19. Pdkt halal

55.6K 5.7K 107
                                    

Happy reading 🙆

Tepat hari ini usia kandungan Mona tepat tujuh bulan, perempuan itu tidak berhenti tersenyum bahagia seraya mengusap-usap perutnya yang semakin membuncit. Mona terkejut saat tangan Fahri ikut mengusap perutnya juga, perempuan itu spontan menghentikan aksinya.

"Kok berhenti sih?" Tanya Fahri dengan suara khas bangun tidur, senyum sumringah yang tadi membingkai wajah pria itu langsung memudar.

"Aneh aja kalau kamu juga ikutan," ujar Mona jujur.

"Aneh kenapa?"

"Ya aneh aja."

Fahri tersenyum jahil lalu membawa tangan Mona menyentuh dadanya yang tak menggunakan apapun, perempuan itu spontan langsung menarik tangannya.

"Ih, apaan sih!" Sentak Mona lalu beranjak dari kasur, hal itu membuat tawa Fahri pecah seketika.

Pipinya memanas karena Fahri memperlakukannya seperti itu, tidak mau ketahuan pipinya memanas Mona langsung keluar dari kamar, sesampainya di dapur Mona meletakkan telapak tangannya di dada merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang.

"Bisa penyakit jantung aku kalau gini," gumam Mona.

Mona tersentak saat Fahri meletakkan dagunya di bahu perempuan itu, Mona mendorong kepala Fahri tetapi Fahri yang keras itu tidak akan bisa dikalahkan begitu saja.

"Please jangan kayak gini," lirih Mona.

"Kamu lupa sama apa yang aku bilang pas kita menuju rumah mama?"

"Tapi nggak ada pdkt yang kayak gini!"

"Ada tuh, ini namanya pdkt halal," balas Fahri tidak mau kalah.

"Tapi nggak gini!"

"Gemes deh kalau kamu marah-marah."

Mona bergeser secara tiba-tiba hingga Fahri hampir terhuyung ke depan untungnya saja pertahanannya kuat, Mona terkekeh geli melihat raut kesal Fahri yang terlihat menggemaskan seperti anak kecil yang tidak diberi uang oleh ibunya.

Mona meninggalkan Fahri sendirian di dapur, perempuan itu masuk kedalam kamar.

"Orang lagi ngambek kok ditinggalin sih harusnya kan dibujuk," teriak Fahri.

Setelah beberapa menit Mona keluar dengan rambut yang masih basah dan wajah yang terlihat sangat fresh, perempuan itu berdiri diambang pintu kamar terkejut melihat sahabat-sahabat Fahri sudah ada di ruang tengah.

"Mona sini," panggil Bima. Mona mendekat ke arah mereka dengan canggung, ini pertemuan pertamanya dengan sahabat Fahri setelah insiden di ulang tahun Ananta, sejujurnya Mona merasa bersalah karena mengacaukan ulang tahun pria itu dan pergi begitu saja, tetapi jika mengingat ucapan Ananta saat itu Mona kembali kesal.

"Sok asik lo," cetus Ananta.

"Dih gue nggak sok asik ya, gue udah kenal dekat sama Mona kok, iya kan Mon?" Tanya Bima menaik turunkan alisnya ke arah Mona.

"Kita bawain lo makanan nih, Fahri ngelu di grup katanya lo lagi ngidam banyak makanan," sahut Bagas menunjuk beberapa plastik yang isinya penuh makanan. Mona lantas menoleh dengan tatapan tajam ke arah Fahri, pria itu selalu membawa-bawa namanya padahal dia sendirilah yang mau.

"Makasih ya udah repot-repot," ucap Mona tidak enak.

"Nggak papa lah, lo kan istri Fahri otomatis lo bagian dari kami juga," cetus Ananta.

Mona melemparkan senyum canggung ke Ananta yang membalasnya dengan senyuman hangat, selagi menunggu Fahri memindahkan makanan tadi ke piring Bima mencari saluran televisi yang sekiranya bisah menghibur mereka.

Wedding Destiny [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang