"Ada masalah. Silas diinterogasi habis-habisan oleh Luca soal kepergiannya tadi. Dan Luca tau apa yang terjadi padamu. Dia murka dan mau mengumpulkan para anggota untuk membalas dendam kepada Blade."
Troy menyugar rambutnya gusar, menghela napas kasar."Tolong lakukan apapun untuk mencegahnya, Gild. Aku segera ke sana," ujarnya lalu mematikan telfon. Mengambil kunci mobil, lalu bergegas pergi.
"Mau ke mana, nak?" May baru saja muncul dari dapur membawa nampan berisi cookies yang baru saja ia buat ketika melihat Troy terburu-buru pergi.
"May, gadis itu ku tinggalkan di sini ya? Aku segera kembali."
"O... ya—ya, tapi kau sendiri mau ke m—" Terlambat, Troy sudah menghilang di balik pintu. Tapi samar-samar, May masih bisa mendengar teriakannya; "Apapun yang dia katakan, ku mohon tidak usah kau ambil hati!" Dan May tidak tau apa maksudnya sampai suara seorang wanita menginterupsinya dari belakang.
"Em, permisi? Apa aku bisa mendapatkan sesuatu setidaknya untuk mengganjal perut?"
May menyambut dengan senyuman hangat. Ia langsung menawarkan cookies yang ia buat di tangannya.
"Erg, bukan untuk anjing peliharaanmu. Tapi aku."
⏳
Menghabiskan 20 menit di perjalanan, Troy akhirnya sampai di markas Phoenix. Ia baru memasuki pugh ketika para Ouragos sudah berkumpul di dekat pintu.
"Di mana Luca?" tanya Troy begitu ia berjalan masuk dan melihat Thorne diantara kerumunan. Meski itu sudah lewat, tapi Troy masih merasakan kelegaan setiap melihat wajah remaja di hadapannya itu yang ternyata terbukti tidak termasuk di antara para Ouragos yang diidentifikasi berelasi dengan Blade.
"Dia di ruangan atas bersama para Hoplite," jawab Thorne yang dibalas Troy dengan elusan singkat di puncak kepalanya.
"Bahumu berdarah, Troy."
Troy hanya lanjut pergi, membalas kekhawatiran Thorne itu dengan mengangkat tangannya di udara—cepat-cepat menaiki tangga besi menuju lantai atas. Tanpa pikir panjang langsung mendorong pintu satu-satunya ruangan di sana tanpa memikirkan emosi yang akan menyambarnya nanti. Saat boots hitamnya menapak masuk, saat itulah dia melihat punggung Luca membelakanginya; sedang berhimpun bersama anggota inti menyusun rencana penyerangan.
Troy berhenti sejenak di tempatnya, berusaha mencerna sudah sejauh mana itu berlangsung. Tapi pada akhirnya, Luca langsung berhenti bicara karena menyadari kedatangannya.
"Lihat siapa yang baru saja bertingkah seperti pengecut? Terakhir tikaman di perut, sekarang apa lagi?" seloroh Luca bahkan ketika ia belum berbalik badan. Tangannya memegang pulpen bergerak-gerak di atas sebuah kertas yang Troy tebak adalah gambaran titik penyerangan yang telah mereka bicarakan.
Troy tidak langsung menjawab. Ia berjalan mendekat bergabung diantara mereka. "Ini tidak perlu terjadi hari ini."
"Itu bukan jawaban."
"Itu tidak ada gunanya memulai peperangan di awal, Luke," ujar Troy lagi-lagi menyimpang dari yang Luca tanyakan. "Kau akan menyadari penyerangan ini sia-sia begitu semuanya selesai dan para Ouragos yang belum cukup terlatih di bawah sana akan menggali kuburannya sendiri."
Luca akhirnya membalik badannya menghadap Troy. Kebengisan sontak menghunjam Troy dari bagaimana manik hitam legam Luca menatapnya.
"Di sini kita melatih pejuang, bukan pengecut. Risiko mati sudah mereka ambil sejak memilih masuk ke phoenix!" tandas Luca tak ingin mendengar bantahan lagi. Keputusannya sudah bulat. Kedatangan Troy di detik-detik terakhir mereka berangkat, tidak akan mengubah apapun.
Luca kemudian pergi, sengaja menyambar bahu Troy ketika melewatinya. Diikuti oleh kelima Hoplite termasuk Silas yang tampaknya sudah cukup banyak menerima 'pelajaran' dari Luca.
Gilder keluar paling akhir, berhenti sejenak di samping Troy.
"Luca tidak sepenuhnya benar. Tapi tindakanmu hari ini benar-benar gegabah," lirihnya lalu menyusul pergi.
Troy menahan ringisannya kala Gilder dengan sengaja menekan luka sobekan di bahunya dengan telunjuk lalu menyapukan noda darahnya ke sandaran kursi. Troy tidak berkata apapun lagi sampai ia mendengar pintu ditutup dari balik punggungnya. Ia tidak punya banyak pilihan. Ia akan hanya diam di ruangan ini atau bergegas turun dan ikut bersama mereka.
Dan pada akhirnya, Troy tetap memilih ikut dalam masalah yang telah ia ciptakan ini. Tapi kehadiran Natly ketika ia baru saja membuka pintu, menghentikannya.
"Gilder menyuruhku mengobati bahumu. Apa kau terluka lagi?" tanyanya khawatir. Tapi Troy sedang tidak di kondisi stabilnya untuk menikmati saat-saat yang paling ia suka ketika Natly begitu telaten merawatnya.
"Jangan sekarang," tolak Troy.
Terlalu masa bodoh adalah salah satu kebiasaan buruk Troy yang Natly tau. Maka dari itu, ia langsung saja meraih bahu Troy untuk melihat luka di baliknya. Yang tidak Natly duga adalah kali ini Troy serius dengan ucapannya.
"Aku bilang jangan sekarang, Nat!" tepis Troy membentak.
Natly terkejut bukan main. Tapi Troy langsung pergi begitu saja.
Sampai di lantai bawah, Troy mengarahkan pandangannya ke satu titik kumpul. Menghitung jumlah anggota—meski tidak secara harfiah—yang berbaris tidak teratur di sana mendengarkan arahan dari Luca dan Gilder. Troy hanya memetakannya dan berpikir Luca benar-benar tidak tanggung-tanggung mengerahkan semua anggota yang mereka punya; sekitar 30-an termasuk anggota inti.
Dalam waktu singkat itu, Troy melihat Luca telah selesai dengan arahannya. Dan ia bisa melihat kobaran api yang berhasil Luca patik semembara mungkin dari masing-masing kepala yang ada—hanya dengan doktrin-doktrin tegas yang selalu Luca sasarkan pada ego mereka.
Luca tau betul apa yang dia lakukan. Ego manusia memang hal yang paling mudah diberi makan.
"Mengerahkan lebih dari satu anggota yang dipersenjatakan hanya untuk mengejar satu musuh, benar-benar hal paling pengecut! Teman kita, keluarga kita, hari ini baru saja mengalami hal tidak fair itu. Dengan begitu, mereka jelas seperti sengaja membuka jalan, menunggu kita menyerang! So, just give what they want. Kita telusuri jalan itu... SEKARANG!!"
⏳
Give some vote and comment :)
Thank you
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Time Made US
AksiSetelah rentetan kejadian mengenaskan terjadi padanya, Raquel sadar hidupnya sudah terbilang hancur untuk ukuran hidup normal. Pikirnya, kematian ibunya adalah akhir dari semuanya. Nyatanya, itu adalah awal dari riak kehancuran yang sebenarnya. Samp...