Happy reading 🙆
Kapan terakhir seorang Fahri tersenyum dan merasa bahagia?
Jika Fahri diajukan pertanyaan seperti itu mungkin ia akan memilih diam, bagaimana tidak bahkan ia lupa bagaimana caranya tersenyum.
Fahri menyusuri lobi gedung yang semoga menjadi tempat kerjanya, dalam bidang akademik Fahri juaranya jadi ia berharap kali ini diterima di perusahaan besar yang memanggilnya interview hari ini.
Setelah interview Fahri menghela nafas berat ia menuju parkiran mobil untuk pulang, hidupnya sudah sangat berat sekarang seperti ada ribuan ton beras yang sedang dipikulnya, sesampainya di mobil Fahri mengendurkan dasinya yang seperti mencekiknya sejak tadi.
Sejak beberapa hari yang lalu pembicaraan mengenai dirinya sangat kencang terdengar di area tempat tinggalnya, bahkan untuk menatap satu persatu tetangganya saja Fahri tidak sanggup.
Fahri sengaja mampir di rumah minimalis yang seharusnya ia tinggali sejak sebulan yang lalu, rumah yang di dapatkannya dari tabungannya empat tahun, rumah itu tampak sederhana dengan halaman yang sangat sempit kalau mobilnya nanti akan terparkir di depannya maka semakin sempit.
Ia berkeliling di dalam rumah yang hanya memiliki lantai satu itu, kamarnya hanya dua namun satunya dijadikan Fahri sebagai studio musik kecil-kecilan.
Keputusannya sudah bulat ia harus membawa Mona tinggal disini, meskipun ada rasa tidak ikhlas jika nanti perempuan itu menempati rumahnya yang dibangun pakai uang sendiri untuk tempat tinggalnya nanti bersama Kinan kedepannya, rasanya Fahri harus membawa Mona tinggal disini karena perempuan itu suka sekali berkeliaran di sekeliling kompleks padahal gosip tentangnya sedang hangat-hangatnya.
Fahri melangkah keluar mengunci pintu lalu meninggalkan rumah itu.
Mengingat tentang Kinan, wanita yang masih mengisi hatinya itu terlihat lebih bahagia dengan pria lain, beberapa kali Fahri menganggu wanita itu dengan terang-terangan namun Kinan selalu menolaknya dengan kata-kata kasar yang selalu menyudutkan Fahri. Seperti beberapa hari yang lalu Fahri sengaja mendatangi tempat Kinan biasa nongkrong, namun sialnya pria sialan itu berada disana bersama Kinan memeluk Kinan dengan hangat, mengingat itu perasaan Fahri langsung terluka.
Perjalanan ke rumahnya hanya memakan waktu beberapa menit, Fahri masuk ke dalam rumahnya dengan wajah lelah. Di ruang keluarga ada papanya yang sedang menonton bersama mamanya, sedangkan kakaknya kembali menetap di Bandung.
"Bagaimana interviewnya Ri?" Tanya mama.
"Doain berhasil Ma," jawab Fahri, matanya bertemu dengan mata sang papa namun papanya langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, semenjak kejadian itu papanya belum pernah lagi membicarai Fahri.
Fahri langsung masuk ke dalam kamarnya, saat masuk ke dalam kamar yang ia lihat langsung adalah sosok perempuan yang tidur pulas di atas ranjangnya. Setiap pulang darimanapun pasti Fahri selalu mendapati Mona membuatnya bosan melihat perempuan itu, pernikahannya sudah berjalan hampir 2 bulan dengan rasa hambar, tidak ada kedekatan yang terjalin keduanya hanya berbicara seperlunya saja atau hanya sekedar basa-basi itupun Mona yang memulainya.
Fahri langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, sejak menikah ia mempunyai kebiasaan baru ganti baju di dalam kamar mandi.
Saat keluar dari kamar mandi perempuan itu belum juga bangun, padahal biasanya jika melihat Fahri datang dan langsung bergegas mandi Mona biasanya menuju ke dapur menyiapkan makanan untuk makan malam.
Dengan langkah malas Fahri menepuk lengan Mona dua kali.
Mona membuka matanya dengan gerakan pelan saat melihat Fahri perempuan itu langsung terkejut, rasa kantuknya langsung hilang seketika.
"Bangun!"
"Ini udah bangun," ucap Mona bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka sebelum pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
Fahri merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi terlentang, ponselnya bergetar dua kali membuatnya cepat-cepat memeriksanya. Ia kembali membuka lemari, mengacak-acak baju yang sudah dilipat Mona, setelah menemukan baju yang dicarinya Fahri melepaskan baju yang dipakainya tadi dan menggantinya.
Ia bergegas keluar kamar menuju dapur, disana sudah ada Mona dan mamanya yang sibuk menyiapkan makan malam.
"Kamu mau kemana lagi?" Tanya mama yang sadar akan kedatangan Fahri di dapur.
"Keluar sama teman-teman," jawab Fahri. Ia memberikan isyarat ke Mona agar mendekat, Mona dengan cepat mendekati Fahri yang berdiri sedikit jauh dari tempat masak.
"Siapin barangmu dan barang-barangku besok kita pindah ke rumahku," ucap Fahri, perempuan itu menatap Fahri seperti ada yang ingin dibicarakannya namun tak kunjung disampaikan.
"Ma, besok aku mau pindah ke rumahku soalnya udah selesai dibangun, isinya juga sudah ada," ucap Fahri berbohong, rumah itu sejujurnya sudah jadi 3 bulan lebih dan ia membeli isi rumah dengan Kinan.
"Kok tiba-tiba banget sih? Kasihan istrimu nanti kalau kamu tinggal terus nantinya, kalau disini kan masih ada mama yang temenin," ucap mama tak setuju.
"Kalau aku kesepian bakalan kesini kok Ma," sahut Mona.
Fahri melaju mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju tempat yang sebulan belakangan ini rajin ia kunjungi. Dentuman musik terdengar dominan dibandingkan suara manusia di dalamnya yang sibuk dengan urusan masing-masing, semakin larut malam maka semakin ramai juga tempat ini, Fahri melangkah mencari keberadaan teman-temannya yang sejak tadi menunggunya.
"Jagoan kita sudah datang bung," sambut teman Fahri yang sudah dipengaruhi alkohol sehingga suaranya lebih terdengar seperti berkumur-kumur.
"Bim lo udah mabok," sahut Ananta.
Fahri meraih gelas ditangan Bima dan langsung meneguk alkohol itu, "lo beneran udah mabok, balik gih sebelum lo jadi Fahri kedua," ucap Fahri.
Mendengar ucapan Fahri teman-temannya langsung terbahak meskipun diantara mereka mabuk kecuali Fahri tentunya, ia sama sekali tidak tertawa meski Bagas sudah guling-guling di lantai karena ucapannya.
"Lucu?" Tanya Fahri sebelum meneguk alkohol kesekian kalinya.
"Shit man, ini tuh lucu banget," ucap Bagas, pria itu memang memiliki humor yang sangat anjlok.
"Mau pesan wanita nggak lo?" Tawar Ananta yang memang sering memakai wanita di klub ini, sedangkan yang lainnya hanya sekedar menemani saja tidak lebih.
"Lo nawarin ke gue?" Fahri menunjuk dirinya sendiri.
"Fahri itu udah jadi banci sejak nikah, lo salah nawarin orang bege," Bima memukul kepala Ananta.
"Jangan mukul kepala gue anjing!" Umpat Ananta.
Hal itu membuat Bagas lagi-lagi tertawa, namun tawanya langsung mereda saat melihat wajah Fahri yang memerah, "Ri lo hampir mabok gila!"
"Gue mau mabuk sampai mati," Fahri langsung meraih alkohol di depan Bagas dan meneguknya langsung dari botol.
"Si anjing!" Umpat Ananta.
"Anta pesanin gue cewek malam ini, gue mau senang-senang," ucap Fahri datar membuat Ananta mengangguk antusias, sedangkan Bagas menceramahi Fahri habis-habisan.
********Ekspresi wajah Fahri yang dingin ini buat Mona takut, Fahri jangan kayak gitu lah kau🤦🤦
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Destiny [TERBIT]
RomanceBerawal dari kelulusan Fahri dan beberapa teman seangkatannya yang membanggakan di fakultas teknik, kelulusan itu langsung dirayakan di klub. Fahri terus dicekoki minuman keras hingga tak terkendali dan berakhir mabuk berat. Saat itu seorang perempu...