⠀⠀Hidup di dunia fana ini sebenarnya bukan suatu hal yang hina. Hanya saja beberapa diantara manusia yang memenuhi kisah malah menyusun alurnya sendiri tanpa mempertimbangkan jenis resolusi mana yang sekiranya akan ia usahakan untuk menjadi penutup kisahnya.
⠀⠀Memprediksi terlalu awal memang terlalu berkabut untuk diambil sebagai sikap waspada. Karena sikap waspada juga butuh kemudi yang handal untuk akhir yang seimbang. Entah itu mendapatkan hasil dari puncak konflik di chapter akhirnya, atau malah hanya sebatas jawaban untuk pembuka di season berikutnya.
⠀⠀Raquel tidak pernah berharap ia kelak menjadi peniti kisah yang mendapatkan akhir mengenaskan, tapi ia lebih tidak ingin menjadi pemilik kisah dengan akhir yang terus berlanjut. Bukan karena meragukan akhir yang bisa saja tetap sama, tapi kehilangan di awal yang bisa saja berkali-kali lipat di season berikutnya.
⠀⠀Dan untuk menghadapi semua kemungkinan itu, Raquel tak punya pilihan lain selain mengambil tempatnya sendiri untuk ikut bermain.
⠀⠀"Kondisi psikis lelaki itu membuat polisi tidak menetapkannya sebagai kasus percobaan pembunuhan."
⠀⠀Waktu menunjukkan pukul 12 siang di keesokan harinya ketika Beca baru saja menghampiri Raquel yang sedang duduk berpangku tangan di ruang tunggu kantor polisi pusat kota.
⠀⠀"Ya... seperti biasa, kebetulan yang berkali-kali." Raquel menimpali dengan santai, tidak terkejut sama sekali. "Alasan apa lagi kali ini? Dia kabur dari rumah sakit jiwa yang tak jauh dari gedung apartment ku dan keinginannya untuk berendam membuatnya menyelinap masuk? Bahkan dengan tidak sengajanya ia hanya melewati beberapa lantai apartment begitu saja untuk akhirnya sampai di lantai teratas dan tanpa sengaja lagi memasuki apartment seorang Raquel Whitney yang bukanlah satu-satunya apartment yang ada di lantai itu? Wow. Betapa kebetulannya!"
⠀⠀Beca meringis.
⠀⠀"Memang tak ada alasan lain, El. Psikisnya memang terganggu. Seseorang diketahui rutin memberinya beberapa jenis obat terlarang di kamar rawatnya beberapa minggu terakhir," jelas Beca. Raquel diam tenang menunggunya melanjutkan. "Dan... seperti seorang narator handal, orang yang memberinya obat-obatan itu memang mengarang cerita yang entah bagaimana membuat lelaki itu menjadi begitu haus untuk membunuhmu. Bahkan dari pengakuannya, kejadian ini seperti benar-benar berasal dari intuisinya sendiri, dan bukan atas perintah seseorang."
⠀⠀Raquel langsung kehilangan kata. Adrenalin di dalam darahnya berpacu. Kata-kata terakhir Beca seakan membekukan waktu yang hanya bisa Raquel rasakan sendiri. Karena sama sekali tidak ada alasan untuk tetap biasa saja setelah mendengar bahwa kematianmu baru saja tertunda.
⠀⠀"Kau membuatku benar-benar takut sekarang," lirih Raquel dengan sorot mata yang tidak menyembunyikan rasa takutnya.
⠀⠀"Aku tahu, maafkan aku. Aku tidak bermak—kau mau ke mana?"
⠀⠀
⠀⠀Raquel tak menjawabnya, tak menanggapi keterkejutan Beca melihatnya tiba-tiba beranjak pergi. Ia tetap melanjutkan langkahnya melewati pintu walnut gelap yang terbentang lebar sebelum menyusuri lorong panjang bercahaya remang-remang yang kemudian membawanya ke deretan sel tahanan yang masing-masing dijaga oleh beberapa sersan penjaga.⠀⠀Beberapa pasang mata yang berdiri di balik jeruji besi berhasil Raquel curi, tapi sosok tak asing yang bahkan tak menatapnya sama sekali dari ruang tahanannya itu malah membuat langkah Raquel semakin lurus tertuju padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Time Made US
AcciónSetelah rentetan kejadian mengenaskan terjadi padanya, Raquel sadar hidupnya sudah terbilang hancur untuk ukuran hidup normal. Pikirnya, kematian ibunya adalah akhir dari semuanya. Nyatanya, itu adalah awal dari riak kehancuran yang sebenarnya. Samp...