanyaanku, di mana bayi itu? Di saat Hanzel membawa Sandra dari tempat kos-nya, seminggu setelah Sandra melahirkan?"

Pertanyaan retoris itu belum terjawab oleh analisis Mike sendiri. Karena informasinya begitu sulit dijangkau, Hanzel mempunyai pertahanan keamanan data yang sempurna.

"Apa bayi itu tidak terdaftar di data penduduk? Hanzel tidak mungkin menutupi ini dari data seperti itu. Jika kita bisa melacak data bayi itu dari pusat pembendaharaan data penduduk, mungkin besar kemungkinan bayi itu kini tumbuh di dalam rumah itu, dan ada di sana selama ini. Ini akan jadi bukti kuat untuk menekan Hanzel, dan membungkamnya di depan umum," papar Agler menunjukkan pandangannya.

Belum sempat diberi anggukan oleh tiga orang di sana, Mike menyanggah lebih cepat. "Bayi itu tidak ada."

Yang lainnya begitu terkejut mendengar sanggahan Mike. "Bagaimana bisa?" Agam memutar otak untuk memahami kalimat Mike yang terdengar lucu.

"Karena beberapa waktu yang lalu, aku berhasil mendapatkan informasi penting ini … " Hasil kerja Mike tak pernah meleset dari dugaan diluar pemikiran orang, ada banyak hal yang bisa diangkut oleh Mike dalam sekali selam.

" … Pengadilan baru saja menyetujui pembatalan gugatan cerai atas nama Sandra C. Hanzel, dengan kasus ini, aku menyimpulkan sendiri, pernikahan mereka yang ditutupi selama hampir 15 tahun lebih ini, akan bertahan lebih dari itu jika anak mereka ada di sana. Hanzel tidak mungkin menceraikan perempuan yang melahirkan anaknya."

Terdengar tak masuk akal, memang apa salahnya jika seseorang melayangkan gugatan cerai jika mereka sudah punya anak? Kebanyakan pasangan masih bisa melakukan itu, bahkan dengan banyak anak sekalipun.

Tapi Agler tahu, kalimat Mike belum selesai, ia mempersilakan pada Mike untuk melanjutkan bicara.

"… Hasil pengintaian anak buah Tuan Agam yang gugur di tempat Hanzel, memberikan laporan mereka yang kuterima langsung. Dikatakan, Hanzel menikahi Sandra atas permintaan Riana, istri pertamanya yang tinggal di istana keluarga Hanzel. Wanita yang tidak bisa memberikan Hanzel keturunan. Selebihnya kalian bisa paham sendiri apa yang kumaksud, kan?"

Agler dan Agam terdiam cukup lama. Masuk akal kali ini, perceraian itu mendukung kemungkinan anak itu tidak ada bersama Hanzel dan Sandra.

Temanggung, 14 Maret 2021
-Ara

Twins Brother (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang