38 | Mikael's?

78 2 0
                                    

6 tahun yang lalu,
Jersey City, New Jersey.

     Malam yang hening dan lembab menyelimuti sebuah gedung terbengkalai di bagian timur kota Jersey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam yang hening dan lembab menyelimuti sebuah gedung terbengkalai di bagian timur kota Jersey. Terdengar jelas rembesan air jatuh dari dinding-dinding rapuh yang dirambati tumbuhan liar, saling tumpang tindih dengan detik jarum jam yang melingkar di tangan seorang pria dengan logo celurit dipunggung jaket hitamnya.

Bau bangkai, sisa makanan yang membusuk, dan amis darah semakin menyengat di udara. Tapi itu akan segera berakhir bagi pria itu menyadari suara derap kaki yang ia tunggu mulai terdengar memasuki gedung dan kian mendekat.

Dari pantulan cahaya bulan purnama yang memantul di genangan air, tampak di dinding siluet tubuh kekar seseorang mulai memasuki ruangan dimana pria itu berada. Dia tampak tidak sendiri, setidaknya ada 2 orang lagi mengikut di belakangnya.

Dan satu-satunya yang berambut putih pirang itu, ia ingat pernah berbagi satu patung kayu yang sama untuk mereka bidik dengan pistol masing-masing.

     Itu kenangan kecil yang memuakkan.

     Ego tersenyum miring menyambut kedatangan phoenix bersama pemimpin baru mereka; Hoper Warren.




     "Tidak mungkin kau sendiri." Salam pembuka Hoper yang membuat Ego langsung tersenyum geli. Dengan kedua tangan di saku celana, Ego balik badan, dan 2 Blade lainnya mulai bermunculan keluar dari kegelapan.

     Hoper menyipitkan mata, menelisik—mencari-cari kerabat lama yang keberadaannya tidak terlihat berada diantara para Blade.

     "Mana Siber?" tanyanya.

     "Duduk manis disinggasananya. Raja tidak butuh turun tangan untuk hal-hal seperti ini," sarkas Thiago dengan aksen spanyol khasnya. Senyumnya mengejek, sesaat sebelum itu langsung lenyap sepersekian detik ketika ia melanjutkan. "Kembalikan James."

"Berikan barangnya dulu," sungut Luca.

     Pria Blade yang di tengah langsung maju dengan tas besar di tangannya yang terlihat penuh. Ia meletakkan tasnya di hadapan Hoper, lalu kembali ke tempatnya. Seluruh wajahnya tidak terekspos karena tertutup dengan topi hitamnya. Luca juga tidak ingat siapa dia, mungkin dia anggota baru.

     "Buka tasnya," perintah Hoper sementara tatapannya lurus penuh awas ke arah Blade.

      Luca mengangguk dan lekas berjalan ke depan untuk membuka tas itu dengan keyakinan mereka akan mendapatkan kembali stok senjata dan peluru isi ulang yang beberapa hari lalu dicegat dan dicuri oleh Blade ditengah-tengah pengiriman ke markas. Tapi nihil, semua itu tidak ada, selain....

     "S—SHIT! HOLY SHIT!" Luca histeris, terkejut hebat. Langsung jatuh terduduk. Seolah jiwanya baru saja terlepas sempurna dari tubuhnya.

     Hoper maju, mencari tau apa yang membuat Luca membuat reaksi itu. Sampai ia melihat sendiri apa yang sebenarnya ada di tas itu. Jelas, di depan matanya, Hoper tidak menemukan barang mereka kembali, melainkan kepala anjing liar yang telah dipenggal. Darah yang masih setengah basah tampak merembes keluar dari hidung dan telinganya. Semebtara mata kecil tanpa dosa itu terbuka sempurna tepat menatap Hoper meminta pengampunan tapi terputus pedang yang langsung menebasnya.

The Way Time Made USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang