51 | How Could?

63 4 0
                                    

     Sudah menjadi rahasia umum bahwa Blade dan Phoenix adalah rival dan itu mutlak. Tapi tidak banyak yang benar-benar tau bagaimana awal peperangan ini dan apa faktor pemicunya. Umumnya, orang-orang berpikir keduanya hanya merasa tersaingi dengan kehadiran satu sama lain, serta bagaimana keduanya sama-sama menjalankan bisnis perdagangan gelap dikanca internasional yang kemudian membuat keduanya berlomba-lomba untuk menjadi yang terunggul.

     Tapi sebenarnya tidak seperti itu. Sama sekali tidak.

     Faktanya, Phoenix dan Blade adalah.... satu. Atau mungkin tidak mengingat pada dasarnya Blade tidak pernah direncanakan dibentuk melainkan ia adalah bagian yang memisahkan diri dari Phoenix.

     20 tahun sudah berlalu tapi rasa-rasanya tragedi yang menumpaskan hampir semua anggota phoenix hari itu, masih terekam jelas dikepala Troy. Termasuk kedua orang tuanya. Troy percaya saat orang-orang berkata darah diatas apapun. Tapi dalam kisah hidup yang Troy jalani, darah ternyata masih tidak cukup kental untuk menahan keserakahan ikut mengaliri tubuh seseorang.




     Jam 2 dini hari, Troy berdiri diatas lapang tandus yang beberapa jam lalu masih terasa hijau dan hidup. Kini, rumah kayu itu sudah habis di lahap api dan abunya sudah bercampur dengan tanah. Bahkan abu milik Hoper, May, dan Rue.

     Troy berjongkok dengan satu kaki menopang lengannya. Ia mulai menebar kelopak bunga mawar putih di bagian yang ia yakini itu petak tanah dari ruang tengah—tempat para Blade menghabisi keluarga Warren tanpa ragu. Menghabisi keluarganya, menghabisi hal terpenting dari hidupnya yang tersisa. Dan itu juga telah diambil tanpa sisa.






     "Guk! Guk! Guk!"



     Tyson?

Troy langsung menoleh cepat. Dari arah hutan, seekor anjing berlari kencang menghampirinya dan langsung melompat ke pelukannya. Troy terkesiap dan langsung mendekapnya—menghangatkannya—menyadari bulu-bulunya basah dan tampak berdiri karena kedinginan. Troy telah mencari-carinya tadi. Dan begitu ia memutuskan pulang bersama Raquel, ia telah pasrah berpikir anjingnya yang selama ini tinggal bersama Hoper itu mungkin saja sudah ikut terbakar bersama rumah ini.

     Tak ada lagi yang ingin dilakukan, Troy akhirnya memutuskan berdiri dan berjalan ke mobilnya. Ia masuk dan meletakkan Tyson di jok samping kemudi kemudian mulai menyalakan mesin, bersiap-siap untuk pergi. Tapi sebelum itu, ia teringat untuk mengambil ponselnya lalu mengetikkan sebuah pesan kepada seseorang yang mungkin sedari tadi sudah menunggu aba-aba darinya.

To : Gilder
Aku sudah selesai. Kita bertemu di titik hutan yang sama.

Dentuman musik trance menggema menembus dinding-dinding putih yang tampak menguarkan bau khas cat baru. Beberapa orang di markas itu menikmati alunan musik tanpa peduli jam sudah hampir menunjukkan jam 3 dini hari.  Hanya kurang 2 jam lagi sampai matahari muncul dan mereka semua seolah masih ingin tetap terjaga sampai saat itu tiba.

     Satu jam yang lalu, Connor dan Zach telah pergi untuk menjemput seorang kerabat dan belum kembali. Sementara Ego dan Thiago baru saja pulang setelah bertransaksi narkoba di lingkungan Upper East Side.

     "Apa leader ada di dalam?" tanya Ego menghampiri seorang anggota muda Blade yang sedang berdiri memegang mainan anak panahnya sebelum melemparnya ke lingkaran sasaran yang menempel di dinding.

     "Ada," sahutnya. Dia mulai melempar anak panahnya dan itu mengenai tepat di titik pusatnya. Ia lalu menghadap ke arah Ego sepenuhnya. "Tapi sepertinya dia sedang tidak ingin ditemui. Katanya dia sibuk mempersiapkan sambutan untuk kerabatnya yang datang sebentar lagi."

The Way Time Made USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang