55 | Bullshit

74 5 1
                                    

     "Apa Thiago sudah ada kabar?" tanya Connor pada Ego yang duduk merenung di ruang tengah dengan sebotol pinot noir diatas meja. Connor baru saja dari dalam dan hendak bergabung dengan anggota lain yang tengah bermain billiard. Zach langsung menyerahkan bagiannya kepada Connor.

      "Belum," jawab Ego. Ia lalu membuka ponselnya kembali dan melihat panggilan terakhirnya pada nomor Thiago yang tak kunjung mendapat balasan. "Ini pasti ulah Phoenix. Aku yakin. Tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda keberadaan Thiago di kawasan markas mereka. Dan titik lokasi dimana ponselnya berada juga tidak bisa terbaca."

      Ego meremas gelas berisi pinot noir ditangannya kuat-kuat, memikirkan kemungkinan terburuknya. Karena jika sampai hal itu benar terjadi, ia benar-benar tidak akan tinggal diam.

      "Brengsek!" Ego melempar gelasnya ke dinding hingga hancur berkeping-keping. Dia tidak tahan lagi. Semua kekacauan ini meledakkan amarahnya. Maka tak perlu pikir panjang lagi untuk Ego langsung menyambar jaket dan kunci motornya. Ia akan menemukan Thiago dengan caranya sendiri!

      Hingga kemudian, ponsel Ego disaku celana tiba-tiba berdering. Ego mengambil ponselnya dengan ogah tapi kemudian tercekat ketika menemukan nama Thiago dilayarnya.










      "Thiago bersamaku." Tanpa basa-basi.

      Ego langsung mencengkram ponselnya kuat-kuat. Dia kenal suara itu. Dia bahkan mengenal nada mengejek yang terbesit disana.

      "Di mana... Thiago?"tanya Ego tajam. Napasnya berembus dari sela-sela giginya yang mengatup kuat. Urat nadi dipelipisnya timbul. Troy Collin benar-benar bajingan sialan!

      "Tidakkah kau merasa perlu menanyakan apa dia masih hidup?" sahut si bajingan sialan. "Tapi ku harap kau sudah memprediksi jawabanku selagi mengingat-ingat 3 nyawa yang kemarin kau habisi."

      "Apa kau... balas dendam?" geram Ego dengan suara rendah. Napasnya mulai tidak teratur.

      "Berikan Raquel dan kau dapatkan Thiago."

      Ego mendengus resah, menatap langit-langit ruangan berusaha menetralisir perasaannya.

      "Wanita itu tidak perlu kau selamatkan."

      Decihan tawa langsung terdengar dari sebrang. "Aneh melihat kalian berdua mengatakan hal yang persis sama. Apa aku ini memang spesialis hero?"

      Kening Ego mengerut.

      "Aku seorang underleader Phoenix, Ego. Raquel bagiku tak lebih dari putri Siber—pengkhianat yang telah menghancurkan hidupku." Ego tidak ingin percaya, tapi ia kenal persis perasaan menggebu-gebu Troy ini. "Aku sudah di depan. Keluar dan bawakan yang ku mau."

⏳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Way Time Made USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang