"Apa kau melepas ikatannya?"
Raquel mendongak menyadari kehadiran seseorang dan ia langsung menghentikan usahanya membantu Thorne membuka ikatan tangannya dan langsung bersikap defensif seolah tidak melakukan apa-apa dengan mematung di tempat nya. Ia melihat Ego—sang raja rimba—akhirnya menampakkan wujudnya di ambang pintu. Bohong jika Raquel tidak terbayang-bayang bagaimana buasnya Ego waktu itu. Itu membuatnya hanya bisa menelan ludah dan kehilangan kekuatan untuk memberontak di hadapannya.
Anehnya, Thorne tampak tidak begitu waspada mendapati Ego menangkap basah dirinya berusaha membantu Raquel kabur. Tapi Raquel pikir, itu memang sudah menjadi watak Thorne sependek ingatannya.
"Kau ambil alih," ujar Thorne tanpa menoleh, sesaat setelah Raquel merasa ikatannya sudah lepas sempurna dan pria itu melengos pergi begitu saja.
Tidak. Raquel tidak merasa Thorne sedang berbicara padanya.
Lalu, apa yang terjadi?
"Relaks, buat dirimu nyaman," ujar Ego dan ia mulai masuk mengambil duduknya di tepi ranjang tepat berhadapan dengan Raquel dilantai.
Raquel memalingkan wajahnya yang seketika pucat pasi. Ia semakin merapatkan tubuhnya ke dinding sembari memeluk lututnya erat-erat. Apapun jenis situasi yang terjadi saat ini, tak ada satupun kesimpulan yang bisa Raquel tarik. Termasuk perilaku Thorne tadi; kemunculannya setelah malam itu ia meninggal dan... perkataannya barusan.
Apa Raquel melewatkan sesuatu?
"Kau pasti bingung sekarang."
Raquel mendelik tajam. "Lebih bingung jika keparat sepertimu sedetikpun tidak mengganggu hidupku," sarkasnya. Itu meloloskan tawa hambar dari mulut Ego.
"Right?"
Raquel berusaha menahan diri dan tidak meladeninya.
"Apa kau tidak bertanya-tanya kenapa kau ditempatkan di kamar hangat ini dan bukannya di ruang bawah tanah jika kami memang membawamu hanya untuk menyakitimu?" tanya Ego mulai tampak serius.
Wajah Raquel condong ke dinding, tapi matanya melirik berusaha melihat keseriusan di wajah Ego. Dan itu benar adanya.
Ego terlihat menunduk dengan tangan tertaut diatas lututnya. Ia seperti mencoba mencari kata-kata untuk memulainya. Memulai sesuatu yang mungkin tidak akan pernah Raquel duga akan ia dengar.
"Raquel." Ego menyebutkan namanya dengan tenang. Sorot matanya berubah begitu ia mendongak dan bersitatap dengan manik hijau Raquel. "Ada hal yang harus kau ketahui."
Apa? Raquel bertanya dalam hati.
"Ibumu, membawamu saat berusia 6 tahun ke kota ini, adalah untuk menjauhkanmu dari upaya balas dendam Phoenix terhadap Blade, terhadap pemimpin Blade, terhadap keturunannya—dan itu adalah kau.
Kau harus tau bahwa Siber sangat menyayangimu dan ibumu, bahkan jika harus membohongimu dengan mengirim kalian ke New York dan berjanji akan menyusul tapi sebenarnya dia berencana menetap di New Jersey untuk menghentikan semua usaha Phoenix meskipun dia tau dia tidak akan selamat."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Time Made US
AkcjaSetelah rentetan kejadian mengenaskan terjadi padanya, Raquel sadar hidupnya sudah terbilang hancur untuk ukuran hidup normal. Pikirnya, kematian ibunya adalah akhir dari semuanya. Nyatanya, itu adalah awal dari riak kehancuran yang sebenarnya. Samp...