Sudah 3 hari berlalu sejak dilakukan upacara pemakaman beberapa anggota phoenix yang gugur malam itu. Setelah kejadian itu, hari-hari di markas phoenix seakan berlalu samar begitu saja tanpa melakukan kegiatan yang berarti.
Beberapa ouragos bahkan hanya sedikit yang datang hari ini, sama seperti hari-hari kemarin. Itu membuat suasana pugh yang biasanya dipenuhi bunyi-bunyi pukulan samsak yang menggelegar, kini hanya didominasi keheningan.
Anggota inti phoenix bahkan hanya sedang bersantai sekarang di sofa depan. Luka Remus sudah mulai membaik, tapi dia masih betah bermalas-malasan. Sementara Luca, ia masih memakai tongkat untuk membantunya berjalan.
Silas, Remus, Gilder, Sander, dan Quill tampak hanya duduk menikmati waktunya bersama dengan bermain kartu ketika Luca datang dari arah dalam. Dia mengambil duduknya di samping Remus yang berbaring berselonjor kaki, tapi langsung bangun duduk saat Luca menyodok kakinya dengan tongkat.
"Bagaimana chip file yg kau ambil dari markas blade malam itu?" tanya Luca pada Silas. Ia mulai mematik api di ujung rokoknya sebelum menyesapnya dalam-dalam.
"Aku masih berusaha meretasnya, pengamannya cukup kuat," jawab Silas.
Di waktu yang sama, Troy muncul dari arah kamarnya. Percaya atau tidak, selama 3 hari terakhir ini, lelaki itu hanya keluar kamar jika ia butuh sesuatu—atau jika pesanan burger langganannya datang. Nyaris setiap hari. Entahlah. Mereka yang melihat Troy seperti itu tidak merasa aneh sama sekali, karena mereka hanya melihat Troy dalam bentuk aslinya. Lelaki itu hanya—entah kenapa—kembali ke setelan awalnya.
Mungkin dia masih berduka soal Thorne.
Well, semua orang berduka. Tapi memang hubungan Troy dan Thorne memiliki tempatnya sendiri, dan itu lebih dari yang semua orang bisa lihat.
"Troy..." Sander menyapa sembari mengunyah snack-nya. Matanya mengikuti langkah Troy yang sama sekali tidak menggubrisnya, keluar. Selang beberapa detik, Troy kembali masuk dengan menjinjing bungkusan di tangannya.
Yep, itu burger yang dimaksud.
"Lagi?" Sander menganga. Bahkan sampai Troy telah menghilang kembali, dan Quill mengingatkan Sander menutup mulutnya.
Luca hanya menghela napas panjang, lalu meraih ponselnya yang berdenting di atas meja. Melihat notifikasi masuk di sana.
"Lihat? Mr. Ruffalo itu memang tidak pernah mengecewakan," ujarnya dengan wajah sumringah, memperlihatkan layar ponselnya ke mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan daripada menyambut pagi hari dengan uang baru. "Aaa... aku baru ingat. Tunangan Raquel, dia sempat menelfon dan meminta kita memperketat penjagaan terhadap Raquel mengingat 4 hari yang lalu si pengkhianat Connor berhasil mengelabui Raquel dan sampai membawanya ke markas Blade secara cuma-cuma."
Remus langsung menghentak keras kartunya di meja, merasa terganggu mendengarnya.
"Aku tidak tau apa ini hanya aku yang lupa kenapa kehidupan phoenix kita tiba-tiba hanya berpusat pada Raquel, Raquel, dan Raquel? Sepenting itukah status sebagai tunangan seorang Ruffalo?!" sungut Remus. Emosi Remus tidak pernah tidak terlihat, semua orang langsung bisa paham kebingungan dan ketidaknyamanan Remus selama ini. Quill dan Sander bahkan kali ini mengangguk setuju dengan Remus, ikut menatap Luca, meminta penjelasan lebih rinci. "Ada apa antara Raquel dan Blade?" lanjut Remus lagi.
Quill mengangguk. "Dengar-dengar, Raquel juga sudah mengalami banyak teror-teror selama hidupnya dimulai dari kedua orang tuanya yg meninggal. Kau bilang itu juga ulah Blade, kan? Tapi aku bingung. Korelasinya apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Time Made US
AcciónSetelah rentetan kejadian mengenaskan terjadi padanya, Raquel sadar hidupnya sudah terbilang hancur untuk ukuran hidup normal. Pikirnya, kematian ibunya adalah akhir dari semuanya. Nyatanya, itu adalah awal dari riak kehancuran yang sebenarnya. Samp...