To : Rebecca Nicholson
I'm okay. Aku sudah di apartment ku sejak semalam dan baru memiliki niat mengabarimu sekarang. Tidak usah ke sini, aku ingin menikmati waktuku sendiri. Love you, slut.
⠀⠀Sent.
⠀⠀Raquel baru selesai mandi dan mengenakan pakaian santainya; hot pants abu-abu dan kaos oblong putih—ketika ia teringat untuk membalas pesan-pesan Beca yang sengaja ia abaikan semalam. Pagi ini ia baru terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul 9 dan sekarang jam di kamarnya sudah berada di angka 11 kurang 20 menit.
⠀⠀Selesai, Raquel meletakkan ponselnya kembali. Meraih cardigan hitamnya, topi hitam, dan masker. Ia berencana memanjakan dirinya seharian ini. Dan karena ia sedang malas memasak, maka langkah pertama yang harus ia lakukan adalah mengunjungi toko ramen di sebrang gedung apartmentnya dan lanjut membeli beberapa snack di mini market untuk ia bawa pulang.
⠀⠀Setelah memastikan wajahnya sudah tersamarkan secara sempurna di depan meja rias, barulah Raquel beranjak keluar dari apartmentnya.
⠀⠀Koridor depan apartment Raquel begitu sepi, mengingat ini memang hari kerja. Dan setahu Raquel, yang menempati lantai ini memang kebanyakan para pekerja kantoran.
⠀⠀Masuk ke lift, Raquel langsung mengulurkan tangan ke panelnya untuk menekan tombol ke lantai satu. Setelah itu ia menatap pantulan dirinya di dinding cermin yang melapisi lift. Kaos oblongnya terlihat menggembung di sudut bawahnya, tapi itu sepertinya tidak cukup kentara untuk diketahui orang bahwa ada luka yang diperban di sana. Tapi Raquel tetap berdecak kesal, ia menarik lebih rapat cardigan hitamnya ketika tahu-tahu pintu lift sudah berdenting dan membuka.
⠀⠀Menunduk sembari menurunkan topinya, Raquel mulai melangkah keluar ketika ia tidak sengaja menubruk bahu seseorang dan membuat dompet yang ia tenteng terjatuh. Dia seorang pria. Raquel menyempatkan diri mendongak untuk menyembur pria itu dengan sentakan kesal ketika malah wajah pria itu membuatnya terpaku.
⠀⠀"Kau—"
⠀⠀Pria itu menyerahkan dompet Raquel setelah memungutnya, tapi tertahan saat Raquel menatapnya lurus. "Pardon?"
⠀⠀"Kau ..." Raquel langsung menyentak maskernya hingga lepas, memperlihatkan wajahnya. "Aku yang berberapa hari lalu di bar itu, di ruang bawah tanah, yang diperkenalkan Luca, yang mengambil bodyguard dari tempatmu—ingat?"
⠀⠀Raquel tidak mengerti kenapa ia perlu sekali pria ini mengingatnya. Tapi terlepas dari itu, mengingat Raquel mengingat wajah pria gondrong di hadapannya ini juga ada saat Luca memperkenalkannya di hadapan gerombolan lelaki di bar hari itu, seharusnya pria ini juga mengingatnya.
⠀⠀
⠀⠀"Ah, kau yang mengambil Connor?"⠀⠀"YA!" seru Raquel cepat, kemudian menyadari sesuatu. "Oh my God, aku lebih dari itu tau! Apa kau ini tidak paham teknologi untuk tau bahwa aku adalah angel acrasia selama 3 tahun berturut-turut dan bahkan sekarang?"
⠀⠀Lelaki itu mengedikkan bahunya. "Bisa dikatakan begitu."
⠀⠀Raquel memutar mata, mendesah resah.
⠀⠀"By the way, kau tinggal di sini?" tanya Raquel kemudian. Ia sedikit menyipitkan mata, menyadari pertanyaannya itu sepertinya mengejutkan pria itu. Membuat pria itu menimbang-nimbang lama tapi akhirnya mengangguk singkat. "Aku bertanya-tanya apa kau yang bernama Silas?"
⠀⠀"Dari mana kau tahu?"
⠀⠀Raquel terdiam sejenak, memikirkan jawabannya.
⠀⠀"Aku juga tidak tahu apa-apa. Tapi, beberapa hari yang lalu, sebelum aku datang ke bar kalian, aku sudah bertemu Troy sebelumnya. Temanku yang menemukannya ketika ia tergeletak dengan luka dipinggang bawahnya—ya ... meski dengan cara yang cukup ... kurang ajar," Raquel nyengir kuda, mengedikkan bahunya canggung," temanku menabraknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Time Made US
AksiSetelah rentetan kejadian mengenaskan terjadi padanya, Raquel sadar hidupnya sudah terbilang hancur untuk ukuran hidup normal. Pikirnya, kematian ibunya adalah akhir dari semuanya. Nyatanya, itu adalah awal dari riak kehancuran yang sebenarnya. Samp...