Perawakan gedung apartment sudah sangat sepi sejak Troy naik lift dari lantai satu hingga berdenting membuka di lantai dua puluh lima di mana apartment Raquel berada. Ia berjalan keluar dari lift sembari menenteng kantong plastik berisi beberapa makanan dan minuman yang ia beli di supermarket terdekat, sementara tangan lainnya mengeluarkan bungkusan rokok dari saku belakangnya.
Tepat 5 apartment di depannya, Troy menyadari tatapan lurus Raquel bak menginvasi kedatangannya sejak ia keluar dari lift di ujung koridor. Wanita itu duduk berjongkok di depan pintu apartmentnya dengan wajah tertekuk dan sembap sembari menggenggam ponselnya—entah, Troy tebak mungkin ponsel lamanya yang ia tinggal di apartment itu.
Raquel tampak masih sangat kesal. Dan mungkin baru saja bertambah kesal.
Troy berhenti di depan apartment Silas, memunggungi Raquel. Ia menyelipkan sebatang rokok di bibirnya agar satu tangannya bisa memasukkan password.
"Menungguku?" tanya Troy tanpa menoleh. Berikut ia mendengar gumaman sumpah serapah dari belakang punggungnya.
Raquel berdiri, maju, dan langsung mengambil sebatang rokok di bibir Troy. Bersamaan dengan itu, pintu apartment Silas terbuka.
"Aku tidak suka mencecap rasa rokok," rutuknya sembari menghempas kasar rokok itu ke lantai. Troy menatapi nasib rokoknya yang hancur di bawah kaki Raquel, lalu kembali mendongak.
"Aku tidak perlu peduli bagaimana penilaianmu."
"Mulai sekarang, kau harus."
Troy dan Raquel bersitatap dengan suasana yang entah kenapa menjadi menegangkan. Apa ini hanya karena sebatang rokok? Tapi Raquel ingat Troy tidak se-kekanak-kanakan itu untuk sampai membuat ini jadi masalah.
Merasa tak ada lagi yang perlu dikatakan, Troy yang pertama memutuskan pandangannya. Ia lalu mendorong pintu terbuka dan masuk.
Baru saja memahami maksud 'aku akan tinggal bersamamu' yang Troy ucapkan sebelumnya ternyata berbeda dari yang Raquel tangkap, Raquel tanpa pikir panjang langsung menerobos masuk tepat sebelum Troy menutup pintunya.
Raquel berusaha menjaga keseimbangannya begitu berhasil menyelip masuk dan langsung bergeming innocent ditempatnya. Ia lalu mulai menatapi langit-langit—apapun selain mata biru Troy yang saat ini ia yakini sedang menghunusnya.
"Keluar," titah Troy sembari menahan pintu tetap terbuka. Suaranya terdengar dingin seolah tidak menerima bantahan apapun. "Kembali ke apartment mu, Raquel."
"Tidak mau."
"Aku tidak peduli."
"Aku mau di sini."
"Tidak. Keluar." Itu benar-benar telah menyiratkan bahwa Raquel tidak bisa berargumen lagi.
Raquel mendelik tajam, kesabarannya bukan sesuatu yang ia miliki dengan kuantitas lebih. "Aku tidak mau tinggal sendiri!" lenguhnya.
"Tentu saja tidak, aku hanya tepat diseberangmu."
"Tetap saja, aku ingin kita seatap!" Raquel bersikeras. "Ini salahmu! Kau mengiming-imingiku dengan berkata akan tinggal bersamaku, tanpa aku tau begini jenis 'tinggal bersama' yang kau maksud. So, I don't give a shit. Let's fucking do this. Ayo tinggal bersama—'tinggal bersama' yang ku maksud, bukan yang kau maksud."
Urat nadi dipelipis Troy mulai berdenyut-denyut. Raquel yakin seharusnya ia bersikap waspada sekarang.
"Silas tidak akan pernah setuju mengetahui ada orang lain masuk di apartment nya," geram Troy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Time Made US
AksiyonSetelah rentetan kejadian mengenaskan terjadi padanya, Raquel sadar hidupnya sudah terbilang hancur untuk ukuran hidup normal. Pikirnya, kematian ibunya adalah akhir dari semuanya. Nyatanya, itu adalah awal dari riak kehancuran yang sebenarnya. Samp...