Pintu pugh menjeblak terbuka dengan keras. Semua yang berkumpul di sofa depan langsung menoleh. Troy muncul dengan Raquel di belakangnya masih dengan baju yang tertanggal bercak darah dimana-mana. Wajahnya pucat pasi, seolah ia baru saja menghadapi kengerian luar biasa di tingkat yang tidak bisa ia tolerir.
Langkah Troy mantap sampai ia berada diantara orang-orang yang berkumpul.
Matanya yang dihiasi kemarahan beku menelisik orang-orang yang ada di sana. Remus juga sudah ada diantara mereka dengan wajah lebamnya yang sama sekali belum diobati. Ia menyendiri diujung sofa dan tampak merenungi kejadian yang baru saja dia lihat; kematian keluarga Warren.
Jika Remus saja sampai memiliki efek itu, Troy tidak tau lagi separah apa efek yang diterima Raquel. Bahkan sepanjang perjalanan, wanita itu hanya diam dengan tubuh gemetaran. Seolah pikirannya masih tertinggal dirumah itu dan tak ikut bersamanya.
Luca mengangkat dagunya arogan. Troy menatapnya dengan rahang mengatup kuat.
Sadar keadaan sudah memasuki suasana internal, Silas bangkit dari duduknya untuk membawa Raquel ke kamarnya. Tubuh Raquel bak jasad tanpa ruh. Kulitnya yang pucat bahkan sedingin es. Silas memapahnya dengan pelan dan hati-hati.
"Aku ingin kita menyerang Blade malam ini," pinta Troy dengan amarah menggelegak disorot matanya. Suaranya sarat akan rasa sakit dan dendam yang saling tarik-menarik.
Luca menurunkan pandangannya, berdiri dari sofa, lalu maju selangkah untuk menepuk bahu Troy. "Aku turut berduka atas apa yang terjadi pada Hoper dan keluarganya. Remus sudah menceritakan semuanya."
Troy bergeming ditempatnya. Menunggu.
"Tapi, aku tidak yakin kita perlu melakukan penyerangan terhadap Blade." Alis Troy saling tertaut. "Kita tidak bisa mempertaruhkan nyawa para ouragos secara cuma-cuma untuk seseorang yang bukan lagi siapa-siapa bagi phoenix. Sejak Hoper berhenti dari kepemimpinannya, dia juga memilih memutuskan segala hubungan dengan phoenix—bahkan dia tidak termasuk dalam jajaran para ephor. Jadi, ku rasa jelas. Kematian Hoper bukan lagi masalah yang harus phoenix pikirkan."
"Luca," sela Gilder dari duduknya. Merasa ingin protes tapi juga merasa bahwa perkataan Luca benar adanya.
Troy mematung ditempatnya. Merasakan amarah semakin menenggak naik ke kepalanya. Ia bahkan tidak bisa datang tepat waktu dan melindungi Hoper, May, dan Rue dari serangan Blade. Sekarang, ketika ia ingin menegakkan keadilan bagi hidup mereka yang direnggut dengan cara yang paling kriminal, Troy sadar ia juga tidak punya kuasa apa-apa untuk menentang yang Luca katakan.
⏳
Raquel memasuki kamarnya yang terasa hampa seperti saat pertama kali ia menempatinya. Padahal ini baru satu malam ditinggalkan. Raquel dipapah pelan oleh Silas sampai ia didudukkan ditepi ranjang.
"Biar ku panggilkan Natly untuk mengobati lukamu," kata Silas lalu pergi.
Mendengarnya, Raquel tersadar. Jemarinya yang dingin dan gemetar naik menyentuh luka dilehernya. Ia sampai lupa memiliki luka itu. Dan perihnya juga baru terasa sekarang setelah semua komponen sel di dalam tubuhnya juga seperti baru kembali bekerja.
Tiba-tiba, pintu bergerak membuka. Raquel memperbaiki duduknya ketika mengira itu Natly, tapi ternyata bukan. Ia menoleh dan mendapati Troy berjalan menghampirinya, lalu berdiri tepat di hadapnnya.
Raquel langsung menunduk, dadanya terasa kembali dihimpit batu besar.
"Kau baik-baik saja?" tanya Troy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Time Made US
AcciónSetelah rentetan kejadian mengenaskan terjadi padanya, Raquel sadar hidupnya sudah terbilang hancur untuk ukuran hidup normal. Pikirnya, kematian ibunya adalah akhir dari semuanya. Nyatanya, itu adalah awal dari riak kehancuran yang sebenarnya. Samp...