13. Isabel

61.5K 5.8K 60
                                    

Happy reading 🙆

Daripada sendirian di rumah dan kebosanan karena Fahri pergi kerja jadi Mona mengiyakan ajakan Citra untuk menikmati malam minggu namun semua itu harus mendapatkan izin dari Fahri. Setelah pesan dari Fahri masuk yang isinya mengizinkan Mona, perempuan itu langsung bergegas bersiap-siap dengan tampilan seadanya, perutnya sudah terlihat membuncit membuatnya tidak bisa memakai baju-baju lamanya selain setelan daster dan blazer.

Terdengar klakson motor Citra dari luar membuat Mona bergegas keluar tidak ingin membuat Citra menunggu lebih lama.

"Pakai daster lagi?" Tanya Citra yang sudah bosan melihat Mona selalu memakai daster.

"Ya terus harus pakai apa? Jeans?" Mona memutar bola matanya lalu naik ke boncengan Citra. 

"Ya nggak jeans juga Mon."

"Jalan aja udah nggak usah banyak protes," ucap Mona menepuk pundak Citra.

Awalnya Citra ingin mengajak Mona ke kafe yang biasa mereka tempati nongkrong jikalau punya waktu senggang, namun Mona menolaknya karena katanya bajunya tidak cocok untuk ke kafe padahal tidak ada peraturan kalau pakai daster dilarang ke kafe, jadinya mereka berdua ke warung bakso langganannya sejak jadi maba.

Diperjalanan Citra banyak bercerita tentang lingkungan kampus dan pekerjaannya yang berubah sejak Mona berhenti. Sesampainya di tempat warung bakso itu Citra memarkirkan motornya lalu merangkul Mona masuk kedalam, saat didalam keduanya langsung disambut dengan istri mas Ichal yang terkaget-kaget melihat Mona.

"Matanya nggak usah melotot gitu loh mbak takutnya nanti lepas," sahut Mona yang sejak tadi diperhatikan.

"Gimana nggak melotot kalau kamu datang-datang dengan tampilan beda," ucap mbak putri istri pemilik warung bakso itu.

"Biasalah anak muda," ucap Citra dengan nada bercanda. Keduanya sudah mendapatkan kursi kosong dan memesan bakso.

"Nanti ceritain ke mbak, pokoknya" ucap wanita itu kembali ke gerobaknya karena banyaknya pelanggan yang baru saja masuk.

Mona tersenyum tipis saat melihat mbak Putri menatapnya dari gerobak, Mona memang dikenal ramah dan gampang akrab karena itulah ia memiliki rekan diberbagai kalangan, selain itu Mona juga tidak memilih-milih teman yang terpenting orang itu tidak menjerumusnya ke jalan yang sesat.

"Semuanya masih seperti dulu ya cuman aku kayaknya yang nggak sama," ujar Mona sambil melihat-lihat sekitarnya.

"Kayaknya emang cuman kamu buktinya Isabel masih tetap biang gosip," ucap Citra seolah tidak ingin Mona membahas hal-hal yang kembali melukai perasaannya.

Mona terbahak, "Isabel meresahkan."

Mbak Putri membawakan dua mangkuk bakso ke meja lalu perempuan 30 tahun itu ikut duduk di tengah-tengah Mona dan Citra.

"Terus suamimu Agil, kan?" Tanya mbak Putri membuat Mona yang baru saja mencoba campuran sambalnya sudah pas atau tidak langsung tersedak.

Citra cepat-cepat menyodorkan segelas air putih. "Pelan-pelan Mon, kamu sih mbak."

"Lho, aku kan cuman tanya."

"Bukan Agil mbak," jawab Mona mencoba untuk tidak terlalu bereaksi terhadap pertanyaan wanita itu.

"Hah? Kok bukan Agil? Terus siapa?" Tanya mbak Putri.

"Ih mbak Putri jangan tanya-tanya terus dong kita jadi nggak bisa makan nih, itu mas Ichal manggil dari tadi."

Setelah mbak Putri barulah Mona bisa bernafas lega dan menikmati semangkuk bakso yang sejak tadi sudah menarik perhatiannya, ponsel Citra tidak berhenti berdering sejak semenit yang lalu.

Wedding Destiny [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang