"Bagaimana kalian bisa melakukan itu?! Sudah saya bilang, awasi By!"
Agler memanggil tiga orang pengawal pribadi Mesha yang pagi ini ditugaskan untuk mengawasi Mesha. Tapi sanggahan mereka yang mengatakan bahwa Mesha dalam keadaan baik-baik saja ketika sampai di sekolah tepat waktu, membuat ketiganya lantas mundur dan tidak mengawasi Mesha kembali.
Hal bodoh yang dilakukan ketiga orang itu, membuat Agler naik pitam. Agam yang bersandar di dinding ruang kerja Agler itu berdecih kecil.
"Bodoh!" Bhughh! Tinjunya melayang tak lama.
Salah seorang yang berdiri di dekat Agam, mendapat pukulan telak. "Kalian tidak pantas ada di sini lagi!"
Mengacuhkan Agam yang tengah memaki anak buahnya, Agler menelepon seseorang yang ia perintahkan untuk segera mencari Mesha.
Sementara itu,
Ruang perpustakaan yang ramai silih menjadi sedikit lebih sepi. Tapi Mesha dan Rey masih fokus dengan buku di depan mereka.
"Kalau massa ini dibagi dengan bilangan di rumus kinetik, pasti bakal–"
Krukuk-krukuk-krukuk …
Rey menghentikan kalimatnya saat mendengar bunyi perut kelaparan itu, ia menatap Mesha yang ternyata satu tangannya sedari tadi memegangi sisi perut.
"Lo laper?" tanya Rey dengan sudut bibirnya tertarik satu.
Mesha mengelak sambil membuang pandangan ke jendela, "Nggak."
Krukuk-krukuk-krukuk …
Tawa Rey meledak tertahan, suaranya terdengar meledek dan memalukan Mesha yang segera menutup bukunya.
"Apa sih? Salah kalau gue laper?" sewot Mesha memasang wajah datar.
Rey semakin geli sekarang, ia menggeleng kecil masih tertawa. "Nggak … nggak salah! Mau mampir makan dulu, nggak? Gue juga laper!" sulutnya yang langsung mengusap perut.
Mesha tak menjawab, ia berdiri untuk mengembalikan buku-buku itu ke rak sebelumnya. Ia melirik jam tangannya yang baru menunjukkan pukul 14.12, ia rasa tak masalah untuknya mampir ke tempat makan. Lagu pula, ia masih belum mau pulang, anggap saja untuk menambah ulur waktu.
Di pelataran perpustakaan, Rey kembali mengajak Mesha untuk ke tempat makan sebelum pulang.
"Lo mau, kan? Gue traktir, deh!" ajak Rey dengan iming-imingnya.
Mesha hanya menoleh sebentar kemudian mengangguk, "Terserah."
Rey meringis kecil sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya. Rey melajukan mobil ke sebuah cafe di pinggir jalan.
Ini adalah pertama kalinya bagi Mesha yang keluar rumah tanpa kedua kakaknya. Rasanya sedikit tidak aman dan was-was, tapi ia segera membuang pikirannya, tidak akan ada yang menyadari bahwa ia adalah salah satu keluarga Shenata. Termasuk Rey pastinya.
"Yuk!" Rey menawarkan senyumannya pada Mesha. Gadis itu membuang napas perlahan dan melangkah masuk ke dalam cafe.
Mereka memilih tempat duduk di ujung ruangan yang tak jauh dari panggung cafe, tempat yang cukup ramai dengan beberapa pengunjung yang tengah menikmati makanan mereka.
Rey dan Mesha segera memesan makanan setelah duduk, keduanya saling diam kemudian. Tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Bunyi mikrofon dari panggung berdengung, sebuah band masuk untuk mengisi acara. Mesha terpaku menatap panggung. Sedikit tertarik, tapi tak lama, wajah gusarnya mendominasi.
![](https://img.wattpad.com/cover/258835065-288-k458028.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Brother (Sudah Terbit)
Teen Fiction[Sudah tamat] Bayi mungil yang diasuh keluarga Mafia. Hidupnya nyaris sempurna meski hanya dengan pelukan kedua kakak kembarnya. Bhymesha Auri Shenata ditakdirkan untuk mengejar kebahagiaan, cinta, harga diri, dan keluarga. Mesha berada di posisi s...