"Jadi takut gelap juga kamu, By?" Sandra duduk di samping Mesha.
"Iya, Tante, hehehe ... " Mereka berdua terlalu memiliki banyak kesamaan. Mesha merasa baru sekarang menemukan orang yang bisa membuatnya berbicara panjang lebar.
"Ehm, Oh iya! Ingat nggak, waktu kamu lari, kamu nabrak Tante?" Sandra terus menggali diri, membuat wadah besar agar Mesha nyaman berada di dekatnya.
"Ah, maaf, Tante. Waktu itu By lagi buru-buru," Baru saat ini pula Mesha bisa seterbuka ini.
"Kalian ngobrolnya asik banget? Oma bawain makanan, kita istirahat dulu, yah?" Widura datang dari dalam rumah. Dibantu pekerjanya, ia menyiapkan makanan untuk Sandra dan cucunya.
"Asik!" Mesha langsung berdiri saat melihat keripik kesukaannya tersaji di atas meja.
Sandra tertawa melihat keceriaan itu, meski perasaan bersalah yang selama ini menghantuinya tidak akan pernah hilang.
Sandra bergabung di meja. Tatapannya tak lepas dari Mesha, Widura yang menyadari dengan cepat, membubuhkan pertanyaan pada Sandra.
"Anakmu pasti seorang gadis yang cantik, Sandra," celetuk Widura membuat Sandra harus menoleh padanya.
"Ah? Terima kasih, Nyonya," Sandra mengangguk kecil.
"Tante sudah punya anak?" tanya Mesha sambil mengunyah makanannya. "Umurnya berapa tahun?"
Lagi-lagi batinnya bergolak, rasanya Sandra ingin mengatakannya sekarang.
"Iya, umurnya mungkin ... sebesar kamu?" sahut Sandra menipiskan bibir.
"Oh, sudah besar ya, Tante? Sekolah di mana?" timpal Mesha melontarkan pertanyaan.
Sandra terdiam, "Kamu anak itu, sayang. Kamu anak Mama."
"By?" sela Widura setelah melihat diamnya Sandra. "Tante Sandra kehilangan anaknya," papar Sandra sambil mengusap jemari Sandra yang tertumpuk di atas meja.
"Ya ampun, Tante ... maaf, By nggak tahu," sesal gadis itu meminta maaf.
Sandra menelan ludahnya, "Tidak apa-apa, sayang ..." Ia berusaha menahan matanya yang kembali memanas.
Di sisi lain, mobil Jeep Agam baru saja sampai di depan rumah. Dua penumpang di sana segera turun dan berjalan masuk ke teras rumah.
Mereka terhenti ketika mendengar suara ramai dari halaman depan. Agam dan Agler menoleh ke arah halaman luas yang biasa Widura jadikan kebun.
Agam yang lebih dulu mengenali siapa orang-orang itu, ia melangkah lebih dulu mendekati kebun.
"Lo mau ke mana?" tanya Agler yang sepertinya tak sepenasaran Agam.
Agam tak menjawab, hal itu yang membuat Agler berubah penasaran. Ia mengikuti langkah Agam.
"Wah! Ada tamu," Suara Agam bergabung.
Ketiga orang yang duduk di kursi mereka itu pun menoleh.
Sandra mengangguk pada Agam yang menatapnya pertama. Ia sedikit tertegun melihat dua wajah yang serupa itu muncul dengan penampilan berbeda.
"Selamat siang, Nona Sandra?" sapa Agam senang.
Sandra berdiri dari duduknya untuk menjawab salam Agam, "Selamat siang, Tuan Agam."
Yah, mungkin Sandra mengenali satu orang di depannya ini.
Widura berdiri, di susul Mesha. "Ohiya, Nak. Ini cucu pertama saya, Agler," Widura memperkenalkan Agler pada Sandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Brother (Sudah Terbit)
Teen Fiction[Sudah tamat] Bayi mungil yang diasuh keluarga Mafia. Hidupnya nyaris sempurna meski hanya dengan pelukan kedua kakak kembarnya. Bhymesha Auri Shenata ditakdirkan untuk mengejar kebahagiaan, cinta, harga diri, dan keluarga. Mesha berada di posisi s...