14 | Need a Help?

124 8 1
                                    

⠀⠀"Troy ..."

⠀⠀Raquel terpaku sejenak. Ia tidak menyangka kehadiran pria itu. Ia bahkan tidak lagi merasa pening, gemetar, dan remuk di sekujur tubuhnya. Ia hanya bisa merasakan Troy.

⠀⠀"Kau di pukul?" tanya Troy serius, menoleh di tempatnya—mengkonfirmasi ulang, meski perawakan Raquel sudah menjelaskan semuanya.

⠀⠀Raquel mendongak, menatap tatapan dingin itu lamat-lamat. Dadanya mendesirkan perasaan lega—perasaan seperti dilindungi. Dan itu membuatnya menyunggingkan senyum sebelum mengangguk pasti dengan mata hijaunya yang berbinar, sangat kontras dengan perawakannya yang seperti korban kekerasan besar.

⠀⠀Begitu konfirmasi ulang itu dibenarkan, Troy kembali meluruskan pandangan. Dua pria yang dengan sangat berani Troy sebut bajingan yang pecundang itu—juga balas menatapnya garang.

⠀⠀"Hey buddy," tegur pria yang berdiri di depan. Jika Troy tidak salah, itu pria yang tadi sempat ia lihat dari kejauhan menendang Raquel. "Dia tidak butuh kau menolongnya. Dia bersama kami. Kau tau itu."

⠀⠀Troy mengangkat dagu lebih tinggi, bernapas dengan tenang. Mereka anggota Blade. Troy baru memperhatikan jaket yang mereka kenakan.

⠀⠀"Wanita ini mengambil bodyguard dari tempatku. Dia adalah client rekanku dan aku tidak bisa membiarkannya tidak mendapatkan haknya setelah membayar," jawab Troy ada jeda. "Aku cukup peduli terhadap nama baik intelligence agency kami."

⠀⠀Pria yang di belakang tertawa.

⠀⠀"Phoenix yang menyedihkan. Sepertinya selain karena ingin tetap dekat dengan kami, kalian juga ikut pindah ke kota gemerlap ini untuk menopang krisis keuangan kalian, huh?"

⠀⠀Troy mencebik acuh. "Kau cukup pintar untuk ukuran anggota Blade."

⠀⠀"Sialan."

⠀⠀"Apa kita akan selesai begini? Bisa aku membawanya pergi?" tanya Troy sekenanya—relatif santai. "Kau menendang tepat dilukanya, Bung. Dia berdarah. Mungkin jahitannya terbuka."

⠀⠀Pria yang akhirnya Troy ingat bernama Zack itu menggeram rendah. Mulai tersulut karena sikap sok innocent Troy yang membuatnya ingin langasung menerjangnya dengan pukulan keras. Tapi, cepat-cepat teman di belakangnya menginterupsinya. Menenangkannya dengan bisikan kata-kata yang membuat Zack terpaksa menahan diri dan mengumpat tertahan.

⠀⠀Tanpa menunggu tanggapan pria itu, Troy sudah berbalik badan membantu Raquel berdiri. Raquel kesusahan menggunakan kakinya yang lemas, tapi Troy sigap membantunya berdiri sebelum melingkarkan lengan Raquel di pundaknya tanpa berkata apapun.

⠀⠀"Camkan ini, Collin. Aku akan kembali."

⠀⠀"Ku tunggu." Lagi-lagi Troy hanya menjawab lempeng. Bahkan tidak menoleh. Ia sibuk memposisikan tubuh Raquel yang terus meringis sebelum memapahnya pergi—berlawanan dengan pria itu yang juga sudah menjauh.

⠀⠀"Aw—shit."

⠀⠀"Tahan."

⠀⠀Raquel tidak bisa berhenti merintih sakit selagi ia dipapah berjalan. Sekujur tubuhnya seperti tertancap paku di mana-mana dan jika ia bergerak sedikit saja, paku itu seperti mengoyak kulitnya.

⠀⠀Kenapa ia tidak digendong saja sih?!

⠀⠀"Apartment ku di sebelah sana," interupsi Raquel menyadari Troy malah memapahnya ke arah berlawanan.

⠀⠀"Itu juga yang mau ku tanyakan. Kenapa kau dengan sangat idiotnya malah berakhir di jalanan sepi ini?"

⠀⠀Raquel mencebik tidak terima, tapi ia juga segera sadar akan kebodohannya. Ia juga tidak tau kenapa ia malah memberi pria tadi amunisi untuk menghajarnya habis-habisan dengan melarikan diri ke jalanan sepi ini? Jalanan ini bahkan lebih mirip jalanan tikus dengan dinding beton tinggi di sisi kiri dan kanannya—sangat terisolasi dari keramaian. Raquel meringis lagi menyadari benturan dikepalanya tadi masih menguarkan sengatan pening yang hebat.

The Way Time Made USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang