10. Marah

66.4K 6.5K 135
                                    

Happy reading 🙆

Entah perasaan Mona saja Fahri terlihat manusiawi dari sebelumnya, meskipun hanya sedikit namun pria itu setidaknya sudah tidak pulang dalam keadaan mabuk atau merokok disekitarnya.

"Nggak mandi?" Tanya Fahri saat keluar dari kamar melihat Mona baring di sofa sambil menonton kartun dengan masih menggunakan pakaian yang digunakannya semalam.

"Enggak, lagi males."

Fahri mendaratkan bokongnya di dekat kaki Mona, semalam Ananta menelponnya sampai puluhan kali hanya untuk menayangkan absennya Fahri dari klub malam, sebenarnya Fahri sudah mau berangkat semalam namun saat melihat Mona memijat betisnya membuatnya mengurungkan niatnya, kata Mona pas dirumah mama perempuan itu tidak boleh kecapaian atau terlalu banyak pikiran.

"Aku mau beli sayur dulu, kamu mau makan apa hari ini?"

"Hm," Fahri terlihat berpikir beberapa detik sebelum ikut berdiri, "aku mau lihat sendiri."

"Maksudnya mau ikut juga?"

"Hm."

"Aku jalan kaki aja sekalian olahraga kalau kamu mau naik mobil duluan aja nggak papa," ucap Mona saat mengenakan jaket, untungnya Mona memakainya tanpa disuruh Fahri sedikit lega.

"Aku juga mau jalan kaki sekalian olahraga juga."

Fahri mencuri-curi pandang ke Mona, perempuan itu menyapa semua orang yang berpapasan dengannya, sejak menikah perempuan itu banyak berubah dari yang kurus kerempeng seperti kena gizi buruk sekarang Mona terlihat berisi terutama dibagian pipinya, apa orang hamil berat badannya memang naik?

Pria itu berpikir keras mencari topik agar suasananya tidak canggung, bahkan sudah hampir sampai tujuan keduanya tetap bungkam. Fahri menyapu bersih penglihatannya ke arah warung yang dikerumuni ibu-ibu kompleknya, ia tahu betul bagaimana bar-barnya ibu-ibu disana saat berucap, beberapa hari yang lalu mobil Fahri dihadang ibu-ibu itu demi untuk menanyakan kenapa yang menjadi istrinya beda dengan wanita yang dibawanya dulu.

"Tadi pas aku ajak tadi katanya mager," sahut Andin menyambut kedatangan Mona.

Mona terkekeh kecil, "biasalah mood ibu hamil."

"Kalau gitu aku duluan Ri, Mona," Fahri mengangguk sopan sambil tersenyum tipis ke arah Andin.

"Mau makan apa?" Tanya Mona.

Fahri diam, sebenarnya ia memakan apapun yang sudah disiapkan Mona hanya saja entah kenapa tadi rasanya ia benar-benar ingin ikut dengan perempuan itu. Matanya sibuk mencari sayur-sayuran yang namanya Fahri tahu, saat gerombolan ibu-ibu itu hendak pulang salah satu dari mereka memegang satu ikat sayur yang syukurnya Fahri tahu namanya.

"Kangkung, iya kangkung."

"Bu kangkungnya satu ikat ya. Kamu mau apalgi?"

"Terserah kamu aja deh yang penting aku udah milih kangkung," balas Fahri sambil bersedekap dada, sedangkan penjualnya senyum-senyum melihat tingkahnya.

Penjualnya yang berumur sekitar 50 tahun itu memasukkan bahan makanan yang dipilih Mona kedalam kantong plastik, "udah berapa bulan neng?"

Wedding Destiny [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang