Happy reading 🙆
Mona mandi sore setelah Fahri berangkat latihan, pria itu berangkat dengan raut tidak ikhlas karena harus berjauhan dengan Mona beberapa jam.
Setelah mandi Mona mengenakan pakaian simpel tetapi masih terlihat bagus. Citra beberapa hari ini mengelu karena Mona jarang menemuinya, mumpung hari ini waktu yang tepat Mona akan membawa Citra keliling Jakarta untuk kulineran.
"Lama banget sih," keluh Citra yang sejak tadi menekan klakson motornya, Mona yakin pasti Andin bakalan emosi jika Citra menekannya lebih lama lagi.
"Sabar kali ini baru mau kunci pagar dulu," ucap Mona.
Mona naik ke boncengan motor Citra dengan susah payah. Citra membawa Mona ke salah satu warung pinggir jalan yang begitu terkenal karena cita rasa masakannya, setelah memesan keduanya mencari tempat duduk.
"Kamu dekat banget ya sama Bima?" Tanya Mona setelah tak sengaja melihat nama Bima muncul di kunci layar ponsel Citra.
Citra melirik ponselnya yang baru saja dilihat Mona, "nggak sih, dia cuman curhat tentang perempuan yang disukainya."
"Memang random anaknya," ucap Mona.
Citra terbahak, "asli random banget masa nggak ada badai nggak ada petir dia bilang kalau mau nikah dekat-dekat ini."
"Maklumin aja lah ya," balas Mona terkekeh geli.
Pesanan keduanya sudah diantarkan, Mona lebih memilih ayam bakar dan nasi putih ditambah sambal kacang, Mona melahapnya dengan cepat seperti seseorang yang baru saja makan padahal saat dimotor tadi ia bercerita ke Citra kalau sudah makan lebih dari tiga kali hari ini.
"Lahap banget sih bumil, aku aja dua kali makan dalam sehari aja udah syukur banget," sahut Citra.
"Mau tambah nafsu makan nggak? Biar kamu agak montokan dikit," ucap Mona.
"Sialan, apa memangnya?"
"Harus hamil dulu," ucap Mona terbahak.
"Dasar!" Citra mengambil ancang-ancang untuk memukul Mona tapi perempuan itu hanya bercanda jadi Mona menanggapinya dengan kekehan.
"Kalau nanti Fahri udah terkenal dia bakalan berubah nggak sih?" Tanya Mona, ia takut hal itu akan terjadi nantinya.
"Pastinya enggak lah, Fahri kan bucin banget sekarang," balas Citra.
"Semoga aja."
Citra menendang kaki Mona dibawah meja membuat perempuan itu meringis karena Citra menendangnya begitu keras, "ahk, Citra kenapa sih?"
"Isabel kesini, sialan!" Umpat Citra.
Mona menolah ia mendapati Isabel melambaikan tangan kearahnya seperti seorang yang sudah mengenal lama dan begitu akrab, perempuan itu mendaratkan bokongnya di kursi samping Mona lalu tersenyum lebar.
"Gimana harinya? Bahagia?" Tanya Isabel.
Melihat tidak ada tanggapan sama sekali Isabel tertawa kecil yang sangat dipaksakan. "Bahagia dong kan suaminya situ ganteng dan tajir."
"Mending kamu pergi deh sebelum emosiku kepancing!" Bentak Citra.
"Wah takut," ejek Isabel.
Mona menyentuh tangan Citra lalu menggeleng pelan, menghiraukan Isabel itu buang-buang waktu. Keduanya mencoba tidak menghiraukan Isabel yang terus bercerita tentang keadaan kostnya dan kampus.
"Aku belum pernah cerita apa-apa loh sama anak-anak tentang suamimu kira-kira apa reaksi mereka kalau tahu," Isabel mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Destiny [TERBIT]
RomanceBerawal dari kelulusan Fahri dan beberapa teman seangkatannya yang membanggakan di fakultas teknik, kelulusan itu langsung dirayakan di klub. Fahri terus dicekoki minuman keras hingga tak terkendali dan berakhir mabuk berat. Saat itu seorang perempu...