34. Kecurigaan Mama

41.5K 3.9K 52
                                    

Happy reading 🙆

Rahang Fahri mengetat hebat menandakan ada gejolak emosi yang sedang ditahannya sejak tadi, tangan pria itu mengepalkan kuat dibawah meja kayu yang begitu kokoh.

"Ini akan menjadi berita besar dan bisa mendongkrak popularitas band kalian," ucap pak Dhani begitu antusias.

"Tapi pak..., saya sudah punya istri," cetus Fahri pada akhirnya.

Semua orang diruangan terkejut mendengar penuturan Fahri, selain Marinka dan Riskal. Riskal satu-satunya orang yang Fahri beri tahu, sedangkan Marinka ia tidak tahu dimana wanita itu bisa mengetahuinya.

Pak Dhani menghela nafas panjang, "kamu kasih pengertian ke istrimu, saya yakin dia pasti mengerti."

"Tapi pak saya nggak begitu yakin," ucap Fahri.

"Apa perlu saya yang bicara dengan istrimu itu?" Tanya pak Dhani tetap kekeuh pada keputusannya, sedangkan pak Roni hanya diam saja.

"Papa! Jangan dipaksa kalau Fahri nggak mau," sahut Marinka.

Kini giliran Fahri yang terkejut, ia melirik sekelilingnya yang hanya memasang raut biasa saja, sepertinya hanya ia yang baru mengetahui akan hal Marinka anaknya pak Dhani.

"Kamu diam saja Marinka!"

"Nanti saya pikir-pikir lagi pak," ucap Fahri.

Setelah perkataan Fahri itu semuanya bubar dimulai dari pak Dhani dan Marinka lalu disusul dengan yang lainnya, kini tinggal Fahri di dalam ruang studio tersebut.

Fahri menggaruk kepalanya frustasi, dunia entertainment sekejam ini sampai-sampai harus membuat rumor palsu dan harus berakting di depan awak kamera.

Fahri menoleh saat pintu terbuka lalu pak Roni masuk kedalam dengan senyum tipis.

"Ada yang ketinggalan pak?" Tanya Fahri sopan.

Pak Roni menggeleng pelan, beliau duduk dihadapan Fahri.

"Kamu kelihatan nggak nyaman dengan ini semua?" Fahri menggeleng pelan, "jangan bohong saya tahu dari mata kamu dan insiden perkelahian mu dengan Hasan beberapa hari yang lalu."

"Jujur saya nggak pernah menyangka ternyata dunia entertainment sejahat ini pak," tutur Fahri jujur.

Pak Roni mengangguk paham seraya menepuk pundak Fahri, "kamu boleh berhenti setelah kontrak kamu berakhir saya nggak akan nahan kamu kalau kamu sendiri nggak tahan."

Fahri tersenyum sumringah, "makasih ya pak, makasih."

Pak Roni mengambil sesuatu dari dalam dompetnya lalu menyodorkannya ke Fahri, "itu ada nama perusahaan yang menaungi proyek, saya pernah lihat profil lengkap kamu dan saya rasa kamu punya peluang besar di bidang proyek, kamu bilang aja kalau saya direkomendasikan sama pak Roni."

Fahri meraih kartu nama itu kemudian berdiri dan menundukkan tubuhnya berulang kali, hal itu membuat pak Roni ikut berdiri lalu memukul pelan punggung Fahri.

"Makasih banyak pak Roni, makasih."

Pak Roni mengulas senyumnya, "kamu berbakat di bidang musik tapi tempatmu bukan disini. Yasudah saya pulang dulu."

Fahri mengangguk pelan, "hati-hati pak Roni."

Fahri menghela nafas lega setidaknya ada yang bisa diambil dari sisi kesialannya hari ini. Fahri mengambil gitarnya lalu menutup pintu studio sebelum keluar.

Saat Fahri menuju mobilnya di parkiran Marinka ada disana bersandar di kap mobil Fahri seraya memainkan ponselnya dan memakai masker.

"Ngapain?" Tanya Fahri.

Wedding Destiny [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang