6. Perlawanan

64.7K 6.2K 149
                                    

Happy reading 🙆

Fahri menatap Bima dengan malas saat pria itu menggoyangkan tubuhnya sesuai dengan dentuman musik, seorang DJ handal sedang menunjukkan keunggulannya di depan sana, karena itu pula Bima sengaja maju paling depan untuk menarik perhatian DJ cantik itu.

"Istri lo yang mana sih?" Tanya Ananta, diantara keempat temannya yang hadir di pernikahannya cuman Bagas, bukan berarti pertemanan mereka tidak terjalin dengan erat hanya saja kedua temannya itu sangat dibenci oleh papanya Fahri. Ananta dan Bima disebut membawa teman-temannya ke arah pergaulan bebas.

"Anak FKG Nta, lo pasti sering lihat dia," sahut Bagas.

"Anjir seriusan? Mana anak FKG cantik-cantik lagi," ucap Ananta.

"Dia biasa aja," ucap Fahri.

Ananta menuangkan minuman ke gelas Fahri yang kosong karena baru saja diteguk,
"gue sebentar lagi ngerayain ultah disini lo ajak dia, gue pengen lihat wajah yang menurut lo biasa aja."

"Dia mana mau nginjak tempat ini."

Ananta berdecak. "Yaudah gue rayain ultahnya di apartemen aja, gue ngundangnya kita-kita aja tambah istri lo."

Fahri menginjak rokok yang baru saja dibuangnya ke lantai, "seniat itu mau ketemu sama tuh perempuan."

"Nggak niat sih gue cuman penasaran aja. Sekalian ajak pacar lo Gas," ucap Ananta.

"Pacar gue mana mau kalau ada lo, udah tahu dia anti banget sama lo," ucap Bagas. Diantara dari mereka hanya Bagas yang menjalin hubungan dengan benar-benar, yang lainnya gonta ganti pacar namun dulunya Fahri tidak termasuk dahulu ia lebih memilih Kinan dan setia ke wanita itu meskipun tidak ada ikatan yang pasti.

"Cari yang baru aja Gas, sumpah pacar lo nggak asik banget," ucap Ananta.

"Cuman dia yang pas sama gue Nta." Meskipun Ananta berbicara seperti itu tidak membuat Bagas tersinggung, mereka semua sudah terbiasa dengan ucapan Ananta yang tidak disaring dulu.

"Dari dulu lo sibukin pacar Bagas mulu," ucap Fahri yang mulai jengah dengan arah pembicaraan yang berputar di itu-itu saja.

"Daripada gue sibukin istri lo," balas Ananta tersenyum tipis.

"Sibukin aja toh gue nggak peduli juga."

Ananta belum sempat membalas ucapan Fahri karena Bima langsung datang dengan raut menahan kesal, pria itu menghisap rokoknya dengan rakus. "Bisa-bisanya gue yang ganteng ini di tolak sama cewek," racau Bima.

"DJ itu?" Tanya Bagas melirik arah dimana perempuan itu berdiri sambil menghisap rokoknya.

"Bukan! Nih cewek songong banget anjing, sok cantik banget pakai nolak gue segala!" Kesal Bima.

Fahri tidak terlalu fokus mendengarkan racauan Bima, ia fokus menatap ponselnya pesan dari mamanya sedang dibacanya sekarang, mamanya menyuruh Fahri menemani Mona untuk check up besok.

"Setidaknya demi anakmu Ri, kalau memang kamu nggak terima dengan mamanya it's oke tapi ini demi anak yang dikandungnya. Tadi gue nggak sengaja baca," ucap Bagas.

Fahri melirik Bagas dengan sengit, meskipun mereka berdua teman dekat tapi ia tidak suka urusan pribadinya dicampuri. "Lo mana tahu rasanya di posisi gue Gas!"

Bagas tersenyum tipis mendengar nada ketus dari Fahri. "Gue memang nggak tahu rasanya Ri, tapi semisal gue ada diposisi lo gue bakalan mikir seribu kali untuk jahat ke Mona, dia itu nggak tahu apa-apa seharusnya Mona yang benci lo bukan malah sebaliknya."

"Nggak usah sok ceramahin gue!" Bentak Fahri untungnya saja dentuman musik tidak membuat Ananta dan Bima mendengarnya.

"Gue sebagai teman cuman bisa nasihatin lo sebelum nyesel Ri."

Wedding Destiny [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang