⠀⠀"Kau serius mengatakan dia melompat? Dengan luka jahitan di tubuhnya? Kau yakin dia tidak berubah jadi abu dan pergi seperti angin?"
⠀⠀Demi Tuhan. Raquel sudah sangat mengantuk untuk meladeni perkataan konyol Beca yang sama selama berulang-ulang sepanjang perjalanan pulang. Jam sudah menunjukkan pukul satu malam begitu Beca menghentikan mobilnya di pelataran gedung apartment Raquel.
⠀⠀Tanpa menjawabnya lagi, Raquel segera turun. Ia hanya ingin cepat-cepat menuju apartment nya dan berhambur ke ranjangnya.
⠀⠀"Aku masih bingung. Jujur. Apa kau serius mengatakan dia melompat dengan luka jahitan—"
⠀⠀"Just go away, Beca." Raquel langsung menutup percakapan. Ia bahkan sudah dua langkah menjauh tanpa menoleh begitu mengatakannya.
⠀⠀Perawakan gedung apartment sudah lumayan sepi begitu Raquel mencapai lobi dengan pilar-pilar besar. Hanya ada tiga sampai lima orang berlalu lalang. Sepertinya mereka juga baru pulang dari urusannya di luar sama seperti Raquel.
⠀⠀Koridor di depan apartment Raquel juga sudah benar-benar kosong begitu lift berdenting membuka di lantai dua puluh lima dan Raquel beranjak keluar. Lift terletak di ujung koridor. Hanya berjarak 5 apartment dari apartment Raquel.
⠀⠀1494.
⠀⠀1496
⠀⠀1498.
⠀⠀Raquel menelisik satu persatu pintu apartment yang ia lewati sembari mencocokkannya dengan sederat angka di lockscreen nya. Sesuatu yang terjadi di kepalanya benar-benar harus membuatnya melakukan hal remeh ini setiap waktu.
⠀⠀1500.
⠀⠀1502.
⠀⠀15...
⠀⠀Langkah Raquel berhenti di pintu apartment nomor 1504. Tubuhnya berubah kaku. Matanya terpaku ke depan. Ada tubuh seseorang yang duduk bersandar membelakanginya di pintu apartment nomor 1506.
⠀⠀Raquel menelan ludah. Nomor 1506 juga tertera di lockscreen nya. Itu pintu apartment nya!
⠀⠀Kepanikan yang menyeruak, Raquel segera menekan panggilan darurat di ponselnya. Tangannya gemetaran sembari ia memutar langkahnya kembali menuju lift. Ia hendak mencari nomor staf keamanan gedung ini sebelum kejadian kemarin pagi terulang lagi, tapi kemudian suara bedebum pelan di belakangnya membuatnya tersentak dan menoleh.
⠀⠀Tubuh pria asing itu tidak lagi bersandar di pintu apartment nya, melainkan jatuh terlungkup di atas lantai. Raquel menyipitkan mata. Mendapati pria itu ternyata tidak sadar, sedikit menurunkan ketakutannya pelan-pelan. Tapi, kemudian wajah pria itu membuatnya kembali terpaku.
⠀⠀Raquel membelalak. Ia mengenalinya! Pria itu yang Beca tabrak, yang bertemu dengannya di rooftop, yang melompat dari rooftop, yang Beca bicarakan sepanjang perjalanan pulang!
⠀⠀Menekan rasa takutnya sedikit, Raquel dengan langkah lambat-lambat kembali menuju pintu apartment nya. Setengah berharap lelaki itu tidak tiba-tiba bangun dan mengintimidasinya lagi seperti terakhir kali. Raquel hanya ingin memastikan kenapa pria itu bisa berada di depan pintu apartment nya. Kalaupun pria itu orang jahat, Raquel berpikir ia hanya cukup melayangkan tendangan di pinggang bawahnya saja. Jika jahitan yang ada di sana terbuka, Raquel bisa kabur lebih mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Time Made US
ActionSetelah rentetan kejadian mengenaskan terjadi padanya, Raquel sadar hidupnya sudah terbilang hancur untuk ukuran hidup normal. Pikirnya, kematian ibunya adalah akhir dari semuanya. Nyatanya, itu adalah awal dari riak kehancuran yang sebenarnya. Samp...