15 | Clarity

104 8 2
                                    

⠀⠀"You gotta be fucking kidding me." Aksen spanyol seseorang langsung menerjang telinga Raquel kasar begitu tubuhnya digendong Troy memasuki satu-satunya ruangan yang berada di lantai atas.

⠀⠀Itu seorang lelaki. Berkulit agak gelap. Duduk berselonjor kaki di salah satu sofa. Mata hitam legamnya menatap Raquel tidak suka.

⠀⠀Heck, apa-apaan. Raquel balas mendelik tajam. Ia tidak ingat memiliki masalah dengan pria itu di hari pertama ia berkunjung.

⠀⠀Troy sendiri hanya mengabaikannya. Lekas menurunkan tubuh Raquel di ambang pintu, tapi Raquel menolak diturunkan—mengeratkan rangkulannya di leher Troy. Sudah setengah mencekiknya jika Troy boleh jujur.

⠀⠀"No, No, No way! Aku tidak suka di sini. Bawa aku kembali ke bawah, Troy!" cicit Raquel tepat di telinga Troy. Menyembunyikan wajahnya di sana. Ia memelas tertahan. Sial. Raquel tidak mau mengedarkan pandangannya hanya untuk menghitung ada berapa pria di ruangan itu. Ini memang aneh. Untuk pertama kalinya Raquel tidak ingin menjadi pusat perhatian.

⠀⠀Troy tidak berkata apa-apa. Begitu Troy sejenak memperbaiki tumpuan berat badan Raquel di gendongan bridalnya, Raquel berpikir Troy akan mendengarkannya dan membawanya keluar. Tapi selanjutnya, pria itu malah berjalan ke tengah-tengah ruangan.

⠀⠀"I swear to god I'm gonna punch you in the balls."

⠀⠀"Sander, aku butuh kursimu. Dia tidak bisa berdiri."

⠀⠀Raquel cepat-cepat menekan wajahnya ke bahu Troy—menyembunyikan diri. Tapi secepat itu ia merasa Troy mulai menurunkan tubuhnya ke kursi yang pemiliknya baru saja diusir.

⠀⠀Raquel tentu saja menolak. Ia melakukan sikap bertahan dengan mengeratkan rangkulannya di leher Troy. Bahkan menimbulkan pergulatan singkat dengan bokong Raquel yang sudah duduk tapi tangannya bersikeras merangkul leher Troy seperti koala. Raquel bahkan berniat membawa leher itu dan menjepitnya di ketiaknya. Tapi Troy berhasil melepaskan diri sebelum itu terjadi.

⠀⠀Sekarang, Raquel berada di pusat atensi orang-orang. Ia mengedarkan pandangan dengan penuh waspada dan menemukan setidaknya ada 7 pria di sana, termasuk Silas yang baru saja menyusul. Masing-masing berjaket hitam dengan logo burung bernuansa api di punggungnya—seperti yang dikenakan Troy. Well, pria itu dengan tampang santainya mengambil duduknya dua kursi di sebelah kanan Raquel.

⠀⠀Raquel sendiri duduk tepat di ujung meja. Sementara pria-pria itu menyebar dengan tidak teratur di hadapannya. Raquel merasa terintimidasi.

⠀⠀Troy benar-benar ... Argh, Fuck off!

⠀⠀"Siapa dia?" Suara pure bertanya itu menginterupsi keheningan di ruangan.

⠀⠀Satu. Raquel serentak bersikap awas; matanya mendelik tajam.

⠀⠀"Kau bercanda, Quill? Dia Raquel Whitney." Sahut pria dengan bangga menyunggingkan senyuman lebarnya sembari melintasi ruangan menghampiri Raquel dan duduk di tepi meja di hadapan Raquel. "Perkenalan ulang?" tawarnya menyodorkan tangan.

⠀⠀Raquel menatap rendah tangan itu tanpa niat menyambutnya. Ia jelas masih sangat akrab dengan dua tindik di alis kanan pria itu.

⠀⠀"Aku Luca. Luca De Brogan. Versi yang lumayan berbeda dari yang kau temui sebelumnya."

⠀⠀Satu detik.

⠀⠀Dua detik.

⠀⠀Raquel menatapnya lurus. Sedikitpun tidak bersuara sampai ia mengalihkan pandangan dengan angkuh.

⠀⠀Luca mendengus geli. "Kau cukup pendiam dari yang terakhir kita bertemu. Ku tebak. Apa karena kejadian yang menimpamu di apartment mu, di bar, dan juga hari ini?"

The Way Time Made USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang