⠀⠀Matahari sudah tenggelam sejak setengah jam yang lalu. Mobil yang dikendarai Raquel dan Beca baru saja menepi di depan sebuah club eksklusif di pelosok kota Brooklyn. Sepulang dari kantor polisi, mereka singgah sebentar di gedung Acrasia karena jadwal pemotretan Raquel yang tiba-tiba dimajukan sebab sang fotografer yang besok akan terbang ke Vancouver dan akan menghabiskan 2 bulan di sana.
⠀⠀Raquel dan Beca langsung beranjak turun dari mobil. Ketika mereka melangkah masuk, dentuman keras musik menyambar telinganya. Udara terasa sesak dipenuhi bau alkohol, ditambah lagi temaram lampu yang hanya mengandalkan satu-satunya lentera merah pekat yang digantung di langit-langit dance floor.
⠀⠀Raquel dan Beca berjalan semakin dalam menembus kerumunan. Melewati beberapa orang yang sedang berciuman entah itu di sofa, di meja bar, atau di sudut ruangan. Raquel bahkan tidak berusaha mengalihkan pandangannya saat melihat mulut-mulut yang saling bertautan itu dan tangan pria yang menjamah tubuh wanitanya hingga menembus ke lapisan terdalam pakaiannya.
⠀⠀Suasana kian riuh begitu Raquel dan Beca mencapai ruang tengah. Keduanya bergegas mengambil tempatnya di salah satu konter bar yang ada di sana. Memesan minumannya, sebelum keduanya hanya saling diam memandangi suasana sekitar.
⠀⠀"Thank you," seru Beca saat dua botol whiskey dan dua gelas kecil baru saja diberikan seorang bartender kepada mereka. Sementara Raquel terlihat sibuk membalas pesan masuk dari Axton di ponselnya.
⠀⠀Selesai, Raquel meletakkan ponselnya kembali sebelum langsung menuangkan minumannya sendiri dan meminumnya dalam satu tegukan. Beca melakukan hal yang sama.
⠀⠀"Aku cukup speechless kau tau ada club se-glamour ini di tempat terpencil ini," komentar Beca sembari mengagumi perawakan di sekitarnya. Ketika ia beralih menatap Raquel, tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. "By the way, bagaimana hubunganmu dengan Corbin? Ada kemajuan?" tanyanya, mengangkat topik.
⠀⠀Selesai meneguk, Raquel menyentak keras gelasnya ke atas meja bar tanpa direncanakan. Ia mencebik. "Bocah kecil itu belum bisa menerimaku. Dia masih memperlakukanku sangat dingin, padahal Ayahnya sudah berhasil ku buat bertekuk lutut."
⠀⠀Beca tergelak. Kemudian ia teringat lagi untuk menanyakan suatu hal. "Berbicara tentang Axton, aku baru menyadari untuk menanyakan hal ini. Apa dia bercerai hidup atau bercerai mati?" tanyanya penasaran.
⠀⠀Well, selama Raquel berhubungan dengan Axton, Beca memang tidak terlalu peduli untuk mengetahui segala hal tentangnya. Tapi, mengingat kurang dari dua bulan lagi lelaki itu sudah akan resmi menikahi sahabatnya ini, mau tidak mau ia juga harus mulai mengenalnya lebih dalam.
⠀⠀"Istrinya meninggal saat melahirkan Corbin. Dan... 5 tahun lalu di mana aku pertama kali bertemu dengan Axton saat peresmian predikat Angel ku di New Jersey—sebenarnya dia masih berkabung hari itu."
⠀⠀"Yeah... kau tau itu dan kau tetap tidak menolak ditiduri olehnya."
⠀⠀"Salah? Aku menghiburnya saat itu."
⠀⠀Beca hanya memutar matanya. Tidak pernah kehabisan kata, Raquel memng selalu bisa menjawabnya.
⠀⠀Raquel sendiri sudah kembali meneguk minumannya dengan acuh tak acuh. Sementara notifikasi pesan yang muncul di layar ponsel Beca, membuat Beca menghentikan aktivitas minumnya sejenak.
⠀⠀"Siapa?" tanya Raquel.
⠀⠀Bukannya menjawab, Beca malah langsung beranjak berdiri dari kursinya ketika selesai membaca isi pesan itu.
⠀⠀"El, aku minta maaf. Tapi aku benar-benar harus pergi sekarang," ujar Beca. Raquel tersentak tidak terima. "Aku baru ingat, aku harus mengantar tugas essay Petro yang tertinggal di apartment ku. Dan karena dia tinggal di asrama, jadi aku harus segera ke sana sebelum jam berkunjungnya habis."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Time Made US
ActionSetelah rentetan kejadian mengenaskan terjadi padanya, Raquel sadar hidupnya sudah terbilang hancur untuk ukuran hidup normal. Pikirnya, kematian ibunya adalah akhir dari semuanya. Nyatanya, itu adalah awal dari riak kehancuran yang sebenarnya. Samp...