"Rebeca?"
Raquel cukup terkejut mendapati siapa yang ia temui di depan pintu pugh—berdiri bersandar di dinding bebatuan dengan raut cemas di wajahnya. Dan itu seakan melebur bersama pelukan yang langsung Raquel terima. Silas sendiri langsung masuk membiarkan mereka berdua.
"Wait, wait... apa yang kau lakukan disini astaga? Jam 1 malam?" tanya Raquel melepas pelukannya. Tak disangka, pipi Beca sudah dibasahi air mata.
"Kau sendiri? Kau darimana saja? Telfonmu bahkan tidak aktif setelah sore tadi kau menyetujui ajakan pria bernama Corner itu. Aku juga tidak tau harus menghubungi siapa!" rutuk Beca kesal tapi juga merasa sangat lega. "Untungnya aku langsung menghubungi Axton dan dia langsung mencarimu, lalu katanya kau aman bersama mereka ini—itulah kenapa aku ada di sini sekarang..."
Raquel seketika merasa bersalah, menepuk-nepuk bahu Beca berusaha menenangkan perasaannya.
"Okey, pertama, ponselku hancur. Kedua, kau tidak akan bisa membayangkan apa yang telah aku alami hari ini, Begg. Ketiga,... " Raquel menggantung ucapannya sejenak. Itu karena ia tau respon Beca selanjutnya, " ...aku putuskan akan menetap di sini untuk sementara."
Punggung Beca langsung menegak. Ia menyeka kasar air mata di pipinya. "Bitch, kau tidak serius 'kan?" Raquel bergeming. "Tempat ini, Raquel? Kau tinggal di sini? Apa kau diancam?!"
Raquel memutar mata. "Seriously?"
"LALU, KENAPA?!"
"Ya... kau tau sejak awal keadaanku ini apa? Lagipula, aku juga sudah sempat pulang tadi, dan kau tau apa? Apartment ku sedang dirujak massa."
Beca menyugar rambut blondenya frustasi, mencoba memutar otaknya. "Tinggal di apartment ku saja, bagaimana? Kau sudah membayar mereka, seharusnya mereka yang mengikutimu, bukan kau yang mengikuti mereka!"
"Keputusanku sudah bulat, aku tetap ingin di sini."
Beca menatap tidak percaya, pun tidak tau lagi harus mengatakan apa. Hingga kemudian sekelebat pikiran tiba-tiba muncul dikepalanya; alasan Raquel ingin menetap tidak cukup kuat, keadaan tempat ini yang sama sekali bukan Raquel, dan betapa bersikerasnya dia.
"Aku ingat terakhir kali kau pulang dari sini, kau bilang tidak ingin lagi kembali ke sini. Dan melihat betapa situasi ditempat ini juga sama sekali bukan kau, aku sangsi kau punya alasan lain yang sangat bisa ku tebak apa."
Raquel langsung berdiri tidak tenang, tampak salah tingkah. Berusaha keras memikirkan kata-katanya sembari mengelakkan pandangannya ke segala arah.
"Apa kau sudah tidur dengan pria bernama Troy itu?"
Holy crap! "Beca, damn it! Apa yang kau katakan?!"
"Aku mengatakan.... apa yang ku kenal darimu selama ini."
"Bahwa aku tidur dengan sembarang pria?"
Beca mendecih. "Oh c'mon, Raquel... kau yang paling tau Troy bukan sembarang pria sampai kau beralasan untuk bisa tinggal di sini bersamanya."
"Stop it," tegur Raquel mulai kesal. Tapi Rebeca tidak akan berhenti sampai Raquel jujur padanya. Dimatanya, Raquel sudah sangat transparan untuk bisa menyembunyikan sesuatu darinya. Jadi percuma terus mengelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Time Made US
ActionSetelah rentetan kejadian mengenaskan terjadi padanya, Raquel sadar hidupnya sudah terbilang hancur untuk ukuran hidup normal. Pikirnya, kematian ibunya adalah akhir dari semuanya. Nyatanya, itu adalah awal dari riak kehancuran yang sebenarnya. Samp...