Agam datang terburu-buru dari markasnya menuju kantor Agler setelah kakaknya itu memintanya datang.
Ruangan Agler terbuka, Agam yang diberitahu bahwa Agler telah menemukan wanita yang dimaksud Ayah mereka, membuat Agam bersemangat sampai lupa mengetuk pintu.
"Lain kali lebih sopan Tuan Agam," sindir Agler yang tadinya terkejut karena pintunya lebih terdengar seperti didobrak.
"Bodo! Lo ada info apa soal Hanzel?!" desak Agam.
Agler menghela napas sejenak, kemudian ia memperlihatkan artikel berita yang beberapa saat lalu sempat ia baca.
Agam membacanya dengan cermat, sampai alisnya terkadang naik turun menyimak deretan kalimat itu dengan senyum yang mengembang.
"Mike bilang, gadis yang dimaksud dalam berita ini menghilang sebelum sempat diliput oleh media kecil yang berhasil mengusut skandal sejauh itu. Tapi beruntung, wartawan itu berhasil mendapatkan nama yang diinisalkan 'S'," Agler menggelengkan kepala, menyadari betapa bodohnya ia yang terus mengejar citra Hanzel dari luar?
Agam menggigit bibir bawahnya, ia terus membaca, artikel yang diulas rinci ini benar-benar diluar dugaan keduanya. Ternyata bisa secepat itu mereka menemukan hal semacam ini. Ini adalah alat untuk menombak Hanzel agar membuka mulutnya di depan media.
Jika berita ini tersebar, pemerintahan akan ragu mencap Hanzel sebagai calon keanggotaan negara. Isu seperti ini tidak seharusnya ada, dan penasaran dengan pandangan media dan masyarakat yang selama ini memuja Hanzel dengan kedok sikap sosialnya yang tinggi.
"Tapi asal kau tahu? Gue sama Mike, berhasil dapat nama yang diinisalkan di dalam berita," kata Agler dengan memajukan kepala menunjuk layar.
"Siapa?" tanya Agler penasaran.
"Sandra. Seorang perempuan yang 17 tahun lalu tinggal di sebuah perkampungan kecil tak jauh dari H-Croup!" songsong Agler menjadi bersemangat.
Agam mengangkat kedua alisnya cukup tinggi. Sandra? Ia teringat dengan wanita yang pagi tadi ia temui, nama mereka sama. Agam tersenyum mengingatnya.
"Lo kenapa?" tanya Agler menyadari tingkah Agam yang terlihat aneh.
"Hm?" Agam berkedip ketahuan tersenyum sendiri, "Nggak ... gue cuma tiba-tiba keinget sama seseorang," jawabnya setengah malu.
Agler menyandarkan punggungnya pada kepala kursi. "Kita lagi bahas pekerjaan, ya."
"Iya! Kan lo yang nanya gue kenapa? Ya gue jawab, gue emang tiba-tiba keinget sama seseorang!" tandas Agam melempar sanggahan pada Agler.
Agler mengernyitkan dahi, "Siapa?"
"Itu ... tadi gue berangkat agak siangan. Nah gue ketemu sama sama perempuan, namanya Sandra ... " Sudut bibir Agam terangkat bebas.
"Cantik," gumam Agam mulai melantur. Agler sampai terheran dengan wajah itu.
"Kulitnya putih ... mulus ... matanya sipit ... senyumannya ... eh tapi kayaknya dia tuaan dikit dari gue?" Agam meracau.
Agler yang mendengarnya, tiba-tiba merinding. Ia sampai ternganga dengan tingkah Agam yang kemudian tersenyum sendiri.
"Lo gila, ya?" sosor Agler.
Agam menimpuk wajah Agler dengan dokumen di atas meja karena Kakaknya itu berbicara sembarangan.
"Emang gue bisa dibilang gila karena bahas cewek?" semprot Agam tak terima, khayalannya buyar gara-gara Agler.
"Lo apaan sih malah bahas ke situ?!" sanggah Agler membanting dokumen itu ke mejanya kembali.
"La emang gue salah kalau sebagai cowok bahas cewek? Gue masih normal, nggak kayak lo!" sungut Agam menunjuk Agler dengan lirikkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Brother (Sudah Terbit)
Teen Fiction[Sudah tamat] Bayi mungil yang diasuh keluarga Mafia. Hidupnya nyaris sempurna meski hanya dengan pelukan kedua kakak kembarnya. Bhymesha Auri Shenata ditakdirkan untuk mengejar kebahagiaan, cinta, harga diri, dan keluarga. Mesha berada di posisi s...