Happy reading 🙆
"Kenapa harus pindah? Memangnya kamu punya pekerjaan buat biayai istrimu?" Farid alias papanya Fahri tampak tidak terima dengan kepindahan Fahri yang terkesan tiba-tiba itu. Farid baru saja pulang dari kantor melihat Fahri mengangkat barang-barangnya ke mobil membuatnya langsung meradang.
"Papa meremehkan aku?" Itu pertama kalinya sosok Farid menegur anaknya setelah Fahri resmi menikah.
"Tetaplah seperti itu, keras kepala! Dari dulu papah udah bilang kamu jangan aneh-aneh, setelah lulus SMA papa suruh kamu mendaftar TNI tapi kamunya nggak mau, lihat sekarang kamu cuman pengangguran yang banyak beban!"
Fahri memutar bola matanya, kata-kata ini yang paling ia benci kalau keluar dari mulut papanya. Mama menarik lengan papa menyuruh lelaki itu berhenti berbicara seperti itu, mengingat Mona ada di tengah-tengah mereka sedang menyaksikan perseteruan antara orang tua dan anak.
Papa menepis tangan mama, "biarin aja biar Mona tahu seburuk apa suaminya itu. Anak itu benar-benar nggak tahu yang namanya penyesalan."
Fahri meninggalkan ruang tengah dengan santainya, Mona mengetahui keburukannya itu hal yang sama sekali tidak merugikan dirinya. "Aku tunggu di mobil."
Dari dulu hubungannya dengan sang papa tidak sehangat hubungan papanya dengan Farras, papanya terkesan lebih tidak peduli dengan Fahri sejak ia memutuskan untuk melanjutkan kuliah bukannya malah ikut pendidikan. Reaksi papanya saat ia memberitahukan tentang Mona pada saat itu tidak terlalu terkejut seperti mamanya yang hampir saja pingsan, papanya hanya menatap Fahri dengan tajam lalu menyuruhnya bertanggung jawab dengan nada tegas tak terbantahkan.
Karena itu juga menjadi alasan Fahri menikahi Mona, kalau saja papanya tidak berucap seperti itu mungkin sekarang Fahri menghilang entah kemana enggan mempertanggung jawabkan perbuatannya.
"Lama banget sih!" Sebal Fahri saat Mona baru saja keluar setelah ia menunggu hampir setengah jam lamanya, perempuan itu keluar dari rumah dengan membawa kantong plastik yang entah berisi apa, Fahri tidak peduli jika berkaitan dengan Mona.
Mona tidak mengeluarkan sepatah katapun, mobil Fahri melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya, dari rumah mama ke rumah barunya hanya memakan waktu setengah jam lebih, Fahri langsung memasukkan mobilnya ke halaman depan, ia menyuruh Mona turun untuk membuka pintu pagar, perempuan itu tampak kesusahan mendorong pagar besi itu.
Fahri turun dari mobilnya lalu menghampiri Mona yang sedang berusaha menutup kembali pagar besi rumah barunya. "Sekarang giliranmu yang bawa semua barangnya masuk," perintah Fahri.
"Tapi aku ng----"
"Nggak ada tapi-tapian, aku mau tidur!"
Fahri bisa mendengar helaan nafas berat dari Mona, sebelum ia benar-benar masuk ke dalam rumah Fahri menyempatkan melirik perut Mona namun ia menggeleng cepat, ia mengumpati dirinya karena spontan seperti itu.
Ia berdecak kesal saat menginjakkan kakinya di lantai, seharusnya sebelum pindah kesini ia membawa Mona kesini terlebih dahulu untuk membersihkan. Fahri merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk yang masih belum terlapisi bed cover, Kinan memang sangat pintar memilih buktinya ia sangat nyaman saat belakangnya menyentuh kasur padahal tidak terlapisi apapun.
Nyatanya Fahri tidak bisa tidur karena tidak nyaman mendengar pergerakan Mona yang bolak-balik mengangkat barang-barang.
"Kamu boleh ambil barang-barangmu yang masih tertinggal di kostmu dulu," sahut Fahri saat Mona dengan hati-hati meletakkan kardus yang baru saja diangkatnya.
Wajah lelah perempuan itu langsung tergantikan dengan raut berseri-seri tidak lupa dengan senyuman yang begitu merekah, "oke, besok aku ambil," ucapnya dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Destiny [TERBIT]
RomanceBerawal dari kelulusan Fahri dan beberapa teman seangkatannya yang membanggakan di fakultas teknik, kelulusan itu langsung dirayakan di klub. Fahri terus dicekoki minuman keras hingga tak terkendali dan berakhir mabuk berat. Saat itu seorang perempu...