Troy baru saja mematikan mesin motornya ketika samar-samar ia mendengar suara dari dalam rumah Hoper, di mana ia meninggalkan Raquel. Bergegas masuk, Troy menemukan ruang tamu yang kosong. Semakin masuk, suaranya semakin jelas. Berasal dari ruang tengah.
"Bitch, don't do that."
"Whut?"
"You stupid! Can't you see? Ini mode team, bodoh. Tidak ada ubahnya jika kau menyerangku."
Rue ngeyel—memasang wajah mengejek. Tidak mau mendengarkan apapun itu yang Raquel katakan. Bahkan pandangannya hanya lurus ke depan menatap televisi besar yang menampilkan animasi game yang mereka berdua mainkan melalui stick game di tangan mereka masing-masing.
"Oh God, what a stupid bitch... kau benar-benar akan mati."
"Bitch, if you don't know how I play, why don't you shut the fuck up?"
Raquel mencebik, kembali melanjutkan permainan, tapi orang Rue yang nyaris mati, membuatnya terkejut. "OH WATCH OUT, BITCH!"
Rue meringis, suara lengking Raquel tepat menerjang telinganya. "Ugh, This has nothing to do with this bitch," gumamnya jengah.
"Hey, what's up, bitches?" Akhirnya, Troy bergabung setelah cukup lama hanya mengamati dari tempat ia berdiri bersandar di panel pintu. "Apa memang seperti ini kalian bicara?"
"Look at this another bitch asking me what is up after leaving me without any doubt."
"Ey! Don't ever call him bitch, bitch-ass."
Raquel hanya memutar matanya, whatever. Di saat yang bersamaan juga, orang-nya mati. Raquel langsung mengumpt kecil, kehilangan minat lagi untuk melanjutkan. Lantas ia menyentak stick game-nya begitu saja, lalu berdiri hendak pergi ke manapun asal ia tidak melihat wajah Troy.
Seriously? Apa yang lelaki itu harapkan setelah ia ditinggalkan di kotak kecil di tengah-tengah hutan ini dan mulut Rue yang hampir selalu mengalahkannya?
"Hey." Menyadari raut kesal itu, Troy langsung menahan lengan Raquel yang hendak melewatinya.
"T-roy! Bermain denganku dongg..."
Raquel mengetatkan rahang, menekan ledakan amarah di kepalanya, barulah ia balas menatap Troy. "What?"
"You good?" tanya Troy. Raquel tidak cukup tau apa yang orang-orang harapkan untuk dengar ketika melontarkan pertanyaan seperti itu.
"What do you expect me to say?" tantang Raquel pongah. Sayangnya, Raquel selalu melupakan hal ini; Troy selalu memiliki 'ketenangan' itu yang selama ini Raquel berusaha miliki juga.
"Apa saja," jawab Troy. "Kebohongan atau tidak, kau yang tentukan. Hanya kau juga yang tau."
Raquel mengerut kening. Lalu apa bedanya kebohongan itu dengan Troy yang sejak awal tidak usah bertanya saja? Baiknya juga memang Troy tidak usah, dengan begitu, Raquel juga tidak akan dilambungkan tinggi dengan pertanyaan formalitas itu.
"Antar aku pulang," putus Raquel, langsung memutus tatapan. Ia mengambil tasnya di sofa, lalu beranjak keluar begitu saja. "Pakai mobil," tambahnya.
Troy diam di tempat sejenak. Tapi pada akhirnya ia hanya menghela napas, dan menyusul Raquel. "Rue, beritahu Hoper aku pinjam mobilnya, ok?" Diambilnya satu-satunya kunci mobil di atas lemari kecil, mengingat ia baru saja kembali dari luar dengan mengendarai motor. "Oh ya, May dan Hoper mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Time Made US
ActionSetelah rentetan kejadian mengenaskan terjadi padanya, Raquel sadar hidupnya sudah terbilang hancur untuk ukuran hidup normal. Pikirnya, kematian ibunya adalah akhir dari semuanya. Nyatanya, itu adalah awal dari riak kehancuran yang sebenarnya. Samp...